Berawal dari kericuhan yang terjadi di Jakarta bulan Mei yang lalu, kemudian disusul kerusuhan di Papua hingga masalah pembakaran hutan dan puncaknya adalah demo sejumlah mahasiswa yang menolak UU KPK dan RKUHP. Semua kejadian itu terjadi tepat sebelum pelantikan Jokowi-Ma'ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2019-2024.
Jika ada yang bertanya, apakah semua kejadian itu terjadi dengan sendirinya atau ada keterkaitannya dengan pelantikan Jokowi-Ma'ruf? Maka jawabannya adalah "ya". Semua kejadian itu memang sengaja dirancang sedemikian rapi oleh kelompok yang belum bisa menerima kemenangan Jokowi-Ma'ruf di Pilpres bulan April lalu.
Mereka merancang berbagai strategi yang bisa menimbulkan kericuhan sebagai upaya penggagalan pelantikan Jokowi. Dengan adanya kericuhan demo sana sini situasi negara tentu tidak kondusif, maka pada saat itulah mereka masuk dan mengarahkan segala kemampuan serta skill yang mereka miliki untuk membangun narasi provokasi.
Sehingga pada akhirnya Jokowi dibenci kemudian gagal dilantik dan mereka pun berhasil menguasai bangsa ini. Itulah yang mereka inginkan.
Kericuhan yang terjadi di Jakarta bulan Mei lalu adalah ulah beberapa oknum yang bercita-cita menjadikan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila sebagai negara Khilafah. Tapi sayangnya mereka gagal, malah sebagian dari mereka ketangkap.
Kerusuhan di Papua, kerusuhan di Papua ini termasuk unik karena diwarnai dengan narasi provokasi dari seorang wanita yang kini melarikan diri setelah ditetapkan jadi tersangka. Triknya seolah turut prihatin dan pura-pura peduli terhadap saudara-saudara kita di Papua kemudian dia memberi pembelaan dengan mengatasnamakan HAM lalu meminta supaya kemerdekaan Papua diakui oleh pemerintah Indonesia.
Padahal, jelas tujuannya bukan itu. Tapi setelah adanya persetujuan dari pihak pemerintah Indonesia sebagaimana yang dimaksud pada poin sebelumnya. Maka Jokowi sebagai kepala pemerintahan (Presiden) tentu dibenci oleh rakyatnya sendiri karena dianggap tidak becus sebagai seorang pemimpin. Sampai di sini Jokowi yang jadi target.
Kebakaran hutan yang kemudian menimbulkan kabut asap di beberapa daerah.
Tak ada akibat tanpa adanya sebuah sebab. Hutan tidak mungkin terbakar sendiri tanpa ada yang membakar dan tak mungkin ada yang membakar tanpa ada yang menyuruh dan itu terbukti setelah ada beberapa orang yang berhasil diamankan. Apakah ini ada kaitannya dengan perusahaan Om Sandiaga Uno yang baru-baru ini izinnya dicabut?? Itu urusan dia dengan pemerintah dan kepolisian, fokus pembahasan kita bukan itu.
Dengan adanya pembakaran hutan yang kemudian asapnya menyelimuti bumi, maka tentu masyarakat menganggap hal ini sebagai kegagalan pemerintahan Jokowi dalam hal menjaga ekosistem alam. Tinggal dibumbui sedikit lagi dengan narasi provokasi maka aksi demo sana sini akan terjadi dan akhirnya Jokowi pun pusing kemudian buang diri. Lagi-lagi Jokowi yang jadi target.
Terakhir terkait penolakan UU KPK dan RKUHP.
Kita mulai dari UU KPK. Banyak yang tidak setuju dengan UU KPK karena dianggap dalam revisinya terdapat beberapa pasal yang melemahkan bahkan menghambat kerja KPK dan yang paling mencolok adalah tentang adanya pengawasan. Menurut saya, sampai di sini tidak ada yang salah. KPK juga perlu diawasi supaya tidak terjadi penyalahgunaan jabatan dan wewenang.
Kita tau selama ini bahwa KPK merupakan lembaga paling bersih. Ia betul dan itu lembaganya, lalu bagaimana dengan manusia-manusia yang ada di dalamnya?? Apakah mereka sama seperti Malaikat yang tidak mungkin melakukan kesalahan?? Jalan kita masih panjang, ayolah kawan tujuan kita sama yaitu sama-sama menjaga KPK dan menghantam para koruptor.
Sekarang giliran RKUHP, banyak masyarakat termasuk saya yang tidak setuju dengan RKUHP karena masih ada beberapa poin yang perlu dikoreksi dan betul saja bukan hanya saya dan sebagian masyarakat lainnya yang berpendapat demikian, tapi ternyata Presiden Jokowi juga termasuk dan beliau langsung meminta DPR untuk meralat pengesahan RKUHP yang dimaksud.
Beberapa hari setelah Jokowi meminta DPR untuk meralat pengesahan RKUHP tersebut, teman-teman mahasiswa melakukan demo besar-besaran di beberapa titik daerah dan puncaknya di depan gedung DPR/MPR RI dengan menyampaikan tuntutan penolakan terhadap UU KPK dan RKUHP. Sampai di sini tak ada yang salah, semua warga negara termasuk mahasiswa punya hak yang sama dalam hal menyampaikan aspirasi dan itu dijamin oleh UU.
Anehnya pada saat melakukan demo, tuntutannya tetap hanya satu yaitu menolak UU KPK dan RKUHP. Tapi agendanya banyak. Kenapa saya bilang agendanya banyak?? Karena pada saat demo, ada yang teriak dengan suara lantang meminta Jokowi lengser dan turun dari jabatan kepresidenan. Ada juga yang berteriak meminta pemulangan Habib Rizieq.
Kalau aksi penolakan terhadap RUU, kuanggap itu nilai terpuji bagi kawan-kawan mahasiswa dan kalau aksi pemulangan Habib Rizieq, saya kira itu juga masih wajar karena mereka kangen dengan sosok beliau. Tapi kalau aksi menurunkan pemerintah yang sudah sah secara konstitusional itu namanya pelacur intelektual.
Nah, sekarang kok agendanya jadi banyak begini? Ya jelas banyak, karena dalam barisan teman-teman mahasiswa telah disusupi oleh kelompok pembenci Jokowi yaitu kelompok radikalis pro khilafah anti Pancasila.
Tujuan mereka menjelma sebagai mahasiswa adalah cuma satu yaitu untuk memprovokasi teman-teman mahasiswa supaya terpancing melakukan tindakan anarkis sehingga aparat keamanan tersulut emosi dan endingnya dimirip-miripkan dengan kisah gerakan mahasiswa tahun 1998 pada saat penurunan Soeharto.
Wahai engkau mahasiswa, berhati-hatilah. Jangan sampai niat tulus dan baikmu kepada masyarakat umum diperalat oleh mereka yang menginginkan negara ini hancur. Jangan biarkan itu terjadi kawan, ingat kampusmu dan warna almamatermu. Kalian kaum terdidik dan terpelajar, jangan buat malu!!
Tantangan yang dihadapi Jokowi sejak awal pemerintahannya dari tahun 2014 sampai sekarang, tidak mudah. Saya yakin belum ada Presiden sebelumnya yang menghadapi tantangan sesulit yang dialami Jokowi. Jadi akankah kita biarkan Jokowi menghadapi tantangan itu sendiri?? Akankah kita tinggalkan dirinya?? Bagi saya jawabannya adalah "tidak" demi kebaikan masa depan bangsa dan negara ini saya masih tetap bersama Jokowi.
Seruanhulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar