Senin, 31 Agustus 2020

Khilafah & Khalifah versi Allah Swt atau versi HTI yang tak jelas???


 Waah... Cak Nun kebablasan lagi neh...
Beliau harus membedakan Khilafah dalam Pandangan Allah Swt beserta Khilafah dalam penunjukannya Allah Swt sejak Nabi Adam as hingga Imam Mahdi afs dengan khilafah dalam pandangan & pilihannya manusia!

Kalau Pandangan dan Penunjukannya Allah Swt, iblis adalah mahluk yang pertama menentangnya! Apa nggak takut ngikutin jejaknya iblis lagi???
Padahal, iblis telah beribadah kepada Allah Swt 700.000 tahun sebelum Adam as diturunkan menjadi Khalifah di dunia!
Adapun QS. Al Baqarah : 124 dengan terang-benderang penunjukan Imam/Khalifah dalam manifestasi khilafah untuk seluruh manusia hanya dikhususkan kepada "Aali (Keluarga-Keturunan)-nya Ibrahim as dan Aali (Ahlul Bayt)-Nabi Muhammad Saww yg tak dzolim/ma'shum telah ditolak sebagian besar umat manusia sejak zamannya Ibrahim as dan juga sejak Nabi Muhammad Saww wafat kok...
Sedangkan kalangan jumhur umat Islam tidak mau menerima Khilafah atas pandangan Allah Swt atas kepemimpinan Ilahi (Imam2 Ahlul Bayt as dalam penjagaan Qur'an, Nubuwuah & Risalahnya Nabi Saaw) kok...

Kalau sudah menolak Khilafah yg Imam/Khalifahnya yg langsung ditunjuk oleh Allah Swt melalui sabdanya Nabi Muhammad Saww yg merupakan  Aali Sayyidina Muhammad hingga Imam Mahdi afs yg sesuai dengan dalil QS. Al Baqarah : 124, mending terima sajalah Khilafah ala NKRI beserta Pancasila, UUD 45 yg bermotto "Bhineka Tunggal Ika" dan berbendera Sang Saka Merah-Putih aja dengan legowo, karna hal tsb telah di-amani oleh para Ulama sejak Kemerdekaan RI!!
Atau bisa aja tunggu saja Imam Mahdi afs datang dan silahkan bertanyalah kepada Beliau afs, ketimbang berpolemik dengan sesama muslim & Pemerintah Indonesia!!!

So, sekali lagi... Monggo, Cak Nun harus menerima "Khilafah" yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia donk...!!! Bukan malah tertarik ama "Khilafah abal-abal ala HTI dooonk...!!!
Lha wong Khilafah NKRI udah jelas dan tak bertentangan dengan ajaran Islam!
Adapun Khilafah ala HTI jelas hanya bersifat ilusi semata yang bisa membuat perang saudara di Negara Indonesia!
So, kalau mau mau ikutan ama HTI dan sejenisnya... Silahkan cara benua yg kosong dan tak ada negara disana, segeralah hijrah kesana berjama'ah aja!
Maybe... Kutub Selatan bisa jadi tempat yang tepat buat kalian semuanya!

Minggu, 30 Agustus 2020

TAUKAH KAMU..??


Taukah kamu....
Bahwa saat PT Freeport mendapat konsesi lahan pertambangan seluas 2,6 juta haktare antara 1991 - 1995, suku Amungme dan suku Komoro harus pindah dari tanah leluhurnya dengan pergantian 0 Rupiah.

Taukah kamu..
Bahwa dimasa awal Freeport berproduksi pada 1973, dari 16.000 tenaga kerja, hanya 40 orang yg berasal dari Papua, khususnya dari suku Amungme. Itupun sebatas tukang sapu, pembersih rumput dan mess karyawan.

Upahnya pun sangat rendah, hanya Rp40 per jam. Kadang2 hanya dibayar dengan barang kelontong seperti kornet, rokok, dan tembakau. Pembayaran dalam bentuk barang ini, menurut PT Freeport, sesuai dengan permintaan pemerintah Indonesia sendiri.

Taukah kamu...
Bertahun2 warga Papua hanya bisa melihat hasil kekayaan alamnya dirampok asing sementara pemerintahan orba cukup senang meski hanya diberi 9% saham oleh PT Freeport. 

Tapi taukah kamu,
Bahwa berdasarkan pemberitaan majalah Prospek, 13 Juli 1998, Freeport telah menyerahkan uang kepada Yayasan Dana Sejahtera yang didirikan oleh Soeharto sebesar 20,3 juta dolar AS bersamaan dengan terbitnya Keppres No. 92/1996 pada 1996 dan 1997.

Selain itu, sejak tahun 1980, Soeharto juga menerima upeti setiap tahunnya paling sedikit sekitar 5 juta dolar hingga 7 juta dolar AS. Ini berarti, selama 17 tahun ia sudah mengantongi uang sebesar 102 juta dolar AS.

Taukah kamu...
Bahwa Prabowo masih ingin memberi kemudahan pada PT FI karena dianggap sudah berjasa bagi Indonesia. Bahkan melalui adiknya yg juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, menjanjikan untuk tidak akan menaikan pajak PT Freeport jika Prabowo terpilih menjadi Presiden. 

Janji tersebut diucapkan menjelang pilpres 2014, saat berpidato di acara The United States-Indonesia (Usindo) Society Washington Special Open Forum Luncheon.

Taukah kamu..
Bahwa kini Indonesia berhasil menguasai 51% saham PT FI dan Papua mendapat 10%. Dengan dikuasai Saham PT FI oleh PT Inalum (BUMN), Indonesia nantinya akan memperoleh keuntungan 860 triliun hingga tahun 2041.

Taukah kamu...
Bahwa itu semua adalah hasil kerja Presiden Jokowi serta menteri-menterinya yg tidak mau tunduk dengan tekanan asing.

Komala Kartawinatta

Jumat, 28 Agustus 2020

PEMBUNUHAN BERENCANA PARA GOWESER


Dan sebuah keanehan terjadi lagi. 

Di Jakarta. Iya, di Jakarta. Sebuah surat melayang ke Menteri PUPR. Memakai kop surat Gubernur Jakarta. Isinya meminta Menteri memgizinkan sebagian jalur tol lingkar dalam Jakarta dipakai buat pesepeda. 

Jika menteri PUPR pikirannya sama-sama lagi tinggi, kayaknya usulan itu dianggap nornal saja. Jalur kendara kecepatan tinggi. Dimana minimum kecepatan 60 KM/jam, diminta sebagian untuk gowes. Pada minggu pagi, jam 06.00 sampai 09.00. 

Kayaknya Kementerian PUPR kita masih waras. Bagaimana mungkin jalur tol yang keberadaanya diatur UU, kendaraan apa saja yang bisa melintas, tetiba diminta untuk sepeda. Bahkan sepeda motor saja dilarang masuk tol. 

Jika menerima usulan luar biasa itu, Menteri PUPR harus melawan UU dulu. Lalu mengeluarkan aturan Menteri yang isinya jelas melanggar UU. Lalu secara hukum tata negara, Menteri dianggap melanggar sumpah jabatan. Lalu penjara menantinya.

Itu dari sisi menteri. Kini bayangin jika kamu pesepeda.

Di jalan tol, dimana truk tronton, bus besar dan berbagai kendaraan roda empat diperbolehkan jalan dengan kecepatan minimal 60 KM/jam, seberapa kencang hempasan anginnya? Saat kamu bersepeda di pinggiran, meski disediakan jalur sendiri, apa yang akan terjadi ketika ada pengendara yang meleng sedikit saja.

Katakanlah sepedamu Brompton, yang mahal yang rangkanya keren itu. Tapi sebrompton-bromptonnya, kayaknya kalau disenggol tronton, bakal remuk juga deh.

Katakanlah kamu mepakai helm sepeda kelas Olimpiade. Tapi helm sepeda itu hanya bisa mengurangi resiko  benturan ringan. Kalau diadu dengan roda bus, bakal nyerah juga. 

Bersepeda memang bisa membuat badan lebih sehat. Tapi bersepeda di jalan tol, kayaknya lebih dekat ke RS dan kuburan ketimbang sehat wal afiat. Paru-paru mungkin bisa sehat. Tapi kalau tulang patah dan tengkorak hancur, apa gunanya?

Kita tentu maklum, usulan seperti ini disampaikan Gubernur Jakarta. Jika Gubernur lain yang dikenal kepalanya punya isi, tentu kita marah dengan usulan yang mengada-ada ini. Karena Gubernur Jakarta yang menyampaikan, ya, kita gak perlu marah. 

Ini mungkin salah satu dampak memilih orang berdasarkan preferensi agamanya. Bukan nerdasarkan keahliannya. Kalau ada usulan ngaco, kita hanya bisa senyum.

Anggap saja pemakluman kita pada usulan ini sebagai apresiasi pada hajat hidup orang ngaco.

Saat membaca surat ini, saya hanya bisa mengelus dada.

"Dadanya siapa, mas?," celetuk Abu Kumkum.

Eko Kuntadhi

KETIKA CN MANYUN.


Saya berkawan dgn nya +/-8 thn, semula sy sama seperti banyak orang, mengaguminya, dia berani bicara lantang ttg pemerintah, dan dianggap kiayi mbeling. Namun lama kelamaan sy melihat ada yg aneh pd dirinya, dia sll bcr dgn orang di segmen bawah, khususnya yg menganggap pemerintah tak adil. Secara sadar pasar itu memang ada dan inilah yg di garap banyak orang, disana ada paras kebodohan dan rasa marah karena hidup tak berkecukupan, tapi apakah CN hidup sama seperti mereka, ya tentu tidak, dia sangat hedonis. Sama seperti Said Iqbal presiden KSPI yg punya rumah bak istana, apa pikirannya terhadap nasib buruh murni.

Jenis-jenis pemain seperti ini banyak di Indonesia, ada yg pakai topeng agama, politik, dll. Lihat bgmn salesman pembalut jd ustadz, mualaf ingusan jd ulama, dst. Tapi kalau CN sendiri dia pemain lama. Sebenarnya kawan-kawannya yg dulu sekumpulan banyak yg sukses dan menjalani karir dgn benar seperti, almh. Djadjuk, Butet, Ebiet, Sudjiwo Tedjo, dll. Mereka tdk perlu feat dgn Kotak, mereka feat dgn kebenaran.

Luapan suara yg teriak khilafah adalah idenya Allah adalah cara lama cari perhatian, dia Cemen !, Dgn itu banyak yg komen, maka namanya terus eksis, sama seperti Anies, dan jenis pemain model beginian, Anies, CN dll jenis spesies ginian gak bodoh, mereka pintar, mereka punya segmen pasar sendiri, mereka merawatnya dgn cara keinginan pasarnya. Jadi dlm hati mereka tdk ada niat bgmn membuat orang yg dibualinya menjadi sadar dan baik, namun sebaliknya ttp dirawat dlm pikiran yg sungsang.

Kajian khilafah itu jelas, membawa keburukan, ada 21 negara di dunia yg menolak kehadirannya, Indonesia sdh sempat dijadikan basis saat SBY memerintah sambil rekaman, ada HTI deklarasi di GBK dibiarkan, untung Jokowi cepat bertindak, HTI bubar, namun doktrinnya sdh menjalar kemana-mana, ini yg harus di berantas kalau kita tak mau seperti negara yg sdh porak-poranda. Indonesia punya Pancasila, kita bergeming dgn ideologi yg pas dan pantas itu. Wong sdh jelas khilafah itu bkn sistim pemerintahan, mereka hanya membentuk sistim perongrongan dan perpecahan, jd gampang orang yg seperti itu otaknya gak utuh.

Kalau mereka bicara sistim pemerintahan Islam, suruh mereka melihat dirinya apa mereka Islam dgn prilakunya itu, menghasut,memfitnah dan sumpah serapah sampahnya kepada pemerintah.

Kalau mereka bcr umat Rasullulah, minta mereka buka mata. Ada dua negara di dunia yg dipinpim keturunan Rasullulah Muhammad SAW, Jordania yg dipimpin Raja Abdullah,  dan Maroko, yg di pimpin Raja Muhammad lV. Mereka sangat Egaliter, negerinya tanpa gelimangan minyak, tapi mereka membangun bisnis dgn benar, makanya rakyatnya berbinar, Ratu Rania yg keturunan asing, tanpa embel-jilbab dan abaya, namun dicintai rakyatnya, mereka bs satu keluarga manakala menjenguk rakyatnya yg sakit, dst. 

Kalau khilafah itu baik utk kemanusiaan, kenapa tdk diterima oleh manusia didunia pada umumnya. Jd kalau ada serpihan manusia tolol di Indonesia yg mengidolakan khilafah, maka dia adalah orang tolol yg berdiri diatas ketololan orang lain. Biasanya model seperti ini bermodal janji, seolah kalau Pancasila di ganti perut mereka langsung berisi, ngimpi itulah yg berujung sampah, dan kehancuran yg mewabah.

JADI BIARKAN DIA TERIAK SAMPAI SERAK GAK APA-APA, WONG KELAS KAMI YG DEKLARASI LEBIH KOMPLIT SAJA DIBIARIN, APALAGI KELAS CN YG MANYUN, MARI KITA TERSENYUM, KARENA KITA MAKLUM KELAS NON DIGITAL PASTI OTAKNYA KENTAL.
.
.
.
Biakto Biakto

AHOK HARUS SELALU SALAH


Begitulah nasib seorang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang kini lebih suka dipanggil BTP. Hanya karena ingin menjegal ia menjadi Gubernur DKI Jakarta, maka segala cara dilakukan oleh pihak tertentu hingga akhirnya harus mendekam di MAKO Brimob. 

Tidak sampai di situ saja. Urusan rumah tangganya pun masih diutak atik bahkan oleh para pendukungnya sendiri, dan yang terkini adalah posisinya sebagai Komisaris Utama di PT Pertamina (Persero) yang dianggapnya tak cocok dan lain sebagainya. Puncaknya ketika diberitakan bila Pertamina mengalami kerugian pada semester 1 sebesar 11,2 Triliun rupiah.

Hobby benar ya bila sudah menyoal BTP seolah tidak pernah ada baiknya, tapi diam ketika harga BBM turun. Begitu pun ketika di tahun-tahun sebelumnya Pertamina rugi semua diam. Coba sekarang perhatikan dengan seksama, Pertamina kini mengalami peningkatan penjualan produk minyak dan gas pada Juli 2020, hingga mampu memperbaiki keuangan yang terpuruk pada S1 2020. 

Dilaporkan bahwa penjualan seluruh produk sebesar 6,9 juta Kilo Liter (KL) atau meningkat 5% dibandingkan Juni 2020 sebesar 6,6 juta KL. Sementara, dari sisi nilai penjualan, pada Juli berada di kisaran 3,2 miliar dollar AS, naik 9% dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,9 miliar dollar AS.

Dengan adanya peningkatan tersebut, Pertamina mampu memperbaiki kondisi keuangannya yang mengalami kerugian sebesar 767 juta dollar AS, atau setara Rp 11,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.600 per dollar AS), pada paruh pertama tahun ini.

Pertamina terus memperbaiki kinerjanya dengan melakukan renegosiasi kontrak, memitigasi rugi selisih kurs, tetap menjalankan operasional dan investasi untuk mempertahankan produksi hulu, meningkatkan strategi marketing dengan program diskon dan loyalty customer untuk meningkatkan pendapatan, me-review dan memperbaiki model operasi kilang dan lain-lainnya.

Kerugian tersebut diakibatkan penurunan harga minyak mentah dunia, kemudian penurunan konsumsi BBM di dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dollar AS yang berdampak pada rupiah sehingga terjadi selisih kurs yang cukup signifikan.

Namun lebih utamanya karena pandemi Covid-19 pada Februari-April 2020. Tercatat, pada periode ini Pertamina mengalami kerugian sebesar 500 juta dollar AS setiap bulannya. Namun memasuki Mei hingga Juli lalu, laba bersih pun beranjak naik rata-rata sebesar 350 juta dollar AS setiap bulannya. Pencapaian positif ini akan terus mengurangi kerugian yang sebelumnya telah tercatat.

Coba bandingkan dengan laporan keuangan perusahaan migas lainnya, Pertamina termasuk paling kecil ruginya. Bahkan dengan perusahaan migas yang memiliki total aset yang sama, Pertamina tetap jauh lebih kecil.

Shell                      rugi Rp 269 Triliun + PHK
Chevron                rugi Rp 127 Triliun + PHK
Total                      rugi Rp 122 Triliun + PHK
Britis Petroleum  rugi Rp   98  Triliun + PHK
Saudi Aramco      rugi Rp   96  Triliun + PHK
Exxon Mobil         rugi Rp   19  Triliun + PHK
Pertamina            rugi Rp   11  Triliun        -

Justru seharusnya Pertamina patut diapresiasi  karena tidak mengeluarkan kebijakan PHK karyawannya. Kemudian satu hal yang perlu dipahami oleh masyarakat luas bahwa posisi BTP yang menjabat sebagai Komisaris Utama, bukanlah penentu kebijakan perusahaan. Akan  tetapi mengawasi kebijakan dan turut membantu kinerja direksi.

Sampai disini paham ya..

Bukan sedikit-sedikit salah Ahok..

https://youtu.be/QpFhA0O8Gnc

https://youtu.be/Cv9DWM0hyX0

https://youtu.be/MHIHHMsqE1I

Salam BBM (Banyak Bacot Mulutmu)..

[Wahyu Sutono]

Inilah Dalil BANSER Jagain Gereja

======

Buat yang senengnya tanya dalil-dalil, maka ini bisa sekedar menjadi bacaan sambil minum kopi malam ini. Tentang Dalil BANSER Jagain Gereja. Baiklah kita mulai.

"Al mu'minu man aminahu an-nasu 'ala dima'ihim wa amwalihim," atau yang artinya kurang lebih seperti ini, "seorang Mukmin itu adalah orang yang manusia lainnya merasa aman atas darah dan harta mereka." Inilah pesan nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i dan Imam Ahmad bin Hanbal dari Abu Hurairah. 

Jadi, seorang mukmin itu (atas keimanannya) menjadikan manusia di sekitarnya merasa aman. Bukan sebaliknya, atas nama keimanan justru membuat orang lain merasa terusik, merasa terancam, atau malah terteror. Kalau begitu, berarti imanmu tak aman. 

Bukan juga atas keimanan, justru nyawa orang lain merasa terancam, apalagi atas nama iman, malah berani persekusi kelompok lain, mengancam dan/atau bahkan melakukan pembunuhan kepada orang lain. Apa artinya, imanmu tak membuat orang lain merasa aman, apalagi nyaman. 

Makanya, ketika ada BANSER menjaga gereja untuk membantu mengamankan umat Kristiani merayakan natal adalah hal yang sudah benar dan tepat. Dalilnya banyak, tapi kalau sampean mau baca. Kalau ngga ya adanya pasti nyalahin teruuuss. 

Pertama, Al-Jashahsh dalam kitabnya yang berjudul Ahkam al-Qur'an berpendapat bahwa tempat-tempat ibadah non muslim tidak boleh dihancurkan, ketika mereka berada dalam sebuah ikatan perjanjian bersama (kenegeraan dan kebangsaan). 

Kedua, Al-Akhfasy juga berpendapat demikian. Bahwa tempat ibadah non muslim tidak boleh dihancurkan, dan harus diberikan perlindungan total, termasuk hak-haknya dalam menjalankan aktivitas keagamaannya, juga harus dijamin. 

Ketiga, Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam Kitab Ahkam Ahl Adz-Dzimmah, juga berpendapat demikian. Menurutnya Allah telah memelihara tempat-tempat ibadah  non muslim itu dengan perantara kaum muslimin, sebagaimana Allah juga telah menjaga keselamatan para Pendeta. Pendapat ini disandarkan atas pendapat Ibn Abbas.

Masih ada lagi? Ada.

Nabi Muhammad malah lebih dahsyat lagi, ketika beliau tidak hanya melindungi kaum Nasrani dan Yahudi tapi juga memberikan kesempatan kepada kaum Nasrani dari Najran yang berjumlah 60 orang untuk melaksanakan kebaktian di Masjid Nabawi. 

Kisahnya ada di dalam kitab at-Tabaqat karya Ibnu Sa’d. dikisahkan bahwa suatu ketika datang utusan Nasrani dari Najran berjumlah 60 orang ke Madinah untuk menemui Nabi. Nabi pun menyambut mereka di Masjid Nabawi. Sekali lagi, di Masjid Nabawi.

Dan menariknya, ketika waktu kebaktian tiba, maka mereka melakukan kebaktian di masjid. sekali lagi, di Masjid. Ya tentu saja Masjid Nabawi, bukan lainnya. Apa para Sahabat tidak marah? Tentu saja para sahabat berusaha untuk melarang mereka. Namun apakah Nabi melarang mereka beribadah di Masjid Nabawi? Tidak. Nabi memerintahkan kepada para Sahabatnya: da’uhum: ‘biarkanlah mereka’.

Peristiwa bersejarah tentang toleransi itu terjadi pada hari minggu setelah ashar tahun 10 Hijriah. Dan kisah ini juga tercantum dalam beberapa babon kitab sejarah seperti Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Sirah Ibn Hisyam, dan juga Sirah Ibn Ishaq.

Makanya, ketika Abu Bakar menjadi Khalifah, ia selalu memerintahkan kepada komandan pasukan perangnya untuk tidak merobohkan tempat ibadah agama apapun. Kata Al-Hindi, juga termasuk pendeta. 

Masih ada? Banyak. Silahkan cari sendiri. 

Kalau Sampean masih ribut terus masalah BANSER jaga gereja, ya kebangeten. Termasuk yang ribut-ribut larangan mengucapkan Selamat Natal karena takut akidahnya rusak. Ya ngga usah diucapin, tinggal ditulis saja, "SELAMAT MERAYAKAN NATAL BAGI SAHABAT-SAHABAT YANG MERAYAKAN." 

Kalau masih ada yang ngeyel, "ngucapin selamat natal itu haram!!!" Jawab saja, "Ya, karena menurut kalian ngucapin Selamat Natal itu haram, makanya ngga tak ucapin kok, tak tulis." Hehee...

BANSER..... JOSSSS....

✍🏼 Aan setiawan

Kamis, 27 Agustus 2020

LAWAN SAJA ORANG-ORANG KHILAF YANG INGIN MENGGANTI NKRI DENGAN SISTEM KHILAFAH


Ada banyak muslim yang tergabung dalam kelompok radikal seperti Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS)/Daulah Islamiyyah fi al-'Iraq wa al Syam (DAISH), al-Qaedah, dan Hizbut Tahrir (HT) yang berilusi ingin mewujudkan Daulah Islamiyyah (Negara Islam). Kelompok tersebut sangat anti terhadap sistem demokrasi. Mereka punya hobi menggelar demonstrasi yang mendorong tegaknya kembali sistem khilafah dan penegakan syariat Islam (tathbiq al-syrari'ah al-Islamiyyah). Untuk mencapai tujuan tersebut ISIS dan al-Qaedah memakai jalur kekerasan dan teror, sedangkan HTI menempuh cara yang berbeda, yakni jalan damai. HTI kini berani terang-terangan menyuarakan ide-ide gilanya menentang keabsahan NKRI, sedangkan pemerintah atau pihak yang berwajib bungkam seribu basa, membiarkan NU sendirian terutama Banser berteriak lantang menentang gerakannya. 

Islam sesungguhnya tidak menentukan khilafah sebagai sistem pemerintahan yang absah satu-satunya, meskipun sistem ini pernah ada dalam sejarah masa lalu umat Islam. Kita bebas memilih dan menentukan sistem pemerintahan mana pun sepanjang urusan duniawi rakyatnya dapat diatur dengan sebaik-baiknya dan urusan agama dapat selalu terjaga dan bebas dilaksanakan. Sebab yang penting adalah substansinya, bukan apa bentuknya.

Ketika semua negara di dunia ini telah berubah menjadi nation state atas dasar kehendak dan kesepakatan masing-masing rakyatnya, maka Khilafah Islamiyyah apalagi yang bersifat global tidaklah relevan lagi. Ide Khilafah tersebut sebagai hasil ijtihad politik  pada masa lalu umat Islam kini sudah diganti dengan model nation state (negara bangsa) di seluruh penjuru dunia.

Tidak ada kewajiban sedikit pun bagi individu umat Islam untuk ikut serta menegakkannya kembali. Bahkan kita tidak berdosa menentang sekeras-kerasnya. Karena dalam kitab suci al-Qur'an kata "khilafah" tidak pernah sekalipun disebutkan, selain karena upaya menegakkan kembali sistem khilafah akan menimbulkan perselisihan di kalangan rakyat banyak tentang siapa khalifah yang disepakati umat dan saya duga kuat tidak akan ada satu negara pun di dunia ini yang mau menyerahkan kedaulatannya secara damai kepada para "pejuang" berdirinya sistem khilafah. Memaksakan kehendak demi tegaknya sistem khilafah dan penerapan syariat Islam pasti membahayakan keutuhan NKRI, yakni mengakibatkan disintegrasi bangsa dan chaos.

Pemerintah RI tidak boleh tinggal diam, wajib bertindak cepat, tegas dan berani segera membubarkan semua kelompok yang anti terhadap Pancasila. Ide khilafah dari orang-orang Islam yang sedang khilaf, buta sejarah dan tidak menghargai para ulama pejuang NKRI itu harus dilawan dengan cara melarangnya agar rakyat tidak berselisih dan saling menumpahkan darah karenanya. Membiarkan mereka itu sama dengan membiarkan kanker ganas menggerogoti tubuh sehat kita. Penyakit apa pun wajib dicegah segera sebelum berjangkitnya, wajib diobati hingga sembuh setelahnya, dan wajib segera diamputasi bila menular ke organ-organ sehat lainnya.

✍🏼 KH.Ahmad Ishomuddin

TUJUH ALASAN MENGAPA MUI (TIDAK) BOLEH DIBUBARKAN!


1. MUI masih relevan! MUI didirikan pada era perang dingin, tepatnya pada 26 Juli 1975. Indonesia saat itu berada dalam salah satu blok, sehingga pantas kalau pemerintah menggerakkan semua sumber daya untuk menghalau ideologi blok timur, komunis! Menyatukan ulama dalam lembaga MUI akan lebih mudah untuk melawan ideologi komunis di Indonesia. Lagi pula sampai saat ini perang dingin belum usai: Uni Soviet masih menguasai seluruh eropa, tembok berlin masih berdiri kokoh di Jerman, tentara merah tetap berkuasa di Afganistan, Indocina masih dikuasai oleh tentara khmer yang komunis, dan Mao masih berambisi menguasai Asia dan Asia Tenggara.

2. MUI pantas dicontoh! Betul bahwa fusi partai-parti Islam menjadi PPP dan fusi partai-partai nasionalis menjadi PDI memang bertujuan untuk “menyederhanakan” dan mengontrol kehidupan politik rakyat Indonesia, tapi tidak dengan penyatuan para ulama Indonesia dalam wadah MUI. Kalau pun lembaga itu didirikan untuk mengontrol ulama Indonesia, apa sich salahnya dikontrol oleh Orde Baru? Lagi pula MUI telah membuktikan sebagai lembaga yang solid, saat partai fusi PPP dan PDI pecah berkeping-keping di awal orde reformasi, MUI tak bergeming. MUI tidak terpancing menjadi partai politik, mungkin nanti! sebab MUI memiliki semua syarat untuk menjadi partai politik.

3. MUI luar biasa! Fatwa-fatwa MUI sangat dipatuhi oleh umat. Di antara fatwa-fatwa MUI yang fenomenal adalah fatwa haram memilih pemimpin perempuan dan fatwa haram mengucapkan selamat natal. Fatwa ini bukan hanya dipatuhi oleh Bangsa Indonesia, juga dipatuhi oleh Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Buktinya negara-negara itu tidak pernah memiliki kepala negara perempuan. Fatwa yang juga luar biasa dampaknya adalah fatwa haramnya mengucapkan selamat natal. Tidak ada seorang pun yang berani mengucapkan selamat natal kepada MUI baik ditujukan untuk lembaga maupun ulama yang bernaung di dalamnya.

4. MUI lembaga OK! Sebagai lembaga penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah), MUI juga punya jasa sangat besar. Ribuan ulama berbaju putih berhasil menyampaikan aspirasinya kepada umaro Jakarta kala itu. Tanpa MUI mungkin yang berkumpul tidak akan sebanyak itu dan tidak diliput oleh begitu banyak media sehingga umro Indonesia mendengar aspirasi tersebut.

5. MUI lembaga efektif! Sebagai lembaga yang berfungsi meningkatkan kerja sama antar lembaga. Kesuksesan dalam hal ini dapat dibuktikan: organisasi apa saja di Indonesia yang anti pemimpin non muslim bisa dengan mudah berkumpul, berujuk rasa, membangun koalisi, dan bahkan memaki-maki. Ini membuktikan kekuatan MUI sebagai lembaga fatwa dan pemberdayaan sangat hebat.

6. MUI mendapat WTP! Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan anggaran oleh MUI sangat luar biasa. Anggaran MUI bersumber dari: APBN melalui DIPA Kementerian Agama, sertifikasi halal melalui sayap organisasi bernama Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetik (LPPOM) dan Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) serta Dewan Syari’ah Nasional (DSN) yang mengurus rekomendasi perbankan syariah, semua laporan keuangannya dapat diakses oleh siapa saja. Maka tidak heran jika MUI mendapat status WTP= Wajar Tidak di-Pedulikan!

7. Penting! Tidak ada dalil yang memerintahkan umat manusia untuk membubarkan MUI. Melakukan hal-hal yang tidak diperintahkan dalam agama adalah bid’ah. Semua bid’ah adalah sesat dan semua kesesatan akan masuk neraka. Jadi membubarkan MUI adalah bid'ah, sesat, dan masuk neraka. INGAT ITU!

#jangantertawa

✍🏼 Makinuddin Samin

BRAHMANA HUSAINI: KOMUNITAS HINDU YANG MENCINTAI SAYIDINA HUSEIN


Brahmana Hussaini adalah komunitas Hindu yang memiliki keterkaitan yang erat dengan Islam. Diceritakan bahwa leluhur mereka, Rahab Sidh Datt pernah berperang untuk Imam Hussain dalam pertempuran Karbala pada tanggal 10 Muharram tahun 680 M, mengorbankan tujuh orang putranya. Dari peristiwa tersebut, kemudian dikenal sebagai Brahmana Hussaini. Mereka sekarang tersebar di Sindh di Pakistan, Maharastra, Rajasthan, Kashmir, Delhi dan bagian lain India, Pakistan dan Arab.

Asal usul Brahmana Hussain adalah berasal dari  kelompok Datt atau Dutt, sebuah klan prajurit di antara tujuh klan di dalam kelompok etnis Mohyal Brahmana yang berasal dari wilayah Punjab atau Haryana di utara India.

Datt adalah seorang kepala suku dari kalangan Brahmana yang mampu menghentikan perlawanan Alexander Agung ketika menaklukkan India. Lalu mereka mengawal Aleksander Agung kembali ke Macedonia. Ketika Aleksander wafat, Datt bersama pengikutnya pindah ke Arab. 

Sejarah lain menyebutkan, bahwa setelah perang Mahabarata, Aswata yang merupakan leluhur Datt mengungsi ke wilayah Arab bersama pengikutnya. Datt sendiri berasal dari bahasa Hindi, daata, yang berarti dermawan. [1]

Versi lain mengisahkan tentang bagaimana Dutt dari Punjab kemudian dikenal sebagai Brahmana Hussaini. Salah satu istri Imam Hussain yaitu Sahhr Banu adalah saudara perempuan dari Chandra Lekha atau Mehr Banu, istri seorang raja India, Chandragupta. Ketika sudah jelas bahwa Yazid akan berperang dengan Imam, maka anak Imam bernama Ali Ibn Hussain menulis surat kepada Chandragupta untuk meminta pertolongan melawan Yazid. 

Setelah menerima surat tersebut, Chandragupta segera memberangkatkan pasukannya ke Irak untuk membantu Imam Husein. Pada saat mereka tiba, Imam Husein ternyata  telah terbunuh. 

Di kota Kufah, Irak saat ini, mereka bertemu dengan Mukhtar Saqaffi, seorang murid Imam, yang mengatur tempat tinggal bagi mereka di bagian khusus kota yang sekarang dikenal sebagai Dair-i-Hindiya atau kampung orang India. Al-Hindiya atau Hindiya ( Arabic : الهندية ) adalah sebuah kota di Irak di tepi Sungai Efrat yang masih termasuk provinsi Karbala. Di bawah kepemimpinan Bhurya Dutt, beberapa Brahmana Dutt ikut berperang bersama dengan Mukhtar Saqaffi melakukan pembalasan atas kematian Imam Husain. [2]

Setelah bergabung dengan Mukhtar Saqoffi yang dikenal dengan kelompok At - Tawaabun dan berhasil menuntut balas kepada orang-orang yang telah membunuh Imam Husain.  Brahmana Dutt menemui anggota keluarga Imam Husain. 

Dia memperkenalkan dirinya dengan mengatakan, “ Saya seorang Brahmana dari Hindustan.” 

Kemudian dijawab, “Sekarang kamu adalah Brahman Husaini. Kami akan selalu mengingatmu.”

Selanjutnya Brahmana Dutt pergi dari Kufa ke Afghanistan, dan dari sana kembali ke India di mana dia tinggal selama beberapa hari di Nankana. Di distrik Sialkot ada sebuah kota yang dikenal sebagai Viran Vatan. Tempat itu adalah rumah leluhur Brahmana Husaini. Konon disitu tersimpan sehelai rambut Imam Husain, yang disimpan di tempat suci Hazratbal di Srinagar, Kashmir bersama dengan sehelai rambut Nabi Muhammad. [3]

Sampai saat ini, kelompok Datt yang memperingati Tragedi Karbala bersama umat Islam demi mengenang pengorbanan leluhur mereka yang berjuang bersama Imam Husain, menyebut diri mereka sebagai Brahmana Husaini. Salah satunya Sunil Dutt aktor India yang terkenal tersebut keturunan Brahmana Husaini. 

Purn. Kolonel Ramsarup Bakshi, salah seorang anggota Brahmana Husaini, menyatakan kepada Pune Mirror bahwa komunitasnya bangga karena memiliki ikatan dengan Imam Husain dan menghormati Asyura. “Kami merupakan komunitas yang sangat kecil di Pune. Tapi bagian kecil sejarah ini begitu penting dalam hidup kami. Kami menjadi lambang ikatan berabad-abad antara Hindu dan muslim.” [4]

Sangat ironis sekali ketika sebagian besar mayoritas ummat Islam alergi terhadap peringatan Asyura yaitu terbunuhnya Sayidina Husein di Karbala. Bahkan takut dianggap sesat, justru di India ada komunitas Hindu yang disebut Brahmana Husaini dengan bangga menyebut pengikut, pencinta dan pembela Sayidina Husein dan memperingati tragedi Karbala.

“Aku belajar dari Hussein bagaimana menjadi pemenang, aku belajar dari Hussein meraih kemenangan dalam keadaan tertindas. Kemajuan Islam tidak bertumpu pada pedang pemeluknya, namun hasil dari pengorbanan agung Hussein.” [ Mahatma Gandhi ]

Daftar Pustaka:

[1] https://hussainibrahmin.tumblr.com/brahminsinkarbala

[2] https://www.jagranjosh.com/general-knowledge/muharram-brief-history-of-hussaini-brahmins-1568031343-1

[3] https://www.imamreza.net/old/eng/imamreza.php?id=11294

[4] https://timesofindia.indiatimes.com/city/patna/Hindus-participate-in-Muharram/articleshow/2716459.cms

Selasa, 25 Agustus 2020

HATEI MEMANG SANGAT INGIN MENGHANCURKAN NU WALAU DENGAN BADAI FITNAH DAN KEBOHONGAN SEKALIPUN


Oleh UBK

Setelah dibubarkannya HTI (Benalu Negara) oleh Pemerintah, 
exs exs pemuja Khilafah Palsu itu pun merasa di injak kehormatannya, mereka kelojotan, 
Perjuangan dari pertengahan tahun 80 an datang ke Indonesia menyelinap menyebarkan paham khilafah palsu ke kampus2 dan anak2 muda labil Yang kosong bekal agama,
hancur begitu sama oleh Penguasa, 
Mereka marah, mereka dendam dan bertekad menghancurkan Pemerintah atau siapa saja Yang didekati Pemerintah sah, 

Maka dibidiknya NU (Nahdlatul Ulama) NU difitnah, dihina,dicaci,dibusukkan namanya, 
Ulama ulama NU dihasud dituduh syiah, liberal tanpa bukti, dibusukan namanya pula dll. 
semua cara dihalalkan walau dengan cara cara iblis sekalipun,propaganda dimainkan
Karena mereka tahu jika NU hancur mudah bagi mereka menghancurkan Indonesia dan menggantikannya dengan Khilafah Tahririyah khayalan mereka,

Mereka lupa bahwa Nahdlatul Ulama itu sudah sering berhadapan dengan Musuh dari dulu, mulai PKI,MASYUMI,DI,NII dll dan 32 tahun di kucilkan oleh Order Baru,tapi tetap berdiri kokoh sampai sekarang,.

