Begitulah nasib seorang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang kini lebih suka dipanggil BTP. Hanya karena ingin menjegal ia menjadi Gubernur DKI Jakarta, maka segala cara dilakukan oleh pihak tertentu hingga akhirnya harus mendekam di MAKO Brimob.
Tidak sampai di situ saja. Urusan rumah tangganya pun masih diutak atik bahkan oleh para pendukungnya sendiri, dan yang terkini adalah posisinya sebagai Komisaris Utama di PT Pertamina (Persero) yang dianggapnya tak cocok dan lain sebagainya. Puncaknya ketika diberitakan bila Pertamina mengalami kerugian pada semester 1 sebesar 11,2 Triliun rupiah.
Hobby benar ya bila sudah menyoal BTP seolah tidak pernah ada baiknya, tapi diam ketika harga BBM turun. Begitu pun ketika di tahun-tahun sebelumnya Pertamina rugi semua diam. Coba sekarang perhatikan dengan seksama, Pertamina kini mengalami peningkatan penjualan produk minyak dan gas pada Juli 2020, hingga mampu memperbaiki keuangan yang terpuruk pada S1 2020.
Dilaporkan bahwa penjualan seluruh produk sebesar 6,9 juta Kilo Liter (KL) atau meningkat 5% dibandingkan Juni 2020 sebesar 6,6 juta KL. Sementara, dari sisi nilai penjualan, pada Juli berada di kisaran 3,2 miliar dollar AS, naik 9% dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,9 miliar dollar AS.
Dengan adanya peningkatan tersebut, Pertamina mampu memperbaiki kondisi keuangannya yang mengalami kerugian sebesar 767 juta dollar AS, atau setara Rp 11,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.600 per dollar AS), pada paruh pertama tahun ini.
Pertamina terus memperbaiki kinerjanya dengan melakukan renegosiasi kontrak, memitigasi rugi selisih kurs, tetap menjalankan operasional dan investasi untuk mempertahankan produksi hulu, meningkatkan strategi marketing dengan program diskon dan loyalty customer untuk meningkatkan pendapatan, me-review dan memperbaiki model operasi kilang dan lain-lainnya.
Kerugian tersebut diakibatkan penurunan harga minyak mentah dunia, kemudian penurunan konsumsi BBM di dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dollar AS yang berdampak pada rupiah sehingga terjadi selisih kurs yang cukup signifikan.
Namun lebih utamanya karena pandemi Covid-19 pada Februari-April 2020. Tercatat, pada periode ini Pertamina mengalami kerugian sebesar 500 juta dollar AS setiap bulannya. Namun memasuki Mei hingga Juli lalu, laba bersih pun beranjak naik rata-rata sebesar 350 juta dollar AS setiap bulannya. Pencapaian positif ini akan terus mengurangi kerugian yang sebelumnya telah tercatat.
Coba bandingkan dengan laporan keuangan perusahaan migas lainnya, Pertamina termasuk paling kecil ruginya. Bahkan dengan perusahaan migas yang memiliki total aset yang sama, Pertamina tetap jauh lebih kecil.
Shell rugi Rp 269 Triliun + PHK
Chevron rugi Rp 127 Triliun + PHK
Total rugi Rp 122 Triliun + PHK
Britis Petroleum rugi Rp 98 Triliun + PHK
Saudi Aramco rugi Rp 96 Triliun + PHK
Exxon Mobil rugi Rp 19 Triliun + PHK
Pertamina rugi Rp 11 Triliun -
Justru seharusnya Pertamina patut diapresiasi karena tidak mengeluarkan kebijakan PHK karyawannya. Kemudian satu hal yang perlu dipahami oleh masyarakat luas bahwa posisi BTP yang menjabat sebagai Komisaris Utama, bukanlah penentu kebijakan perusahaan. Akan tetapi mengawasi kebijakan dan turut membantu kinerja direksi.
Sampai disini paham ya..
Bukan sedikit-sedikit salah Ahok..
https://youtu.be/QpFhA0O8Gnc
https://youtu.be/Cv9DWM0hyX0
https://youtu.be/MHIHHMsqE1I
Salam BBM (Banyak Bacot Mulutmu)..
[Wahyu Sutono]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar