Selasa, 11 Agustus 2020

Negara Dijajah Ormas


Dimulai dengan intoleran, kemudian naik kelas ke radikal dan puncaknya terorisme. 

Kejadian pembubaran pengajian di Solo oleh pelaku intoleran menggambarkan betapa tidak dianggapnya negara oleh mereka. Mungkin karena selama ini jika pelakunya sudah berbau agama, negara terkesan langsung kicep.

Berapa banyak pendakwah-pendakwah yang terang-terangan mencaci pemerintah, memfitnah dan mengajak memusuhi pemerintah, tapi sampai sekarang masih aman-aman saja, bahkan makin lantang.

Ormas menutup gereja, negara diam. Ormas menghalangi orang ibadah, negara diam. Ormas menyegel gereja, negara linglung. Kemarin yang terakhir soal Sunda wiwitan, negara terkesan menjadi bagian ormas.

Dapat dibayangkan, jika sesama Islam pun mereka serang dan mereka lukai, bukan tidak mungkin terhadap umat-umat lain yang jelas-jelas berbeda keyakinan mereka akan brutal.

Kejadian seperti ini bukan hanya terjadi di Solo, dan bukan hanya sekali ini, tapi berulang-ulang, camkan itu. Dan juga sudah terjadi dibanyak kota.

Pemerintah sepertinya lemah dalam menindak hal seperti ini, ragu-ragu, bahkan terkesan takut dengan kelompok sejenis ini. Maaf, aparat dibanyak kasus seperti polisi di film India, sudah kejadian baru tampak sangar. Tapi, itupun jika sudah viral dan berakhir diatas materai.

Para ulama yang duduk di MUI mingkem, ulama yang diluar MUI hanya bisa menghimbau. Dibanyak kasus, penegak hukum kelihatan linglung, lebih kepada ingin mendamaikan daripada menindak tegas secara hukum.

Akhirnya, masyarakat tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Bahkan, banyak yang terprovokasi, membenarkan tindakan ini dan ikut dalam kelompok ini. 

Jadi, memerangi radikalisme itu baiknya mulai darimana? Dari yang intoleran tadi.

Kelompok yang meneriaki bunuh Ahok, Presiden goblok, gantung, babi, kodok, Pancasila Soekarno di pantat, Yesus bidannya siapa?, dll. Nah,...mulai dari kelompok seperti itu.

Pak Jokowi juga gak perlu ngajak-ngajak rakyat untuk memerangi radikalisme, rakyat gak ada kewenangan apa-apa. Kalau kami ikut, itu sama saja mengadu domba rakyat. Padahal, rakyat sudah mendelegasikan kekuasaan kepada bapak melalui pemilu.

Pak,..ormas Islam itu cuma ormas. Membubarkan ormas Islam bukan berarti membubarkan Islam. Membubarkan ormas Kristen, bukan berarti membubarkan Kristen. Jangan takut,..ada Polisi dan TNI ini kok.

✍🏼 De Fatah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar