Miris melihat Kebijakan Gubernur DKI Jakarta saat ini yang ‘memakan korban’ seorang anak yatim piatu bernama Aristawidya Maheswari (15).
Akibat kebijakan yang dzolim karena lebih mengedepankan soal usia ketimbang prestasi, Arista akhirnya gagal masuk dalam PPDB Jakarta 2020. Arista pun memutuskan untuk putus sekolah tahun ini.
Meskipun faktor usia tidak lagi dipertimbangkan lagi, namun Arista yang memiliki 700 penghargaan seni lukis tingkat daerah dan nasional itu kalah bersaing dalam perolehan pembobotan nilai. Harapannya benar-benar pupus tahun ini.
Disisi lain, Gubernur idola Aagym dan para ustadz yang dulu sangat menentang reklamasi kini justru sibuk dengan reklamasi Ancol seluas 155 ha. Bagi Abas, reklamasi bukan lagi jadi penyebab banjir, seperti yang pernah dikampanyekan dulu.
Reklamasi yang sekarang, menurut Abas, justru itu akan menyelamatkan warga DKI Jakarta dari bencana banjir. Begitu katanya saat menjawab pertanyaan terkait reklamasi Ancol.
Tapi sudahlah, biarkan saja rakyat yang menilai siapa senenarnya Abas dan bagaimana berbisanya mulutnya ketika mengeluarkan fatwa-fatwa.
Pada tanggal 15 Juli 2020 nanti akan ada gerakan solidaritas untuk Arista, anak yatim piatu yang punya segudang prestasi namun cita-cita dan harapannya tahun ini terkubur karena kebijakan ngawur Abas.
Entah sebutan apa yang pantas buat pemimpin seperti Abas. Menurut saya hanya ada 2 pilihan. Pemimpin Dzolim dan sangat dzolim. Silahkan dipilih.
Yusuf Muhammad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar