Perkenalkan, namanya (sekarang) Audrey Yu Jia Hui (terlahir di tahun 1988 dengan nama Maria Audrey Lukito). Dia adalah seorang gadis jenius asal Surabaya.
Lalu di bagian apa gadis jenius ini memiliki nasionalisme terhadap Indonesia?
Sebelumnya, izinkan saya menceritakan seberapa jenius gadis asal Surabaya ini (yang mungkin jeniusnya selevel dengan Engineering Manager Quora asal Indonesia, , seumuran juga ya Ven?).
Usia 16 bulan, Audrey sudah mengenal abjad alfabet dengan baik, di usia 2 tahun, sudah bisa membaca dengan lancar.
Waktu masuk TK, pertanyaan pertama yang diajukan untuk gurunya adalah "Untuk apa kita hidup?".
Pertanyaan tersebut muncul dilatarbelakangi dengan kejadian meninggalnya nenek yang dikasihinya dan membuat dia merenungkan tujuan hidup manusia jika akhirnya harus meninggal.
Pertanyaan yang sama kemudian diajukan kepada teman-teman sebayanya, yang membuat dia dijauhi karena dianggap aneh.
Di usia 6 tahun, saat kelas 1 SD, dia pertama kali merasakan jatuh cinta. Dengan siapa?
Bukan dengan teman sebayanya, bukan juga dengan gurunya. Dia jatuh cinta dengan Indonesia.
Dia jatuh cinta dengan bendera merah putih, jatuh cinta dengan dasar negara Indonesia, Pancasila.
Dia kagum kala memandang simbol negara Burung Garuda yang cakarnya memegang pita bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika.
Hatinya diliputi rasa bangga saat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dia jatuh cinta dengan ideologi negara Indonesia yang dipelajarinya di mata pelajaran PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan).
Waktu SD, Audrey sering bengong di kelas karena gurunya melarang dia untuk bertanya, sementara semua buku-buku pelajaran sudah selesai dia pelajari dan tidak ada lagi yang tersisa untuk dipelajari.
Baginya, kelas di SD menjadi monoton sehingga dia harus berpura-pura untuk tertarik dengan pelajaran agar dianggap anak normal.
Karena buku pelajaran sekolah sudah tidak menarik, Audrey membaca buku-buku bahasa asing, sejarah dan peristiwa-peristiwa luar negeri. Termasuk menonton CNN 2–3 jam setiap hari.
Novel klasik seperti Little Women, The Secret Garden, The Railway Children, sampai karya revolusi Perancis karangan Voltaire dan Montesquieu sudah dilahap habis di usia 10 tahun.
Bacaan tersebut adalah cara Audrey untuk melarikan diri secara mental.
Di usia 10 tahun, Audrey mengambil TOEFL internasional dan mendapatkan score 573. Score ini setara dengan score untuk mahasiswa yang hendak masuk ke universitas di Amerika. (Tes TOEFL terakhirnya, nilainya naik 67 poin atau menjadi 670, alias score tertinggi yang bisa diraih di TOEFL).
Bahasa asing yang dipelajari, selain Inggris adalah Mandarin, Rusia, Ibrani dan Perancis (karena Audrey tertarik dengan Napoleon Bonaparte). Dia sudah hafal kamus Inggris Indonesia setebal 650 di usia 11 tahun.
Usia 12 tahun, mengambil tes SAT (Scholastic Aptitude Test) yang merupakan test standard mahasiswa Amerika untuk masuk universitas. Dia mengambil SAT I (ujian umum) dan SAT II (ujian untuk mengetahu minat calon mahasiswa).
Di SAT II, nilai tertinggi adalah untuk Bahasa Perancis (karena Audrey sangat mengidolakan Napoleon Bonaparte), yang mendapat score 730. Nilai-nilainya lainnya writing: 640, math: 680, world history:530 dan physic: 690
Dari kelas 8 (2 SMP), Audrey langsung lompat ke kelas 11 (2 SMA) atas saran dari Yahya Mahaimin (Menteri Pendidikan Kabinet Gotong Royong pada pemerintahan Presiden Megawati).
Audrey pindah dari SMP Petra masuk ke SMA Dian Harapan di Lippo Karawaci, yang kemudian bertemu dengan DR. Yohanes Surya yang menggemblengnya untuk mengikuti Olimpiade Fisika Internasional. Audrey tercatat sebagai peserta IPhO (International Physic Olympiad) termuda di usia 13 tahun.
Di usia 13, orang tua Audrey mendaftarkan Audrey untuk ikut PEG (Program for Exceptionally Gifted) di Mary Baldwin College, USA. Sebuah program yang ditujukan untuk menolong gadis-gadis berbakat agar bisa mengembangkan talentanya.
Panitia PEG sangat terkesan dengan talenta Audrey dan diterima untuk mulai kuliah di Januari 2012, sebagai satu-satunya mahasiswa asing pada program tersebut.
Hari pertama kuliah Bahasa Perancis (sebagai bagian dari Liberal Arts, seperti umumnya kuliah di Amerika pada tahun pertama), dosen bertanya nama dan asal kepada Audrey dalam Bahasa Perancis.
Setelah mendengar jawaban Audrey, dosen tersebut langsung menyarankan untuk mengikuti kelas Advanced French, bukan lagi Intermediate French.
