Kamis, 02 Juli 2020

Rais NU Ungkap Kesalahan Baca Alquran Felix Siauw: Sangat Fatal!


Rais NU Ungkap Kesalahan Baca Alquran Felix Siauw: Sangat Fatal!

Suara.com - Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Ahmad Ishomuddin melontarkan kritik terhadap pengkhotbah Felix Siauw melalui akun Facebook pribadinya.

Kiai Ishomuddin mengkritik cara Felix Siauw membaca Alquran. Kritikan tersebut dilontarkan terkait video Felix Siauw tengah ceramah dan membacakan ayat Alquran.

Dalam unggahannya di Facebook, KH Ishomuddin menyarankan Felix Siauw agar lebih dulu belajar membaca Alquran secara benar sebelum menjadi ustaz.

“Belajar dulu baca Alquran dengan benar kepada para ahlinya sebelum nenjadi ustaz. (Sebuah Catatan Untuk Felix Siauw) oleh: Ahmad Ishomuddin,” tulis KH Ishomuddin dalam narasi unggahan Facebook yang dikutip Terkini.id, Rabu (1/7/2020).

Dalam video itu, kata KH Ishomuddin, Felix sedang bermaksud menafsirkan kata “hikmat” pada sila keempat Pancasila dengan mengutip Qs al-Jumu’ah ayat 1.

“Baru-baru ini saya membuka Facebook, tidak sengaja menemukan sebuah video singkat Felix Siauw. Saya sengaja menontonnya karena merasa penasaran. Terlihat jelas konteksnya, Felix sedang bermaksud menafsirkan kata 'hikmat' pada sila keempat Pancasila dengan mengutip Qs. al-Jumu’ah ayat 1 di hadapan beberapa orang berseragam putih-putih, sepertinya seragam pasukan FPI. Mungkin saja motifnya agar ia sebagai tokoh ex-HTI tidak lagi dituduh sebagai orang yang anti Pancasila,” tulis KH Ishomuddin.

KH Ishomuddin mengungkapkan, Felix Siauw melakukan banyak kekeliruan saat membaca Qs. al-Jumu’ah ayat 1 tersebut.

“Seperti sudah saya duga, Felix nyata-nyata melakukan amat banyak kekeliruan meski hanya membaca satu ayat al-Qur’an, yaitu Qs. al-Jumu’ah ayat 1 itu. Kesalahan itu menurut ilmu tajwid bukan terkategori sebagai kesalahan yang ringan (al-khatha’ al-khafiy), melainkan kesalahan yang fatal (al-khatha’ al-jaliy),” ujar KH Ishomuddin.

“Saya tidak terkejut melihat Felix keliru fatal membaca ayat, apalagi bila ia nekad menafsirkannya, jelas berdasarkan hawa nafsu, bukan dilandasi ilmu. Kekeliruannya itu wajar karena bekal ilmu agamanya yang amat terbatas dan belum memadai,” sambungnya

“Kesalahan fatal lainnya, Felix telah mengurangi dua kata dalam satu redaksi ayat di atas, yaitu satu kata benda 'ma' dan satu huruf jarr/ preposition dalam kalimat yang lengkapnya adalah 'wa ma fil-ardli', sehingga menjadi 'wal-ardli',” ujarnya.

“Padahal, membaca alquran dengan benar itu wajib, sehingga bacaan yang sebaliknya seperti mengurangi satu huruf saja (nuqshan al-harfi) dari ayat alquran atau menambahinya satu huruf (ziyadat al-harfi), menukar satu huruf dengan huruf lainnya (tabdil al-harfi bil-harfi), atau merubah beberapa harakat dan sukun (taghyir al-harakat wa al-sakanat) itu terkategori sebagai kesalahan fatal atau al-khatha’ al-jaliy, yang jelas hukumnya haram,” jelasnya.

Selain itu, lanjut KH Ishomuddin, kekeliruan Felix yang lainnya terkait bacaannya atas Qs. al-Jumu’ah ayat 1 sepertinya karena ia sama sekali tidak memahami tata Bahasa Arab, terutama ilmu dasar yaitu Ilmu Nahwu/sintaksis dan Ilmu Sharf/morfologi.

“Felix agaknya tidak paham Ilmu al-Sharf, sehingga ia tidak mampu membedakan mana ayat al-Qur’an yang diawali dengan kata kerja bentuk lampau (fi’il al-madli) “sabbaha” dan mana ayat yang diawali dengan kata kerja bentuk sekarang atau yang akan datang (fi’il al-mudlari’) “yusabbihu”,” ujar KH Ishomuddin.

“Bagi siapa saja yang tidak benar-benar kuat hapalan bacaan al-Qur’annya, kedua kata kerja berbeda bentuk di atas berpotensi diletakkan bukan pada redaksi ayat yang tepat. Padahal kata “tasbih” di dalam al-Qur’an kadangkala ditulis atau dibaca dalam salah satu dari empat bentuk, yaitu al-mashdar seperti firman Allah, al-madli seperti, al-mudhari’ seperti firman Allah, atau al-amr seperti firman Allah ta’ala,” tambahnya.

Menurutnya, penyebab kekeliruan fatal dari Felix Siauw dalam membaca Qs. al-Jumu’ah ayat 1 adalah bahwa ia tidak mampu meng-i’rab, yakni tidak mampu menganalisis posisi suatu kata dalam rangkaian kalimat dengan tinjauan aneka ilmu kebahasaan demi memperjelas maknanya.

“Perubahan akhir sebuah kata dalam satu rangkaian kalimat sempurna itu disebabkan adanya perbedaan faktor yang menyertainya,” terangnya.

Hingga berita ini dibuat, unggahan kritikan KH Ahmad Ishomuddin terhadap ustadz Felix Siauw tersebut telah dikomentari puluhan netizen dan dibagikan sebanyak 794 kali.

“Seperti sudah saya duga, Felix nyata-nyata melakukan amat banyak kekeliruan meski hanya membaca satu ayat al-Qur’an, yaitu Qs. al-Jumu’ah ayat 1 itu. Kesalahan itu menurut ilmu tajwid bukan terkategori sebagai kesalahan yang ringan (al-khatha’ al-khafiy), melainkan kesalahan yang fatal (al-khatha’ al-jaliy),” ujar KH Ishomuddin.

“Saya tidak terkejut melihat Felix keliru fatal membaca ayat, apalagi bila ia nekad menafsirkannya, jelas berdasarkan hawa nafsu, bukan dilandasi ilmu. Kekeliruannya itu wajar karena bekal ilmu agamanya yang amat terbatas dan belum memadai,” sambungnya.

Kesalahan fatal lainnya, kata KH Ishomuddin, Felix telah mengurangi dua kata dalam satu redaksi di ayat 1 QS al-Jumu’ah tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar