Minggu, 12 Juli 2020

ADA JARINGAN ISLAM RADIKAL DI BELAKANG CUSTOMER SERVICE TELKOMSEL YANG MENYEBARKAN DATA PRIBADI DENNY SIREGAR


Kasus penyebaran informasi pribadi Denny Siregar yang kemudian dimanfaatkan untuk menteror Denny dan keluarganya semakin menunjukkan bahwa ini bukan sekadar serangan personal. 

Beberapa poin penting yang perlu dicatat:

1. Penyebaran informasi pribadi dan penteroran terhadap Denny terjadi segera setelah Denny menulis postingan yang mengeritik pengeksploitasian anak-anak santri untuk kepentingan politik sempit dan bahkan terorisme. Gara-gara tulisan itu, Denny sudah dipolisikan di Tasikmalaya

2. Setelah Denny dipolisikan, di dunia maya menyebar informasi tentang Denny oleh akun @opposite6890 (atau @opposite6891).  Akun tersebut membawa gambar Malcolm X. Yang disebarkan adalah data pribadi, data keluarga plus pola penggunaan smartphone Denny.

3. Setelah penyebaran info terjadi, teror dimulai pada Denny, istri Denny dan anak-anak Denny.

4. Sejumlah kawan yang paham IT bisa mengidentifikasi bahwa data Denny yang menyebar itu berasal dari dalam Telkomsel

5. Denny memprotes Telkomsel

6. Protes Denny menyebar melalui media sosial dan media massa. Mulai ada seruan untuk memboikot Telkomsel. Telkomsel merespons. Pada awalnya hanya dengan menyatakan semua data pribadi pelanggan telkomsel terjaga kerahasiaannya.  Kemudian sejumlah pihak dalam Telkomsel menghubungi Denny untuk menyatakan mereka menyelidiki mengapa kebocoran terjadi.

7. Polisi mulai bergerak. Menkominfo juga menyatakan kepeduliannya.

8. Polisi menahan orang yang diduga menjadi penyebar data pribadi Denny. Namanya Febriansyah Puji Handoko.  Febri adalah karyawan outsourcing Customer Service Telkomsel. Dia mengaku membocorkan data pribadi Denny karena dia bersimpati pada akun @opposite6890 dan dia marah karena pernah dibully pendukung Denny.

9. Dalam jejak digitalnya di medsos, Febri – dengan nama akun @Brians_AFC – berulangkali memaki-maki NU, Banser dan membela HTI. Ia pernah menyebut NU bangsat, Banser anjing ... 

10. Kemudian diketahui bahwa pemilik akun @opposite6890 adalah Wahyu Budi laksono, yang kadang juga menggunakan nama Irsan A Rauf.

11. Wahyu tidak tinggal di Indonesia. Dia berpindah-pindah di luar negeri. Dia memiliki nomor Thailand dan juga Jordania.

12. Petinggi dan aktivis Aksi 212 Haikal Hassan diketahui dan mengakui mengalirkan dana untuk anak Wahyu yang tinggal di Indonesia.

Apa kesimpulan yang bisa ditarik dari data ini?

Pertama, ini seharusnya bukan kerjaan Febri sendirian yang membocorkan data pelanggan hanya karena alasan sakit hati. Dia mengirimkan data kepada seorang aktivis teror virtual profesional yang berpindah-pindah tempat di luar negeri yang keluarganya dibiayai oleh Haikal Hassan. 

Kedua, tidak masuk di akal kalau seorang Customer Service outsourcing bisa dan berani mengakses data pribadi pelanggan dan mengirimkannya kepada seorang aktivis teror virtual profesional. Febri bukan lone wolf. Hampir pasti dia bekerja bersama di dalam Telkoimsel. Sangat mungkin dia memiliki atasan yang mengetahui dan melindunginya. Febri pasti tahu risiko pembocoran data pribadi. 

Ketiga, hampir pasti Febri adalah bagian dari sebuah jaringan Islam radikal. Isi postingan medsosnya menunjukkan kebenciannya pada kelompok pluralis seperti NU dan Banser, serta sebaliknya dukungannya terhadap islam radikal seperti HTI. Bila benar, apa yang dilakukannya adalah bagian dari tindakan sistematis dan terencana.

Keempat, kasus ini kembali mengkonfirmasi dugaan dan tuduhan bahwa Telkomsel adalah salah satu lembaga yang disusupi atau bahkan dikuasai kaum radikal. Dengan kata lain, kemungkinan besar ada Febri-Febri lain baik di jajaran Customer Service, Staf, manajer atau bahkan Direksi  Telkomsel yang setiap akan memanfaatkan posisinya untuk kepentingan Islam radikal.

Kelima, keberadaan @opposite6890 ini dan keluarganya yang dibiayai Haikal Hassan mengkonfirmasi bahwa ini memang bagian dari gerakan lebih besar yang memperjuangkan Islam radikal dan berusaha menggerus pemerintahan Jokowi. Gerakan ini akan berusaha menghabisi aktivis-aktivis pro NKRI dan pemerintah Jokowi dengan segala cara. 

Karena itu, pembongkaran kasus ini seharusnya tidak berhenti pada Febri.  Ada kekuatan jauh lebih besar di belakang Febri. Mereka berniat menghancurkan Indonesia.

Ade Armando

Tidak ada komentar:

Posting Komentar