Oh iya, di semester pertama kuliah Audrey mengambil 24.5 credit sementara normalnya 14–15 credit. IPK-nya tercatat 3.95 (dari 4.00) - Hampir semua mata kuliah mendapat A dan hanya 1 mata kuliah yang mendapat A-.
Summer Holiday-nya diisi dengan mengambil kursus Bahasa Rusia di University of Virginia Summer Language Institute. Dengan durasi kursus normal 2 tahun, Audrey menyelesaikan kursusnya hanya dengan 2 bulan, dan lagi-lagi mendapat nilai A.
Walaupun ketertarikan Audrey di Bahasa, Musik dan Sejarah dunia, di tahun ke-2 kuliah, dia memutuskan mengambil jurusan Fisika dan lulus suma cum laude 2 tahun kemudian saat berusia 16 tahun 7 bulan dengan nilai thesis A.
Tema thesis yang diambil adalah Analisis Neutrino yang dipancarkan oleh radioaktif Potassium dari inti bumi.
Karena IPK yang tinggi (3.9 dari skala 4.0), Audrey dilantik menjadi anggota National Society of Collegiate Scholars (NSCS) yang merupakan penghargaan nasional di Amerika untuk high-achieving students.
Audrey juga dilantik menjadi anggota Phi Beta Kappa, sebuah organisasi dengan prestasi di bidang ilmu pengetahuan dan humaniora, sebagai satu-satunya mahasiswa asing yang dilantik masuk Phi Beta Kappa.
Setelah lulus S1, saat kembali ke Indonesia di usia 17 tahun, Audrey berharap sekali bisa berguna untuk Indonesia.
Dengan kepandaiannya dan pengalamannya selama di Amerika, Audrey ingin mengabdikan dirinya untuk Indonesia dengan menjadi ABRI, yang tentu ditolak mentah-mentah oleh keluarganya.
Pernah juga seseorang menawari untuk bekerja sukarela di salah satu LSM dengan cara memberi les gratis untuk anak-anak kurang mampu.
Dengan cara ini, Audrey pikir dia bisa mempraktikkan ilmu dan membantu masyarakat di tanah airnya yang menurutnya sedang dirundung masalah kemiskinan dan ketidakadilan. Ini salah satu wujud kecintaannya dengan Indonesia.
Alih-alih disetujui, sekali lagi keluarga Audrey menentang keras ide ini.
Komentar orang tua Audrey sangat membuat Audrey terpukul, "Kalau terjadi apa-apa, siapa yang akan tanggung jawab? Orang tua menyekolahkan anaknya di Amerika, setelah lulus, ternyata cara berpikirnya konyol dan bodoh!"
Orang tua Audrey, yang adalah pengusaha, mempunyai pola pikir yang masih sulit bagi Audrey untuk dipahami.
"Uang itu tidak masalah. Lebih bermanfaat kirim uang ketimbang kamu membahayakan diri sendiri", demikian yang disampaikan orang tuanya terhadap idenya memberi les gratis.
Pola pikir Audrey yang sangat mencintai tanah airnya membuat orang tuanya kuatir sehinga beberapa kali Audrey dibawa ke psikolog. Audrey bahkan berusaha untuk pura-pura normal demi mendapatkan hasil yang diharapkan orang tuanya.
Audrey menuliskan jalan pikirannya dan rasa cintanya terhadap Indonesia di beberapa bukunya.
Patriot (2011). Audrey menuliskan sebuah esai bagaimana agar pemuda Indonesia bisa menjadikan "Indonesia Raya" yang sebenar-nya.
Yellow Mellow Drama (2014). Buku curcol-nya tentang pergumulan bagaimana sulitnya sebagai gadis jenius keturunan Tionghoa yang memiliki kecintaan terhadap tanah air.
Mencari Sila kelima (2015). Buku tentang bagaimana Audrey memandang Indonesia sebagai ibu pertiwi dan menganggap semua orang Indonesia adalah saudara-saudaranya.
Patriot, buku karangan Audrey Lukito
Audrey, seorang jenius kelahiran Indonesia. Kecintaan terhadap Indonesia luar biasa besar. Sayang, jati dirinya sebagai gadis keturunan Tionghoa, tidak banyak memberi kesempatan untuk mengabdi di Indonesia.
Orang tua dan lingkungannya masih menganggap gadis keturunan Tionghoa tidak punya banyak kesempatan dan tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan kecintaannya terhadap tanah air Indonesia.
Kabar terakhir (Des 2018), Audrey bekerja di China sebagai guru di Shanghai New Channel school. Dia mengajar English literature dan mempersiapkan mereka yang akan mengambil SAT.
Silahkan share, upvote dan berikan komentar agar Audrey bisa memperoleh kesempatan dan kecintaannya terhadap Indonesia bisa dirasakan oleh saudara-saudara setanah air tanpa memandang suku, agama dan ras.
Orang-orang seperti Audrey, jika diberikan kesempatan seluas-luasnya, akan banyak memotivasi banyak generasi mileneal dan berdampak untuk mewujudkan Indonesia Maju.
Sumber:
Blog Audrey:
Buku Yellow Mellow Drama
Copas dari laman Bambang Sidharta.
https://www.google.com/search?q=Audrey+Lukito&oq=A&aqs=chrome.1.69i60j69i59j69i60l2j5.6209j0j7&client=ms-android-xiaomi-rev1&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8#imgrc=ZKVcHEAp44maGM:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar