Selasa, 28 Juli 2020

Kebaikan Tuhan di Tengah Kesulitan Hidup


Beberapa bulan lalu, khususnya akhir tahun 2019 saya masih ingat bahwa ada banyak sekali prediksi orang-orang pintar tentang tahun 2020. Yaitu bahwa ke depan dunia akan semakin maju, angka pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Akhirnya berbagai macam perencanaan dibuat, beragam target dibuat. Sayangnya di awal tahun 2020 dunia dihantam pandemi Covid-19. Hampir semua prediksi yang dibuat oleh orang-orang pintar meleset. Banyak organisasi, bisnis bahkan negara yang kolaps karena efek dari Covid-19 ini. Semua rencana, target dan harapan seolah-olah menjadi sebuah kenangan di masa lalu dan sekarang yang bisa dikukan hanyalah berjuang supaya bisa hidup di masa-masa sulit ini. Kenyataan ini seringkali membuat banyak orang bertanya-tanya, di manakah Tuhan? Bukankah akhir tahun lalu semua sudah diakhiri dengan indah, dan menjelang awal tahun semua yang baik sudah dirancang-rancangkan. Tetapi kenapa malah sesuatu peristiwa yang di luar perkiraan malahan yang terjadi?

Merenungkan kenyataan hidup ini, saya teringat dengan kisah Yusuf. Dalam Kejadian 37 diceritakan bahwa 2 kali Tuhan memberikan mimpi kepada Yusuf, yaitu bahwa Yusuf akan menjadi orang yang besar yang akan dihormati saudara-saudaranya. Bahkan tidak berhenti di situ saja, tetapi di ayat 9, dalam mimpi yang kedua diceritakan bahwa Yusuf akan menjadi orang yang dihormati orang tuanya. Tetapi apa yang terjadi selanjutnya? Barusaja Tuhan memberikan visi yang besar kepada Yusuf, di pasal yang sama Yusuf malah dibuang dan dijual ke Mesir sebagai seorang budak oleh saudara-saudaranya sendiri. Mimpi yang sangat indah, dalam sekejap mata harus dilanjutkan dengan kenyataan yang sangat pahit.

Tetapi kalau kita mau menyelidiki lebih dalam lagi, di situlah letak rahasia rencana Tuhan. Yaitu bahwa Tuhan terkadang mengijinkan kesulitan-kesulitan terjadi dalam hidup ini, bukan untuk menghancurkan hidup kita, tetapi untuk menggenapi rencanaNya. Melalui kesulitan-kesulitan itulah kualitas hidup sedang dibentuk oleh Tuhan. Sehingga semakin lama semakin mengenal Tuhan, semakin lama semakin bertekun dalam Tuhan, semakin lama semakin menyadari panggilan hidupnya, dari hidup yang untuk diri menjadi hidup yang diberikan untuk melakukan kehendak Tuhan. Satu pernyataan iman yang sangat indah dari Yusuf dalam Kejadian 45 ketika Yusuf memperkenalkan diri kepada saudara-saudaranya yang telah menjualnya, yaitu bahwa berkali-kali Yusuf mengatakan "Allah telah". Yusuf dengan sangat percaya menyadari bahwa setiap peristiwa, termasuk penderitaan dan kesulitan dalam hidupnya adalah bagian dari rencana Tuhan untuk mempersiapkan dia melakukan hal yang lebih besar yang menjadi rencana Tuhan yaitu memelihara hidup satu bangsa Mesir dan sanak-saudaranya.

Bagaimana dengan kita dalam menghadapi setiap kesulitan hidup ini? Apakah kita semakin lemah atau kita semakin bertekun dan semakin mengandalkan Tuhan dalam hidup ini? Apakah kita semakin hidup untuk diri (self centered life) atau kita semakin hidup untuk menjalankan rencana Tuhan (Christ centered life)? Hidup ini hanya bisa bermakna ketika kita memiliki perspektif yang benar akan hidup ini, yaitu ketika kita menyadari kita hidup untuk melakukan kehendak Tuhan. Itulah yang membuat kita mampu melihat kebaikan Tuhan di tengah kesulitan dalam hidup ini. Terkadang Tuhan menunda mimpi-mimpi kita demi maksud baik, yaitu supaya kita dapat mengenal Tuhan lebih dalam lagi, mengandalkan Tuhan lebih banyak lagi dan mengubah hidup kita dari yang hidup untuk diri menjadi hidup untuk Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar