"Utamakan anak-anak dan perempuan..!!"
Bukankah itu adalah kalimat standar yang selalu kita jumpai bila bencana terjadi dan evakuasi di jalankan?
Kalimat yang menjadi acuan dan mungkin juga sebuah kebenaran bagi siapapun di negeri ini ketika hal buruk menimpa kehidupan kita bersama.
Tidak ada yang salah. Disana ada muatan paham tentang kesepakatan kita bersama bahwa perempuan dan anak-anak adalah pihak lemah yang harus mendapat perlindungan terlebih dahulu.
"Bagaimana dengan warga kita terutama perempuan dan anak-anak yang terjebak dalam perang Suriah dan ingin pulang?"
Agar seolah niat baik menjadi apa yang ingin dilihat banyak orang, pakailah metode itu. Sampaikan sebuah gagasan seolah mereka adalah korban, maka simpati akan menjadi isi pesan yang ditangkap.
Tampilkan penderitaan anak-anak dan perempuan..!! Buat gambaran seolah mereka adalah korban dengan segala asesoris gambar serta film yang menampilkan penderitaan tersebut.
Bila masih kurang, testimoni, akan menambah unsur grreget. Gajilah make up artis, sorot dalam sebuah wawancara dengan latar belakang gambar dan suara mendukung.
Tak lama, dijamin akan muncul tokoh HAM bersuara lantang tentang keharusan negara melindungi warga negaranya.
Tak butuh waktu lama pula, dijamin tokoh politik semacam FZ akan muncul dan dengan asik membonceng dalam panggung gratis semacam itu.
Munculah tokoh partai sapi spesialisnya spesialis bidang kemanusiaan bila seagama adalah ukurannya.
Mereka akan bersuara seragam tentang pentingnya menyelamatkan anak-anak dan perempuan dari kejamnya perang di Iraq dan Suriah dan mereka hanya korban tak mengerti.
Mereka tiba-tiba akan begitu sangat peduli dengan isu perempuan dan anak-anak yang harus segera diselamatkan.
Mereka akan berusaha masuk melalui sisi kemanusiaan kita dimana, anak-anak dan perempuan adalah obyek dagangannya.
Disanalah mindset kita tentang perempuan dan anak-anak telah terbentuk.
Haruskah kita?
Pernah dengar tentang brigade Al-Khansa yang terkenal sangat sadis dan kejam di Raqqa Suriah? Googling deh.
Banyak berita tentang betapa kejam brigade ini terutama terhadap perempuan lokal, penduduk asli Suriah yang dianggap telah melanggar hukum yang Isis terapkan secara sepihak.
Korbannya adalah selalu tentang perempuan lokal, bukan perempuan pendatang.
Kisah seorang ibu muda yang ditangkap dan kemudian dibunuh hanya karena ia terlihat sedang menyusui anaknya pernah dengar?
Kegiatan alamiah dimana takdir dan kehendak Tuhan menggariskan bahwa seorang ibu harus menyusui justru telah menjadi penyebab ibu itu dibunuh.
Ia yang dengan penuh kasih sayang memenuhi takdirnya yakni memberi makan bayinya dengan nutrisi yang hanya dimiliki oleh seoang perempuan, telah membuatnya terbunuh.
Ibu ini dibunuh dan kemudian dimutilasi hanya karena dadanya terlihat.
Pelakunya adalah brigade Al-Khansa. Para perempuan pendatang yang menyebut dirinya sebagai polisi penegak agama.
Ada lagi kisah seorang perempuan lokal yang disekap namun kemudian dapat melarikan diri sehingga dapat bercerita bagaimana kejamnya brigade itu adalah contoh yang lain.
Hanya gara-gara matanya terlihat dari balik cadar yang dipakainya, dia ditangkap, dipenjara dan disiksa fisik dengan perlakuan sangat tidak manusiawi.
Pelakunya adalah brigade Al-Khansa.
Puluhan cerita tentang bagaiman kejam dan sadis brigade Al-Khansa ini terhadap para perempuan lokal telah membuat warga kota Raqqa sangat trauma.
Siapakah mereka?
Konon, para lelaki yang datang memenuhi panggilan imannya datang dari seluruh penjuru dunia dan bergabung dengan ISIS.
Mereka membawa istri, anak dan hingga para pengikutnya demi panggilan iman akan betapa besar makna jihad bagi hidupnya.
Dan perempuan-perempuan yang mereka bawa inilah yang kemudian menjadi anggota dari brigade Al-Khansa.
Awalnya, mereka datang sebagai tamu namun kemudian menjajah warga lokal dengan menerapkan hukum dan kebenaran menurut versinya sendiri.
Menculik, menyiksa bahkan membunuh tuan rumah hanya demi ajaran akan keyakinannya telah menjadikan mereka momok sangat menakutkan terutama para perempuan lokal.
Korbannya selalu adalah perempuan lokal.
Kisah pilu perempuan lokal yang disiksa dan dibunuh oleh para perempuan pendatang yang berada dibawah brigade Al-Khansa seharusnya menyadarkan kita bahwa mereka yang saat ini ingin pulang, sangat mungkin adalah mereka yang kemarin membunuh.
Sangat mungkin, kemarin mereka begitu perkasa dan gila, dan kini menampakkan wajah lemah seorang perempuan.
Mereka menyatakan diri sebagai korban atas ketidak mengertiannya dan merasa telah terjebak.
Dengan mudah mereka akan bercerita bahwa mereka hanya manusia lemah yang terbawa oleh keadaan. Mereka hanya menjalani hidup yang diperintahkan agamanya dengan taat kepada suami. Dan...,mereka hanya perempuan yang butuh pertolongan.
Cerita ini terus digaungkan. Bahkan dulu sang presiden paman Sam pun harus turut bersuara demi kemanusiaan ini.
Haruskah kita percaya dengan propaganda semacam ini?
Cobalah berusaha menjadi perempuan lokal para korban kegilaan mereka, mungkin cara kita berpikir akan berbeda.
.
.
RAHAYU
✍🏼 Karto Bugel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar