Brahmana Hussaini adalah komunitas Hindu yang memiliki keterkaitan yang erat dengan Islam. Diceritakan bahwa leluhur mereka, Rahab Sidh Datt pernah berperang untuk Imam Hussain dalam pertempuran Karbala pada tanggal 10 Muharram tahun 680 M, mengorbankan tujuh orang putranya. Dari peristiwa tersebut, kemudian dikenal sebagai Brahmana Hussaini. Mereka sekarang tersebar di Sindh di Pakistan, Maharastra, Rajasthan, Kashmir, Delhi dan bagian lain India, Pakistan dan Arab.
Asal usul Brahmana Hussain adalah berasal dari kelompok Datt atau Dutt, sebuah klan prajurit di antara tujuh klan di dalam kelompok etnis Mohyal Brahmana yang berasal dari wilayah Punjab atau Haryana di utara India.
Datt adalah seorang kepala suku dari kalangan Brahmana yang mampu menghentikan perlawanan Alexander Agung ketika menaklukkan India. Lalu mereka mengawal Aleksander Agung kembali ke Macedonia. Ketika Aleksander wafat, Datt bersama pengikutnya pindah ke Arab.
Sejarah lain menyebutkan, bahwa setelah perang Mahabarata, Aswata yang merupakan leluhur Datt mengungsi ke wilayah Arab bersama pengikutnya. Datt sendiri berasal dari bahasa Hindi, daata, yang berarti dermawan. [1]
Versi lain mengisahkan tentang bagaimana Dutt dari Punjab kemudian dikenal sebagai Brahmana Hussaini. Salah satu istri Imam Hussain yaitu Sahhr Banu adalah saudara perempuan dari Chandra Lekha atau Mehr Banu, istri seorang raja India, Chandragupta. Ketika sudah jelas bahwa Yazid akan berperang dengan Imam, maka anak Imam bernama Ali Ibn Hussain menulis surat kepada Chandragupta untuk meminta pertolongan melawan Yazid.
Setelah menerima surat tersebut, Chandragupta segera memberangkatkan pasukannya ke Irak untuk membantu Imam Husein. Pada saat mereka tiba, Imam Husein ternyata telah terbunuh.
Di kota Kufah, Irak saat ini, mereka bertemu dengan Mukhtar Saqaffi, seorang murid Imam, yang mengatur tempat tinggal bagi mereka di bagian khusus kota yang sekarang dikenal sebagai Dair-i-Hindiya atau kampung orang India. Al-Hindiya atau Hindiya ( Arabic : الهندية ) adalah sebuah kota di Irak di tepi Sungai Efrat yang masih termasuk provinsi Karbala. Di bawah kepemimpinan Bhurya Dutt, beberapa Brahmana Dutt ikut berperang bersama dengan Mukhtar Saqaffi melakukan pembalasan atas kematian Imam Husain. [2]
Setelah bergabung dengan Mukhtar Saqoffi yang dikenal dengan kelompok At - Tawaabun dan berhasil menuntut balas kepada orang-orang yang telah membunuh Imam Husain. Brahmana Dutt menemui anggota keluarga Imam Husain.
Dia memperkenalkan dirinya dengan mengatakan, “ Saya seorang Brahmana dari Hindustan.”
Kemudian dijawab, “Sekarang kamu adalah Brahman Husaini. Kami akan selalu mengingatmu.”
Selanjutnya Brahmana Dutt pergi dari Kufa ke Afghanistan, dan dari sana kembali ke India di mana dia tinggal selama beberapa hari di Nankana. Di distrik Sialkot ada sebuah kota yang dikenal sebagai Viran Vatan. Tempat itu adalah rumah leluhur Brahmana Husaini. Konon disitu tersimpan sehelai rambut Imam Husain, yang disimpan di tempat suci Hazratbal di Srinagar, Kashmir bersama dengan sehelai rambut Nabi Muhammad. [3]
Sampai saat ini, kelompok Datt yang memperingati Tragedi Karbala bersama umat Islam demi mengenang pengorbanan leluhur mereka yang berjuang bersama Imam Husain, menyebut diri mereka sebagai Brahmana Husaini. Salah satunya Sunil Dutt aktor India yang terkenal tersebut keturunan Brahmana Husaini.
Purn. Kolonel Ramsarup Bakshi, salah seorang anggota Brahmana Husaini, menyatakan kepada Pune Mirror bahwa komunitasnya bangga karena memiliki ikatan dengan Imam Husain dan menghormati Asyura. “Kami merupakan komunitas yang sangat kecil di Pune. Tapi bagian kecil sejarah ini begitu penting dalam hidup kami. Kami menjadi lambang ikatan berabad-abad antara Hindu dan muslim.” [4]
Sangat ironis sekali ketika sebagian besar mayoritas ummat Islam alergi terhadap peringatan Asyura yaitu terbunuhnya Sayidina Husein di Karbala. Bahkan takut dianggap sesat, justru di India ada komunitas Hindu yang disebut Brahmana Husaini dengan bangga menyebut pengikut, pencinta dan pembela Sayidina Husein dan memperingati tragedi Karbala.
“Aku belajar dari Hussein bagaimana menjadi pemenang, aku belajar dari Hussein meraih kemenangan dalam keadaan tertindas. Kemajuan Islam tidak bertumpu pada pedang pemeluknya, namun hasil dari pengorbanan agung Hussein.” [ Mahatma Gandhi ]
Daftar Pustaka:
[1] https://hussainibrahmin.tumblr.com/brahminsinkarbala
[2] https://www.jagranjosh.com/general-knowledge/muharram-brief-history-of-hussaini-brahmins-1568031343-1
[3] https://www.imamreza.net/old/eng/imamreza.php?id=11294
[4] https://timesofindia.indiatimes.com/city/patna/Hindus-participate-in-Muharram/articleshow/2716459.cms
Tidak ada komentar:
Posting Komentar