Mereka lupa juga bahwa NU adalah Organisasi pendidikan, sosial, budaya Yang telah diakui seluruh dunia bahkan mengibarkan bendera NU dinegara mana saja tidak ada Yang melarang, karena NU mengajarkan kebaikan,kedamaiam bagi siapa saja dan di negara mana saja,

Berbeda dengan HTI Yang dilarang dimana mana dengan berbagai alasan :

Berikut negara negara yang melarang Hizbut Tahrir:

1. Mesir 
Dibubarkan: 1974
Alasan: Terlibat upaya kudeta  

2. Suriah
Dibubarkan: 1998
Alasan: Dilarang melalui jalur ekstra yudisial

3. Turki
Dibubarkan: 2004
Alasan: Organisasi teroris

4. Rusia
Dibubarkan: 2003
Alasan: Organisasi teroris

5. Jerman
Dibubarkan: 2003
Alasan: Penyebar propraganda kekerasan dan anti semit Yahudi

6. Malaysia
Dibubarkan: 2015
Alasan: Dianggap kelompok menyimpang

7. Yordania
Dibubarkan: 1953
Alasan: Mengancam kedaulatan negara

8. Arab Saudi
Dibubarkan: Era Abdulaziz
Alasan: Ancaman negara

9. Libya
Dibubarkan: Era Moamar Khadafi
Alasan: Organisasi yang menimbulkan keresahan

10. Pakistan
Dibubarkan: 2016
Alasan: Dianggap ancaman negara

11. Uzbekistan
Dibubarkan: 1999
Alasan: Menjadi dalang pengeboman di Tashkent

12. Kirgistan
Dibubarkan: 2004
Alasan: Kelompok ekstrem

13. Tajikistan
Dibubarkan: 2005
Alasan: Terlibat aktivitas terorisme

14. Kazakhstan
Dibubarkan: 2005
Alasan: Terlibat terorisme

15. China
Dibubarkan: 2006
Alasan: Melakukan kegiatan teror

16. Bangladesh
Dibubarkan: 2009
Alasan: Terlibat aktivitas militan dan mengancam kedamaian

17. Perancis
Dibubarkan: -
Alasan: Organisasi ilegal

18. Spanyol
Dibubarkan: 2008
Alasan: Organisasi ilegal

19. Tajikistan
Dibubarkan: 2001
Alasan: Sejumlah anggotanya dipenjara

20. Tunisia
Dibubarkan: -
Alasan: Merusak ketertiban umum

21. Indonesia
Dibubarkan: 2017
Alasan: Bertentangan dengan Pancasila dan konstitusi, mengancam ketertiban masyarakat, dan membahayakan keutuhan negara. 

Jelas sudah bahwa mereka memang sangat berbahaya, mengancam keamanan negara, 
Memakai tameng Kalimat dan Asma Tuhan, 
Agama dijadikan benteng,
karena mereka paham betul kalimat
"JIKA KEPENTINGAN POLITIK DIBUNGKUS AGAMA,MAKA JIKA ADA YANG MELAWAN PASTI DITUDUH MELAWAN AGAMA"

Oleh karena itu kita harus cerdas menyikapi kelicikan kelicikan,kebohongan kebohongan serta propaganda mereka...

"UBK" (Ustadz Brama Kumbara)

HTI DAN GUYONAN GUS DUR


Tadinya saya berpikir, “Ya sudahlah. HTI tidak perlu diladeni. Kan mereka sudah menjadi ormas terlarang. Kita tinggal nunggu berita viral aparat menangkap tokoh-tokoh mereka.” Apalagi saya sudah sangat paham HTI, teori dan praktik, lahir dan batin. Saya tahu persis isi hati HTI yang paling dalam. Tentang kitab-kitab resmi (mutabanat), saya mendapatkan ijazah dari Mu’tamad/Mas’ul ‘Am (Ketua Umum HTI) untuk mengajarkannya. 

Tapi ternyata, kegiatan HTI tanpa nama HTI (pakai nama samaran) membuat masyarakat sadar akan hakikat HTI yang sesungguhnya. Publik menyimak polemik dan perang opini antara kader-kader NU melawan HTI. Sementara ini publik tidak berpihak ke HTI. Belum ada ormas, ulama dan tokoh umat yang menyatakan siap pasang badan seandainya kader-kader HTI diciduk polisi. Bagi penggiat diskusi yang berminat pada isu-isu politik kontemporer dan pemikiran  Islam memiliki, narasi-narasi basi HTI dijadikan bahan untuk memperluas spektrum tentang Khilafah yang akan memperkaya wawasan seputar pemikiran politik Islam. 

Seperti guyonan Gus Dur, orang Indonesia itu apa yang dibicarakan berbeda dengan apa yang dikerjakan, HTI persis itu. Ulama-ulama HTI muter-muter membahas dalil-dalil tentang Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah, merujuk maqalat ulama aswaja tentang Khilafah, memperlihatkan indahnya persatuan umat di masa Khilafah, menyampaikan tingginya peradaban Islam di masa Khilafah Umayyah dan Abbasiyah, menjadikan penaklukan kota Konstantinopel sebagai bukti kehebatan Khilafah, dan sebagainya. 

Semua itu hanya narasi-narasi bodong yang tidak ada hubungannya dengan Khilafah yang sedang diperjuangkan HTI karena khilafah yang diperjuangkan HTI merupakan Khilafah Tahririyah ‘ala Minhajin Nabhaniyah yakni suatu konsep negara versi Hizbut Tahrir hasil konstruksi pemikiran (ijtihad) Taqiyuddin an-Nabhani. Pilar-pilar dari Khilafah Tahririyah adalah 1). Khilafah didirikan dengan cara kudeta (thalabun nushrah) oleh dewan jenderal. 2). Amir Hizbut Tahrir adalah calon Khalifah yang menerima penyerahan kekuasaan dari dewan jenderal. 3). Undang-undang Dasar (UUD) yang disusun Amir Hizbut Tahrir menjadi konstitusi negara. 

Dari tiga pilar ini, jelas sekali perbedaan antara Khilafah Tahririyah dengan Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah tepatnya pada masa Khulafaur Rasyidin: Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Pada Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah, seorang Khalifah dibai’at setelah dilakukan musyawarah (pemilihan) yang dilakukan bebas tanpa paksaan (ridla wal ikhtiar). Meskipun cara dan teknis (uslub) musyawarahnya berbeda-beda, keempat Khalifah tersebut mendapat mandat kekuasaan setelah ada pemilihan dan mendapat suara mayoritas. Artinya bai’at adalah sebab dan tanda penyerahan mandat kekuasaan dari umat kepada calon Khalifah untuk menjadi Khalifah. 

Bertolak belakang dengan hal tersebut, HTI meyakini penyerahan kekuasaan dari dewan jenderal binaan HTI (setelah berhasil mengambil kekuasaan dari penguasa sebelumnya) kepada Amir Hizbut Tahrir sebagai metode baku. Metode ini telah menghilangkan proses musyawarah (pemilihan). Tidak terjadi penyerahan mandat dari umat kepada calon Khalifah secara sukarela. HTI secara sepihak menetapkan Amir mereka sebagai Khalifah kemudian meminta umat membai’atnya di bawah bayang-bayang todongan senjata dari pasukan yang dipegang masing-masing jenderal anggota dewan jenderal. Skenario HTI ini persis yang dilakukan Mu’awiyah ketika meminta bai’at kepada umat atas ke-Khalifah-an anaknya, Yazid. 

Pada masa Khulafaur Rasyidin semua Khalifah tidak pernah mencalonkan diri sebelumnya. Mereka tidak membentuk tim sukses apalagi partai politik agar menjadi Khalifah. Mereka juga tidak melakukan kampanye agar dipilih menjadi Khalifah. Lain halnya dengan HTI. HTI sebagai partai politik sekaligus tim sukses agar Amir mereka menjadi Khalifah. Mereka juga melakukan serangan-serangan opini untuk mendelegitimasi pemerintah pada saat yang sama melakukan infiltrasi ke tubuh TNI-Polri dalam rangka mendapat dukungan dan perlindungan serta mencari jalan meraih kekuasaan. Apa yang dilakukan oleh HTI ini mirip dengan gerakan politik al-Saffah ketika meruntuhkan Khilafah Umayyah lalu mendirikan Khilafah Abbasiyah di atas puing-puingnya. 

Khilafah Tahririyah juga berbeda dengan Khilafah ‘ala  Minhajin Nubuwwah dari sisi penetapan Amir Hizbut Tahrir sebagai Khalifah dan Undang-undang Dasar susunannya sebagai konstitusi negara oleh HTI. Penetapan ini memang hak HTI namun ini penetapan sepihak. Penetapan sepihak yang pernah dilakukan oleh kaum Anshor ketika mereka menetapkan figure terbaik mereka yakni Saad bin Ubadah sebagai khalifah pengganti Rasulullah Saw. 

Penetapan ini dianulir oleh Umar bin Khaththab. Para sahabat dari Anshor dan Muhajirin yang  berkumpul di Saqifah Bani Saidah menerima sikap Umar tersebut. Kemudian mereka memilih ulang Khalifah yang akhirnya terpilih Abu Bakar. Abu Bakar meskipun sahabat terbaik Nabi Saw tapi tidak pernah ditetapkan oleh Nabi Saw sebagai khalifah pengganti Beliau Saw. Khulafaur Rasyidin dalam mengatur urusan umat berdasarkan ijtihad politik yang mereka duga kuat benar. Mereka tidak merancang Undang-undang Dasar negera Khilafah layaknya Hizbut Tahrir. 

Khilafah Tahririyah dengan Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah sangat berbeda bahkan bertolak belakang. Dari metode perjuangan HTI mirip dengan al-Saffah ketika mendirikan Khilafah Abbasiyah. Sedangkan dari aspek bai’at, HTI seperti Khilafah Umayyah. Jadi narasi-narasi yang diviralkan oleh kader-kader HTI seputar Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah hanya pepesan kosong. Guyon Gur Dur: “orang Indonesia itu apa yang dibicarakan berbeda dengan apa yang dikerjakan.” Lahul Fatihah…

✍🏼 Ayik heriansyah

JOKOWI SITA ASET KRONI ORDE BARU, KOALISI PERLAWANAN BERMUNCULAN


Yayasan Supersemar adalah salah satu aset penyimpanan pundi-pundi Orde Baru. Dibentuk melalui Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1976. Klausalnya berkata 50 persen dari lima persen sisa bersih laba bank negara disetor ke yayasan itu.

Dan pemungutannya terhenti saat Soeharto berhenti jadi Presiden pada Mei 1998. Selama 22 tahun yayasan ini mengeruk dana mencapai 420 juta dollar Amerika dan 182 milyar Rupiah. Yayasan ini rekeningnya menggendut mengalahkan perusahaan-perusahan plat merah dan BUMN.

Yayasan ini formatnya legal tapi prakteknya korupsi. Penyelewengan kerap terjadi. Tak ada yang bisa melarang, menghentikan bahkan membubarkanpun tak bisa. Maklum Soeharto dan Keluarga Cendana dibentengi aparatur negara yang ikut menikmati hasil mega korupsi dari yayasan ini.

Dana yang terkumpul banyak itu. Malah diselewengkan untuk mendukung kepentingan bisnis kroni-kroni Orba.

Era Habibie, Gus Dur dan Megawati merupakan masa tersulit untuk melakukan penyitaan karena kekuasaan hanya 1 sampai 3 tahun. Namun era SBY yang 10 tahun berkuasa penyitaan aset Cendana nampaknya lolos dari pengamatan atau mungkin sengaja diloloskan.

Namun November 2018, Kejaksaaan Agung era Jokowi berhasil melakukan penyitaan aset Yayasan Supersemar sebesar 4,4 triliun rupiah. Kakek dari Jan Ethes ini memerintahkan uang negara yang dikorupsi dimasa Presiden Kedua berkuasa bisa diselamatkan dengan keputusan hukum dari Mahkamah Agung. Meskipuan harus bersusah payah bertarung selama 11 tahun melalui jalur ligitasi.

Ternyata era Jokowi bukan hanya menyita aset Supersemar yang diselewengkan. Juli 2018 perintah Jokowi kepada Jaksa Agung yang dijabarkan melalui Tim intel Kejaksaan Agung berhasil menangkap Thamrin Tanjung yang buron sejak 2001 terpidana korupsi Jalan  tol JORR Pondok Pinang TMII sebesar 1,05 triliun rupiah.

Nampaknya Trah Cendana sudah mulai goyah dengan sikap tegas Jokowi. Kabar beredar beberapa elit yang dianggap dekat dengan Cendana sengaja diutus  untuk bisa menemui Jokowi. Memang tidak langsung menemui ayah dari Gibran Rakabuming Raka melainkan melalui orang-orang penting di seputaran Istana Negara.

Bukan hanya itu masalah yang dihadapi Cendana adalah pendirian partai. Seperti Partai Karya Peduli Bangsa dan Garuda yang digawangi Mbak Tutut, serta Partai Nasional Republik dinakhodai Tommy Soeharto biasa disapa pangeran Cendana rontok dan tinggal kenangan belaka. Partai Berkarya pun walaupun masih ada namun yang mengibarkannya bukan pangeran Cendana lagi.

Masalah internal Cendana satu persatu terkuak. Perceraian Bambang Triahatmodjo dengan Halimah, lalu perceraian terjadi juga pada anaknya mbak Tutut dengan Lulu Tobing. Kekalahan ibu dari Dandy Rukmana terhadap lawan bisnisnya Harry Tanoesoedibjo atas kasus TPI yang sekarang berubah menjadi MNC TV. Serta kasus pelarian dan penangkapan dan menjebloskannya anak bungsu plus kesayangan Soeharto ke penjara Nusakambangan menghinggapi keluarga ini.

Rentetan eksternal tersitanya aset Cendana oleh Jokowi dan masalah internal menerpa keluarga Presiden kedua ini.  Sudah jatuh tertimpa tangga pula layak disematkan. Memang uang melimpah pada keluarga ini. Namun yang dibutuhkan dari keluarga Cendana adalah kekuasaan. Namun pasca reformasi tak berhasil. Konon kabarnya bemunculan koalisi atau gerakan yang melawan Jokowi diduga ada tangan Cendana dalam bentuk logistik.

Sumber Berita:
https://nawacitapost.com/nasional/2020/08/20/jokowi-sita-aset-kroni-orde-baru-koalisi-perlawanan-bermunculan/

#SayaBersamaJokowi
#BersamaJokowiIndonesiaMaju

Senin, 24 Agustus 2020

NAMA BAYI DI KELUARGA JAWA MAKIN ARAB, PANJANG DAN RUMIT.


Meninggalkan nama Jawa atau Melayu, demi mewariskan nama Arab bagi anaknya—sebab diklaim lebih Islami.  - Aghabi Hubbu Hanafi.
 
Sedangkan orang² keturunan Tionghoa makin Jawa dengan menggunakan nama toko, nama anaknya dengan Bahasa Jawa Kuno (Bahasa Sansekerta).

Demikian nama yang diberikan Isnainah Nur Utami pada anak laki-lakinya yang lahir pada 29 April 2016 silam. Isna dan suaminya menyadari betul bahwa memberi nama yang baik adalah sebuah kewajiban. Dari nama lengkap itu pula mereka ingin sang anak tumbuh menjadi pemimpin yang mencintai ketulusan, sebagaimana arti namanya dalam bahasa Arab. 

Isna menyatakan bahwa proses penetapan nama anaknya tak terlalu sulit sebab sudah ada kesepakatan akan memakai “Hanafi”, sepenggal nama si bapak, sementara dua nama lain tinggal mencari yang juga berbau Arab. Saat mengumpulkan nama-nama untuk calon anaknya, Isna juga memilih beberapa nama Barat, mulai dari bahasa Spanyol hingga Prancis. Namun, tetap “Aghabi Hubbu” yang dipilih. Bahasa Arab, baginya, dekat dan familier dengan pengucapan sebab orang-orang banyak yang mempelajarinya. 

Mempertimbangkan juga asal Isna yang berasal dari Sragen dan kini menetap di Bantul, DI Yogyakarta, mengapa anaknya tak diberi nama Jawa?

“Wah kalo Jawa itu sudah dulu banget kan trennya... Misal Joko, Suwardi, Nyoto, dan lain-lain. Kemudian era 90-an cenderung ke bahasa Indonesia, misal Dita, Gita, Olin, Arin, Devi. Lalu sekarang juga ada nama yang lagi tren itu dari Eropa atau Jepang,” kata Isna pada Tirto. 

Meski Isna mengaku tak tahu soal tren menamai bayi dengan nama Arab di lingkungan keluarga Jawa, fenomena ini memang benar-benar sedang terjadi. Dalam penelusuran Tirto, para orang tua generasi milenial kerap menggunakan nama dari bahasa Arab dan pelbagai modifikasinya dalam dua, tiga, atau empat kata yang digabung dan membentuk sebuah nama yang lumayan asing di telinga generasi X apalagi generasi Baby Boomer. 

Salah seorang akademisi yang tertarik dengan fenomena ini adalah Joel C. Kuipers, antropolog dari George Washington University, Amerika Serikat. Bersama Asykuri, mahasiswa doktoral ICRS UGM, selama sepuluh tahun terakhir Kuipers melakukan penelitian di tiga tempat yang dinilai paling merepresentasikan Jawa, yakni Bantul (DI Yogyakarta), Lumajang (Jawa Timur) dan Lamongan (Jawa Timur). 

Kuipers dan timnya mengumpulkan kurang lebih 1 juta nama penduduk dari masing-masing wilayah yang tercatat dalam Kantor Kependudukan setempat. Totalnya mencapai 3,7 juta nama, merentang dari penduduk kelahiran tahun 1900 hingga tahun 2014 alias berjarak satu abad. Lalu, dengan memakai pendekatan kuantitatif, Kuipers dibantu peneliti Indonesia lain menyortir nama-nama yang terkumpul menjadi enam kategori, yakni Arab murni, Arab campuran, Jawa murni, Jawa campuran, Barat murni, dan Barat campuran. 

Salah satu tren paling mencolok dalam data olahan adalah kecenderungan memberikan nama berdasarkan bahasa Arab bagi anak-anak yang lahir di lingkungan keluarga Jawa. Di ketiga kabupaten, tendensi untuk memakai nama Arab murni sedang tinggi-tinggi, terutama di Jawa bagian tengah (diwakili Bantul) dan di Jawa bagian timur (diwakili Lumajang). Di Jawa bagian pesisir utara (diwakili Lamongan), nama yang sedang tren juga nama Arab, akan tetapi yang campuran atau sudah dimodifikasi. 

Pertumbuhan nama Arab menyasar kedua gender, meskipun yang terbanyak masih pada laki-laki. Di ketiga kabupaten, pertumbuhan nama Arab akhirnya mengorbankan nama Jawa yang makin tak populer. Kalaupun masih dipakai, nama Jawa ini hanya menurut nama “turunan” dari sang ayah atau hanya menjadi pelengkap. Misal ada 3 kata di dalam nama seorang bayi, dua di antaranya adalah nama Arab sedangkan sisanya nama Jawa. 

Di ketiga wilayah, pertumbuhan ini berbeda-beda titik tolak. Di Bantul, misalnya, mulai tumbuh pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an, ditandai dengan perubahan gerakan dawah kampus yang makin masif. Saking pesatnya, 50 persen nama bayi yang lahir di Bantul pada era 1990-an setidaknya mengandung satu nama Arab. Di periode yang bersamaan, jumlah bayi dengan nama Jawa murni turun dengan amat drastis, sampai-sampai memasuki era 2000-an nama tersebut sudah jadi minoritas. 

Di Lamongan, terdapat pertumbuhan nama Arab murni rata-rata sebesar 40 persen dalam kurang lebih satu abad terakhir. Meski demikian, nama yang berkembang cukup pesat di pesisir Utara Jawa ini adalah nama Arab campurannya. Hingga 1990-an, persentase nama Arab baik yang murni maupun campuran menjadi nama mayoritas. Hingga pada era 2000-an, nama jenis ini melesat lebih jauh lagi dan menjadi dominan di antara nama murni maupun campuran lain. 

Apa yang terjadi di Lumajang hampir sama dengan Lamongan. Jumlah nama Arab murni memang tinggi dalam seabad terakhir, namun pada 1970-an nama Arab campuran meninggi sementara nama Jawa asli berkurang drastis. Hal ini barangkali disebabkan oleh citra kaum Abangan yang kala itu bercitra negatif buntut dari peristiwa G30-S. Perkembangan nama Arab di Lumajang juga disebabkan oleh kedekatannya dengan Madura, pulau dengan penghuni mayoritas muslim taat. 

ISLAMISASI SUBUR DI TANAH JAWA 
Dalam pengantar makalahnya, Kuipers sengaja memilih nama sebagai objek penelitian. Ini dikarenakan nama, di antara simbol dalam masyarakat lain, adalah salah satu yang paling representatif untuk menerangkan perubahan sosial-politik dalam masyarakat yang bersangkutan. 

Para orang tua boleh tak sepakat bahwa nama paling Islami adalah nama Arab. Namun kenyataannya, menurut wawancara Kuipers dengan para responden, nama Arab (baik murni maupun modifikasi) tetap menjadi favorit dan diselipkan dalam doa-doa yang dilekatkan dengan kesalehan beragama (piety) si anak di masa depan. Hal ini, bagi Kuipers, bisa dilihat sebagai keberhasilan proses Islamisasi yang terjadi dalam masyarakat Jawa. 

Kuipers tak masuk lebih jauh soal perdebatan soal Islamisasi yang dianggap tak berbeda dengan Arabisasi. Ia menyinggung sedikit soal naiknya panggung bagi kaum Islam ortodoks di Indonesia pada era 1980-an dan 1990-an memicu perdebatan tentang relasi antara Islam dan kultur Arab di Indonesia. Ia mengutip Gus Dur yang pernah berpesan bahwa “Islam datang bukan untuk mengubah budaya leluhur kita jadi budaya Arab.” 

Meski demikian, Gus Dur pun mengakui bahwa orang-orang yang dengan gaya hidup ke-Arab-arab-an di Indonesia juga berjumlah cukup banyak—termasuk masuk ke perkara nama. Kuipers menengarai fenomena nama Arab ini juga merupakan efek dari makin religiusnya masyarakat Indonesia yang terlihat dari berbagai macam survei dan riset. 

Selain soal gaya hidup dan meningkatnya kesalehan, fenomena ini juga disumbangkan oleh kondisi sosial-politik Indonesia. Sejak merdeka misalnya, nama 'kelas bawah' seperti yang berakhiran –em atau –en untuk perempuan dan –an, –in, atau –un, dihindari sebab diasosiasikan dengan feodalisme masyarakat Jawa yang melanggenggkan penjajahan. Mulai dari nama, menurut masyarakat era pasca kolonial, adalah bentuk memajukan negara (progress). 

Peristiwa berdarah 1965 juga berpengaruh. Itulah masa ketika kaum Abangan, dengan jenis nama kebanyakan berasosiasi dengan kelas bawah, banyak dibantai hanya karena dituduh sebagai "komunis'" Memakai nama Arab menurut Kuipers adalah pilihan yang aman. Orang tua juga turut mengganti namanya agar tetap bisa mencari nafkah. Ini menjelaskan data temuan yang menunjukkan bahwa mulai awal 1970-an nama Arab murni dan campuran mulai berkembang di masyarakat Jawa. 

Nama Arab hibrida dan termodifikasi makin naik trennya sejak awal 2000-an. Kuipers mengutip analisis sosiolog Australian National University (ANU) Ariel Heryanto dalam buku Identitas dan Kenikmatan (KPG, 2015)” yang mengulas perkembangan pesat kelas menengah Indonesia yang makin religius namun juga konsumtif. 

Penggunaan nama Arab hibrida (plus bahasa Arab dalam komunikasi sehari-hari), dalam pandangan Kuipers dan Heryanto, adalah perkara penajaman identitas individu sebagai seorang muslim yang hidup di era kekinian. 

LINTAS BAHASA, MAKIN PANJANG DAN MAKIN RUMIT 
Temuan Kuipers lain yang menarik adalah tren memperpanjang nama anak di keluarga Jawa memakai tak hanya bahasa Arab, dan konsekuensinya juga nama-nama yang muncul menjadi lebih rumit. Beberapa orang tua rela menempuh pencarian nama jenis ini demi azas keunikannya. 

Beta Mustauda Amala, misalnya. Lulusan Jurusan Sastra Indonesia UGM angkatan 2010 ini kini sudah dikaruniai dua buah hati yang dijaminnya memiliki nama yang tak pasaran: Arsakha Adhytama Ardyansyah dan Arsyila Alkayla Ardyansyah. Nama anak pertama berarti 'anak pertama yang jadi pemimpin yang dermawan dan bijaksana'. Sementara yang kedua mengandung doa semoga menjadi 'pemimpin bermahkota dengan jalan penghidupan yang sempurna'. 

“Sengaja ingin cari nama yang unik, jadi huruf awal semua sengaja dibikin A semua, jadi triple A. Kan jarang dipakai dan kedengarannya bagus. Dari awal aku suka nama-nama yang dari bahasa sanskrit (Sanskerta). Tapi suami juga pingin yang ada Arabnya, katanya biar lebih Islami, sekaligus doa dan identitas kalau dia muslim,” ungkapnya. 

Berbeda dengan Isna, Beta termasuk ibu yang sadar bahwa nama Arab yang panjang dan unik memang kini sedang mewabah di kalangan orang tua baru. “Aku melihat fenomena ini malah jadi merasa tertantang kalau punya anak lagi pengin ngasih nama yang bagus-bagus juga,” imbuh Beta sambil tergelak. 

Tren ini tidak hanya merujuk dari bahasa asing maupun lokal yang diteliti Kuipers. Juga tak melulu dalam motif yang adiluhung atau sakral. Siti Aslikhatin Aidliyah, atau akrab dipanggil Titin, adalah perempuan asa Purworejo yang pada 12 April 2017 kemarin baru saja melahirkan anaknya yang pertama. Nama si anak mengandung empat kata. Tiga dari bahasa Turki, plus nama sang ayah diletakkan di paling akhir: Gaishan Ghazy Ghalibie Iskandar. 

Ada sejarah apa di antara Titin, suaminya, dan Turki? Tak ada yang spesial, kecuali bahwa Titin adalah penggemar seorang aktor muda Indonesia berdarah Turki, Cemal Faruk Urhan. Ia bahkan sudah yakin akan memberi nama anaknya memakai bahasa Turki sejak hamil. Sebuah nama, yang bagi Titin tak pasaran dan membuat anaknya kelak percaya diri. 

Kuipers mengalisis bahwa fenomena memadankan nama unik dari beragam bahasa adalah efek dari masyarakat Jawa yang makin terdidik sehingga mampu menelusuri asal usul nama baik dari segi bahasa, arti, hingga cara penulisan dan pengucapan yang sebenar-benarnya. 

Nama 'mohammad' misalnya, kini mengalami perubahan menjadi lebih baku dan homogen sebab orang makin paham cara penulisan maupun pengucapannya yang benar. Berbeda dengan zaman dahulu saat orang masih menuliskan nama Rasul terakhir umat Islam itu dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang menulis 'muhamad', 'muhammad', 'mochammad', 'muchammad', 'muhamat', 'mohamet', 'mohamat', 'akhmad', 'ahmad', 'ahmat', dan lain sebagainya.  

Dalam temuan Kuipers, orang dengan nama tunggal telah turun secara amat drastis dalam 30 tahun terakhir. Nama ini mayoritas pada anak-anak di era 1970-an, lalu setelahnya mulai turun dengan pelan namun pasti. Kini bayi dengan nama tunggal hampir tercatat 0 persen. 

Kekayaan kosa kata akibat kemajuan teknologi (internet) membuat referensi orang-orang juga makin bertambah pesat. Membuat nama yang unik, kadang dianggap sebagai prestasi. Namun bagi Kuipers, muaranya adalah pada persoalan birokrasi, pelaporan sertifikat kelahiran, registrasi sekolah, atau untuk kartu tanda penduduk. Makin banyak manusia, makin heterogen penamaannya. Ini, kata Kuipers, adalah sebuah konsekuensi logis demi menghindari kekeliruan-kekeliruan yang tak perlu. 

Reporter: Akhmad Muawal Hasan Penulis: Akhmad Muawal Hasan Editor: Maulida Sri Handayani Hasrat mewariskan nama Arab tinggi di tiga kabupaten basis penelitian Kuipers: Bantul, Lumajang dan Lamongan. 

SATYAMEVA JAYATE!
ELING LAN WASPADA

MARI KEMBALIKAN KEJAYAAN NEGERI GAGAHE LELUHUR NUSANTARA 🙏🇮🇩😇
RAHAYU MULYANING JAGAD 🙏🇮🇩😇

BANSER SELALU SALAH DI MATA ORANG YANG BERMASALAH


Jika MUI bilang BANSER tdk mempunyai ADAB apakah MUI sendiri tdk tahu tiap hari mbah Tengku Zul nyinyirin pemerintah mulu di sosmed bahkan saat dakwah???

Jika PARA KADRUN bilang BANSER arogan lebih arogan mana yg nyerang keluarga HABIB di solo sampe 3 HABIB dirawat di RS, kok CONGOR kalian pada MINGKEM???

Jika kalian bilang kemana BANSER saat RUU HIP di usulkan kok BANSER diem?
Ingat PBNU sudah mengambil sikap duluan sebelum dan dgn tegas menolaknya bahkan dgn sikap PBNU akhirnya ketua MPR RI berkunjung ke gedung PBNU.
Jadi kami BANSER tak perlu koar" di jalanan  sperti kalian mengganggu fasilitas umum.

BANSER sudah biasa di BULLY, DICACI MAKI, DIHINA tapi bukannya mental BANSER jadi CIUT dan BERKURANG jumlahnya.
Justru BANSER tambah KUAT dan SOLID drun...!!!

#GanyangHTI
#NKRIhargaMati
#SatuKomando

Delusi Sejarah Nusantara Versi Pendukung Khilafah


Para pendukung khilafah itu delusional. Mereka delusional soal masa depan, juga delusional soal masa lalu. Salah satu bentuknya adalah klaim delusional mereka soal kerajaan Islam Nusantara yang mengaku berada di bawah Turki Usmani.

Mereka punya delusi bahwa di zaman khilafah itu umat Islam bersatu dalam satu kekuasaan saja. Keberadaan berbagai kerajaan Islam di Nusantara tentu mengganggu delusi mereka soal persatuan itu. Maka mereka mengarang cerita dusta soal kerajaan Islam Nusantara yang menginduk ke Turki tadi.

Sebenarnya sepanjang sejarahnya sendiri pun khilafah itu tidak utuh tunggal. Sejak Dinasti Umayyah dihancurkan oleh Abbasiyah, keturunan Muawiyah mendirikan kerajaan sendiri. Sepanjang sejarah Abbasiyah ada pecahan-pecahan wilayah yang juga mengaku diri mereka sebagai khilafah, yaitu Umayyad, Fatimid, Ayyubid, dan sebagainya. Dalam imajinasi delusional pendukung khilafah, umat Islam selalu berada dalam satu kekuasaan.

Selama masa kejayaan Turki Usmani pun banyak wilayah muslim yang berdiri sebagai kerajaan sendiri. Kekaisaran Mughal, misalnya, adalah kerajaan mandiri yang tidak berada di bawah kekuasaan Turki.

Bagaimana dengan di Nusantara? Pertama, Islam sudah masuk ke sini jauh sebelum masa kejayaan Turki Usmani. Kedua, kerajaan-kerajaan Islam Nusantara berdiri sebagai lanjutan sejarah sebelumnya, bebas dari pengaruh pergerakan sejarah di berbagai tempat di dunia. Kerajaan Demak, misalnya, lahir dari sisa konflik dalam Kerajaan Majapahit. Ketiga, kerajaan-kerajaan itu juga tidak memandang Islam sebagai pemersatu. Di antara mereka sendiri saling berperang. Misanya perang antara Kerajaan Gowa dan Bone. 

Apa yang konyol dari klaim itu? Mereka mengatakan bahwa kerajaan-kerajaan Nusantara menginduk ke Turki, tapi pada saat yang sama Belanda menjajahnya. Mereka hendak mengatakan bahwa wilayah yang menginduk pada khilafah islamiyah itu ternyata justru dikuasai orang kafir. Itu justru bertentangan dengan delusi mereka yang mengatakan bahwa Islam di bawah khilafah itu adalah Islam yang jaya.

Mereka kini mengklaim adanya hubungan erat antara Pangeran Diponegoro dengan Turki Usmani. Seolah Pangeran Diponegoro mendapat bantuan dari Turki. Ahli sejarah Pater Carey mengatakan tidak ada bantuan dari Turki. Yang ada hanyalah kekaguman Pangeran Diponegoro terhadap kerajaan itu. Tidak hanya Diponegoro. Ada banyak jejak sejarah yang menunjukkan pengaruh Turki di Nusantara. Tapi pengaruhnya sebatas pada pertukaran delegasi dan cindera mata.

Turki sendiri tidak mengklaim Nusantara pernah menjadi bagian dari wilayahnya. Konyol sekali kalau ada orang Nusantara yang begitu. Mereka bermental budak.

Sabtu, 22 Agustus 2020

PARA PEREMPUAN EKS ISIS ITU WARGA KITA?


"Utamakan anak-anak dan perempuan..!!" 

Bukankah itu adalah kalimat standar yang selalu kita jumpai bila bencana terjadi dan evakuasi di jalankan?

Kalimat yang menjadi acuan dan mungkin juga sebuah kebenaran bagi siapapun di negeri ini ketika hal buruk menimpa kehidupan kita bersama.

Tidak ada yang salah. Disana ada muatan paham tentang kesepakatan kita bersama bahwa perempuan dan anak-anak adalah pihak lemah yang harus mendapat perlindungan terlebih dahulu.

"Bagaimana dengan warga kita terutama perempuan dan anak-anak yang terjebak dalam perang Suriah dan ingin pulang?"

Agar seolah niat baik menjadi apa yang ingin dilihat banyak orang, pakailah metode itu. Sampaikan sebuah gagasan seolah mereka adalah korban, maka simpati akan menjadi isi pesan yang ditangkap.

Tampilkan penderitaan anak-anak dan perempuan..!! Buat gambaran seolah mereka adalah korban dengan segala asesoris gambar serta film yang menampilkan penderitaan tersebut.

Bila masih kurang, testimoni, akan menambah unsur grreget. Gajilah make up artis, sorot dalam sebuah wawancara dengan latar belakang gambar dan suara mendukung.

Tak lama, dijamin akan muncul tokoh HAM bersuara lantang tentang keharusan negara melindungi warga negaranya.

Tak butuh waktu lama pula, dijamin tokoh politik semacam FZ akan muncul dan dengan asik membonceng dalam panggung gratis semacam itu.

Munculah tokoh partai sapi spesialisnya spesialis bidang kemanusiaan bila seagama adalah ukurannya.

Mereka akan bersuara seragam tentang pentingnya menyelamatkan anak-anak dan perempuan dari kejamnya perang di Iraq dan Suriah dan mereka hanya korban tak mengerti.

Mereka tiba-tiba akan begitu sangat peduli dengan isu perempuan dan anak-anak yang harus segera diselamatkan.

Mereka akan berusaha masuk melalui sisi kemanusiaan kita dimana, anak-anak dan perempuan adalah obyek dagangannya.

Disanalah mindset kita tentang perempuan dan anak-anak telah terbentuk. 

Haruskah kita?

Pernah dengar tentang brigade Al-Khansa yang terkenal sangat sadis dan kejam di Raqqa Suriah? Googling deh.

Banyak berita tentang betapa kejam brigade ini terutama terhadap perempuan lokal, penduduk asli Suriah yang dianggap telah melanggar hukum yang Isis terapkan secara sepihak.

Korbannya adalah selalu tentang perempuan lokal, bukan perempuan pendatang.

Kisah seorang ibu muda yang ditangkap dan kemudian dibunuh hanya karena ia terlihat sedang menyusui anaknya pernah dengar?

Kegiatan alamiah dimana takdir dan kehendak Tuhan menggariskan bahwa seorang ibu harus menyusui justru telah menjadi penyebab ibu itu dibunuh.

Ia yang dengan penuh kasih sayang memenuhi takdirnya yakni memberi makan bayinya dengan nutrisi yang hanya dimiliki oleh seoang perempuan, telah membuatnya terbunuh.

Ibu ini dibunuh dan kemudian dimutilasi hanya karena dadanya terlihat.

Pelakunya adalah brigade Al-Khansa. Para perempuan pendatang yang menyebut dirinya sebagai polisi penegak agama.

Ada lagi kisah seorang perempuan lokal yang disekap namun kemudian dapat melarikan diri sehingga dapat bercerita bagaimana kejamnya brigade itu adalah contoh yang lain.

Hanya gara-gara matanya terlihat dari balik cadar yang dipakainya, dia ditangkap, dipenjara dan disiksa fisik dengan perlakuan sangat tidak manusiawi.

Pelakunya adalah brigade Al-Khansa.

Puluhan cerita tentang bagaiman kejam dan sadis brigade Al-Khansa ini terhadap para perempuan lokal telah membuat warga kota Raqqa sangat trauma.

Siapakah mereka?

Konon, para lelaki yang datang memenuhi panggilan imannya datang dari seluruh penjuru dunia dan bergabung dengan ISIS.

Mereka membawa istri, anak dan hingga para pengikutnya demi panggilan iman akan betapa besar makna jihad bagi hidupnya.

Dan perempuan-perempuan yang mereka bawa  inilah yang kemudian menjadi anggota dari brigade Al-Khansa.

Awalnya, mereka datang sebagai tamu namun kemudian menjajah warga lokal dengan menerapkan hukum dan kebenaran menurut versinya sendiri.

Menculik, menyiksa bahkan membunuh tuan rumah hanya demi ajaran akan keyakinannya telah menjadikan mereka momok sangat menakutkan terutama para perempuan lokal.

Korbannya selalu adalah perempuan lokal. 

Kisah pilu perempuan lokal yang disiksa dan dibunuh oleh para perempuan pendatang yang berada dibawah brigade Al-Khansa seharusnya menyadarkan kita bahwa mereka yang saat ini ingin pulang, sangat mungkin adalah mereka yang kemarin membunuh.

Sangat mungkin, kemarin mereka begitu perkasa dan gila, dan kini menampakkan wajah lemah seorang perempuan.

Mereka menyatakan diri sebagai korban atas ketidak mengertiannya dan merasa telah terjebak. 

Dengan mudah mereka akan bercerita bahwa mereka hanya manusia lemah yang terbawa oleh keadaan. Mereka hanya menjalani hidup yang diperintahkan agamanya dengan taat kepada suami. Dan...,mereka hanya perempuan yang butuh pertolongan.

Cerita ini terus digaungkan. Bahkan dulu sang presiden paman Sam pun harus turut bersuara demi kemanusiaan ini.

Haruskah kita percaya dengan propaganda semacam ini?

Cobalah berusaha menjadi perempuan lokal para korban kegilaan mereka, mungkin cara kita berpikir akan berbeda.

.
.
RAHAYU
✍🏼 Karto Bugel

CARA JOKOWI MEREDAM GATOT DAN MEREFORMASI TNI.

Saya ingat betul ketika Joko Widodo baru diangkat menjadi Presiden suasana politik langsung memanas terlebih lawannya adalah seorang yang sangat dekat dengan prajurit TNI, Prabowo Soebianto.

Saya bukan membanggakan diri jadi anak tentara tapi saya sangat faham doktrin di TNI apalagi pada saat  kekuasaan Orde Baru, dimana terjadi perubahan Platform dari Nasionalis menjadi Nasionalis anti PKI , Pancasilais dan demokrasi terpimpin. 
Banyak kalangan awam kurang mengerti tapi Itulah kenyataannya Karena semua harus sejalan dengan kekuasaan Orde Baru. 

Loyalitas itu dibangun sejak seseorang masuk tentara bahkan seorang yang akan menyandang perwira tinggi terutama yang sudah menimba ilmu diluar Negeri harus Masuk lagi Sesko TNI dan Lemhanas untuk menjamin loyalitasnya terhadap Orde baru. tidak sampai disitu masih Ada Pola screening dan Dewan Pertimbangan Jabatan yang harus diketahui Presiden bila seseorang akan memegang jabatan strategis .
Ok saya tidak akan membahas Hal itu terlalu jauh hanya menggambarkan begitu kuatnya pengaruh Orde Baru di TNI.

Bisa dibayangkan sosok Jokowi yang tidak Pernah menjadi tentara tiba-tiba menjadi Panglima tertinggi di Negeri ini.
Ketika beliau  menjadi Presiden dia mengangkat Jendral Gatot Nurmantyo (GN) menjadi Panglima TNI.

Hal tersebut sangat diluar dugaan karena Gatot adalah Jendral yang dekat dengan para lawan politik Jokowi apalagi seharusnya menjadi jatah TNI AL bukan AD tapi itu adalah hak Prerogatif  presiden .
Ketika Gatot menjadi Panglima TNI munculah rumor bahwa kekuasaan Jokowi diramalkan tidak akan sampai selesai akhir masa jabatannya , ada yang bilang tak akan sampai 3 tahun terlebih MenkoPolhukamnya adalah
Laksamana Purn Tedjo Edhy Purdijatno  adalah pesanan dari JK yang belakangan ternyata dekat dengan Cendana.,

Kita tentu ingat manuver  GN ketika menjadi Panglima TNI dari mulai isyu PKI bangkit hingga menuduh Polri membeli senjata ilegal dan berindikasi melaksanakan Kudeta alasan-alasan tersebut adalah langkah Panglima TNI untuk mendapatkan mandat untuk menggerakkan pasukan tapi tak pernah berhasil (Pakde dilawan 😂).
Akhirnya diketahui pemasok senjata ilegal itu adalah dari 3 jendral yang merupakan  lawan-lawan politik Jokowi ,yaitu Mayjen Pur  Kivlan Zen, Mayjen Pur. Soenarko  dan mantan Kapolda Metro Komjen Purn. Sofyan Jacob yang pada akhirnya menjadi tersangka Makar.
Bisa dibayangkan jika mandat itu didapat bertepatan dengan Gerakan 212, GN mungkin  akan jadi Presiden 😂.

Akhirnya saya faham.kenapa Jokowi menunjuk GN sebagai Panglima TNI , rupanya beliau Ingin mereformasi Angkatan Darat, GN lebih mudah dipantau karena tanggung jawabnya langsung dibawah Presiden, kemudian mengangkat Mulyono yang relatif tidak banyak bermanuver  sebagai KASAD dan mengangkat orang kepercayaannya Andika Perkasa sebagai Dan Paspampres. 

Ketika muncul polemik pengangkatan Kapolri seharusnya Budi Gunawan yang dijatuhkan oleh KPK (yang saat itu Juga berpihak kepada lawan politiknya ) BG akhirnya menjadi Kepala BIN tentu jabatan yang dekat dengan presiden sambil berjalannya waktu mengorbitkan Tito Karnavian menduduki posisi Kapolri , kemudian Jokowi mengganti semua Direktur Badan Intelejen ABRI. (Hal ini disesali GN pada saat deklarasi KAMI🤣).
Saya mulai berpikir ini adalah strategi jitu dimana ruang lingkup GN tidak akan leluasa , tidak lama kemudian  Jokowi  mereshufle kabinet dengan mengganti Tedjo dengan Wiranto .

Hmm sebuah langkah cerdas! Dalam jangka waktu 3 tahun beliau berhasil mereformasi Angkatan Darat dengan orang-orang dekatnya.Untuk Angkatan Udara seperti Kita ketahui KASAU saat itu adalah Marsekal Hadi Tjahjanto adalah orang dekat Jokowi begitupula dengan Angkatan Laut tidak begitu ada permasalahan.

Ketika peristiwa 212 GN tidak bisa leluasa mengorganisir pasukan TNI dan mandat menggerakkan pasukan tetap Ada pada presiden karena dia dikelilingi orang dekat Jokowi sehingga walaupun gerakan tersebut mampu melengserkan Ahok tapi tidak mampu melengserkan Jokowi walaupun dibantu kekuatan financial dan politik yang sangat kuat pada saat itu. 

Yang pada akhirnya sebelum Pemilu 2019 GN digantikan oleh Hadi Tjahjanto., sebuah langkah matang yang sangat terencana dengan baik dan GN pun Tak mampu melakukan manuver apapun walaupun bersebrangan secara politik dengan Jokowi.

✍🏼 Tito Gatsu

BUZZER. CUMA BAIK BAGIKU, TAPI BURUK UNTUKMU


Koran Tempo barusan menyerang para pesohor yang ikut mempromosikan tagar #IndonesiaButuhKerja. Mereka dituding sebagai pendengung. Tempo mengharamkan para pesohor itu menerima bayaran dari sebuah event promotif.

Bagi Tempo, tidak boleh ada lembaga lain yang menerima endorse, apalagi berkenaan dengan program pemerintah. Itu tergolong haram. 

Sementara pada kesempatan Agustusan ini, akun twitter Tempo mendengungkan cuitan yang jelas-jelas berisi konten promotif. Maksudnya dibayar. Sponsornya adalah PT Freeport. Nah, kalau Tempo yang menerima bayaran, itu gak haram. Malah wajar. Kan, media emang nyari duitnya begitu. Menjadi ruang promotif bagi siapa saja.

Entah bagaimana Tempo memgambil kesimpulan, jika mereka yang melakukan pekerjaan promosi di akun media sosial itu termasuk pekerjaan mulia. Tapi kalau pihak lain yang melakukan hal yang sama, akan habis-habisan dikecam sebagai buzzer. Sebuah tudingan yang hina dina di mata mereka.

Mungkin saja Tempo dan media-media sejenis resah, kalau ada orang per orang mendapat berkah di zaman medsos begini. Apalagi para pesohor yang punya follower banyak. Pasti banyak tawaran untuk mempromo produk atau sebuah isu. 

Ceritanya mungkin karena pemerintah sedang gencar mensosialisasikan RUU Omnibus Law. Salah satu kontennya mengenai aturan kemudahan investasi yang akan membuka lapangan pekerjaan. Nama detailnya RUU Cipta Kerja.

Sebagaimana lazimnya sebuah RUU, kehadirannya pasti mengundang pro dan kontra. Ada yang berpikir, memang sudah pantas RUU itu disahkan. Sebab Indonesia memang membutuhkan lapangan pekerjaan yang banyak. Makanya ada pihak yang mau bersusah-susah mendukung kehadiran RUU Cipta Kerja ini dengan mengkampanyekan tagar #IndonesiaButuhKerja.

Tapi ada juga yang menolak. Karena dianggap aturan tersebut akan merugikan buruh. Sayangnya dari banyak yang gue baca, anggapan merugikan buruh itu sendiri banyak didasari informasi hoax. Misalnnya soal upah buruh yang menurun. Padahal dari draft RUU yang gue tahu, UMR tetap berlaku. Hanya saja menjadi UMR propinsi. Bukan UMR Kabupaten atau Kota.

Sudah menjadi rahasia umum kalau soal penetapan UMR ini, sering gak rasional. Apalagi saat menjelang Pilkada. UMR dijadikan salah satu isu para kandidat untuk persaingan politik. 

Bayangin kan. Kalau sesuatu yang mestinya dihitung dengan ukuran rasional, diterjemahkan dengan pendekatan politik. Hasilnya ya, kacau. Kalau iklim usaha kacau kan, buruh juga yang dirugikan.

Selain itu soal cuti. Kata yang sering protes, cuti hamil gak diatur dalam RUU Cipta Kerja. Mereka berkesimpulan, karena gak diatur maka cuti hamil dihapuskan. Orang gak boleh cuti saat melahirkan.

Ini lagi yang aneh. RUU itu mengatur yang seharusnya diatur. Jika soal cuti melahirkan gak diatur, maka berlaku aturan yang lain. Karena UU Ketenagakerjaan mengatur soal cuti melahirkan, artinya cuti melahirkan tetap ada. Sesuai dengan UU yang ada. 

Jadi apapun yang secara khusus gak diatur dalam UU yang baru, otomatis berlaku peraturan yang lama. 

Demikian juga soal dampak lingkungan. Diprotes karena katanya RUU ini memudahkan usaha, dengan resiko berdampak pada kelestarian lingkungan. 

Hallo. Makanya baca lagi deh. Yang diatur itu adalah mekanisme pengukuran dampak lingkungan yang rasional. Bukan hanya administratif. Kalau untuk jenis usaha yang gak menggunakan bahan bahaya, ya gak usah diada-adain masalahnya. Jika sebuah kawasan industri punya kajian AMDAL, merujuk aja kesana. Gak perlu lagi setiap usaha ngurus izin lingkungan sendiri.

Sebetulnya begini. Untuk sebuah RUU, wajar ada pro kontra. Yang pro bermaksud agar RUU itu disahkan. Yang kontra juga maunya menjegal. Jika yang pro adalah para pesohor, apa salahnya mereka ikut mengkampanyekan pikirannya. Karena pesohor punya banyak follower, wajar juga jika ada lembaga yang memberikan kontraprestasi atas dukungannya itu.

Dalam dunia public relation, itu hal biasa. Membangun opini publik. Bukan suatu yang haram. Sebagai media, bohong kalau Tempo gak pernah terlibat dalam cara kerja kayak gini.

Yang kurang ajar itu, ketika ada pihak yang merasa opininya suci sendiri. Mereka yang berlawanan dianggap melakukan pekerjaan haram. 

Tempo sebetulnya udah gak punya kapasitas moral ngomong soal bozar bazer. Wong mereka sendiri, adalah buzzer yang paling kentara. Cuma lagaknya aja kayak malaikat. Seolah semua tindakannya gak pake ukuran duit.

Padahal Tempo, ya bisnis media. Tujuan bisnis, ya cari untung. Salah satunya dengan pembentukan opini publik.

[Eko Kuntadhi]

Senin, 17 Agustus 2020

PAKAIAN ADAT DAYAK TIDUNG"Pada Uang 75 Ribu Edisi HUT RI"


Uang baru pecahan 75 ribu rupiah edisi spesial kemerdekaan HUT RI yang ke 75 mendadak heboh, bukan karena terkait nilai dan disainnya yang menarik, namun ada yang mengklaim bahwa gambar pada bagian uang tersebut terdapat seorang anak yang mengenakan pakaian adat Tiongkok, China.

Sekedar informasi, bahwa Bank Indonesia (BI) bersama Kementerian Keuangan pada 17 Agustus 2020 meluncurkan uang rupiah baru dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia yang ke-75. Uang baru tersebut bukan merupakan uang untuk transaksi melainkan edisi khusus untuk dikoleksi.

BI menyatakan, pada bagian muka filosofi desain uang tersebut adalah mensyukuri peristiwa proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 oleh proklamator Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta. Sementara, halaman belakang bermakna memperteguh kebhinekaan dengan anak-anak berpakaian adat yang mewakili wilayah barat, tengah, dan timur Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perlu diluruskan bahwa klaim terdapat baju adat Tiongkok, China pada gambar pecahan uang 75 ribu rupiah adalah ngawur. Faktanya, Baju tersebut merupakan baju adat dari Suku Tidung, Kalimantan Utara.

Suku Tidung merupakan suku yang tanah asalnya berada di bagian utara Pulau Kalimantan (Kalimantan Utara). Suku ini juga merupakan anak negeri di Sabah, jadi merupakan suku bangsa yang terdapat di Indonesia maupun Malaysia (negeri Sabah).

Suku Tidung sendiri memiliki identitas lain yang merujuk pada konteks budaya yaitu melalui pakaian adat. Pakaian adat yang terdiri Pelimbangan dan Kurung Bantut (Pakaian Sehari-hari), selampoy (pakaian adat), Talulandom (pakaian resmi), dan Sina Beranti (pakaian Pengantin).

Pakaian adat sebagai identitas etnis Suku Tidung Ulun Pagun menemukan momen yang tepat seiring dengan perubahan status Tarakan dari kota administratif menjadi kotamadya, dimana pakaian tersebut kemudian “diakui” sebagai pakaian daerah kota Tarakan. Pakaian Adat Suku Tidung sebagai identitas etnis dan sekaligus identitas daerah kota Tarakan.

"Lawan Terus Hoax"

Salam NKRI Gemilang 🇮🇩🇮🇩

CINTANYA TERCATAT DI BUKU LANGIT NEGERI INI


*Tan Po Goan* adalah seorang _Menteri Negara_ dalam kabinet Sjahrir. Sosoknya sangat luarbiasa. Dia menjadi musuh dua penjajah sekaligus : Jepang sekaligus Belanda. 

*Tan Po Goan* pernah ditahan Jepang selama kurun waktu 1942-1945. Dia mengalami penyiksaan hebat selama ditahan. Ribuan orang tewas dalam "Kamp Penyiksaan" itu. Dan *Tan Po Goan* adalah yang bertahan.

Selamat dari penyiksaan Jepang, dia menolak dijadikan "Advokat" semasa revolusi. Dia menolak karena diminta bersumpah setia kepada Ratu Belanda. Kesetiaannya pada ibu pertiwi luarbiasa.

Sebuah penghormatan besar terhadap putra terbaik bangsa ini (salah satu warga keturunan Tionghoa terbaik negeri ini) ketika dia diangkat menjadi menteri pada masa awal negeri ini berdiri.

*Tan Po Goan* tak peduli dengan warna kulitnya, dia hanya tahu mencintai bangsa dan negerinya. Dan untuk itu dia siap menderita sampai tandas.

Sebuah nama yang kini nyaris tak dikenal orang, namun spirit dan cinta bangsanya abadi tercatat di buku langit negeri ini, negeri yang telah dijaga dan diperjuangkannya dengan darah dan air mata.

By : HT

Sumber : Foto dari Nanyang Post, bulan Januari/Februari, 1947.
Koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa

Sabtu, 15 Agustus 2020

PELANGI INDONESIA ATAU KHILAFAH?


Membuat umat makmur, jelas tidak!! Membuat Amerika sebagai boss kapitalis dunia senang, 100% benar.

"Loh koq?"

Perhatikan komentar petinggi CIA ketika AS "berhasil" memporak-porandakan Nigeria sebuah negara berpenduduk 170 juta di Afrika yang sangat kaya sumber daya alam terutama minyak, dengan menyuntikkan konsep Khilafah bersama Arab Saudi kepada rakyat negara itu dan kemudian mereka terjebak.

"Terima kasih kepada Boko Haram, setengah Nigeria kini di bawah hukum syariah, dimana ini menjadi alat yang mudah bagi kami untuk mengendalikan banyak orang."

"Berlakunya hukum syariah adalah tentang konsep, mudah mengendalikan banyak orang" itulah makna yang sengaja dihadirkan oleh para kapitalis dunia.

Dan benar, sejak saat itu Amerika memperkosa habis sumber daya alam Nigeria dengan hanya bermodal membuat senang segelintir pimpinan Bokoharam. Senjata dan kekuasaan.

"Rakyat?"

Cukup dengan janji jaminan masuk surga bagi mereka yang patuh, taat dan memuliakan para pimpinan yang mereka percaya sebagai utusan surga sudah membuat mereka bahagia. 

Penculikan dan perkosaan anak-anak perempuan yang masih dibawah umur marak terjadi, dan itupun adalah bagian dari upah sorga selama di dunia.

Nigeria hanya satu contoh kasus saja. Ada Libya, Yaman, Suriah, Afghanistan,  bahkan Mesirpun tak luput dari bidikan. Semua di buat porak poranda.

Selalu terkait dengan minyak. Selalu terkait dengan moto siapa menguasai minyak, dia akan menguasai dunia.

Ketika sebuah perusahaan kelas kakap dunia yang bergerak dalam jasa ekslorasi, Halliburton dari AS mengetahui bahwa di laut Kaspia terdapat sumber gas alam dengan cadangan amat sangat besar, negara-negara disekitarnya dijamin hanya tunggu waktu, kacau!

Pernah dengar perang Bosnia? Dan kita, rakyat dari negara-negara muslim didunia dibawa masuk dalam emosi rasa "se-saudara" karena isu perang agama? Muslim dibantai Kristen?

Tahun 1990 di Bosnia, Kosovo, Azerbaijan, Uzbekistan, Degestan, hingga Chechnya, negara pecahan Unisoviet dengan mayoritas penduduknya yang muslim, dibuatkan isu perang agama.

Tiba-tiba kita sepakat bahwa saudara kita dibantai oleh masyarakat beragama lain dan kita marah. 

Para petempur, para mujahid sisa perang Afghanistan tiba-tiba sudah berkmpul disana. Mereka hadir dan berperang demi agamanya.

Tapi, kita tidak tahu bahwa AS justru berhasil membangun jalur pipa sepanjang 1000 mil yang menghubungkan Azerbaijan (Laut Kaspia), Georgia, dan Turki, saat mereka sibuk saling bantai. 

Tanpa kerusuhan yang diciptakan, impossible AS dapat membangun jaringan pipa tersebut. Tanpa sentimen agama, mustahil perang itu terjadi. 

Semua tentang minyak. Semua tentang bagaimana menjadi penguasa dunia, dan minyak adalah jalan itu.

Perang tersebut mampu menggulingkan diktator yang pro-Rusia, menempatkan pemimpin yang pro-Barat dan dapat membantu mereka membangun saluran pipa minyak/gas, menyetujui penempatan markas militer AS dan yang terpenting, telah mengacaukan saluran pipa dan kepentingan Rusia sebagai musuh terbesar AS.

"Dan adakah satu saja Khilafah yang sudah berdiri atas cara-cara AS?"

Osama bin Laden dan Abu Bakar al-Baghdadi, keduanya pimpinan Al Qaeda dan Isis yang seharusnya menjadi imam besar atas umat yang dijanjikan, dibunuh. Mereka dianggap sudah tak berguna lagi.

Mereka berdua hanya orang bodoh yang terjebak dalam mimpi konyol atas kebesaran Khilafah yang sejatinya tak akan pernah lahir kembali.

Khilafah adalah dongeng tentang surga yang diajarkankan Arab Saudi, di mentori Amerika dan umat adalah tentang korban sampingan atas ketamakan perut tak pernah kenyang kapitalis.

"Khilafah Indonesia bagaimana?"

Phliphina, Thailand dan Indonesia adalah sasaran berikutnya. Asia tenggara adalah tentang posisi strategis kepentingan AS terhadap dominasi China, terutama di Laut China Selatan.

Pemberontakan di Thailand Selatan Pattani, akan selalu menjadi celah bagi tertuduhnya militer Thailand tentang konsep HAM. Hal yang sama, terjadi pada Philipina dengan Moro.

Ada sedikit saja indikasi Thailand mesra dengan Rusia, kerusuhan di selatan dijamin akan terjadi. Semua orang tahu, turisme adalah bisnis utama negeri Gajah Putih itu. Rusuh, bukan tempat ideal bagi kegiatan pariwisata. 

Isu umat Buddha menganiaya Muslim tiba-tiba menjadi perseteruan yang tak pernah ada selesainya. Demikianlah cara AS dan Arab Saudi mengontrol Thailand.

Berbeda dengan Thailand dan Piliphina, mayoritas rakyat Indonesia adalah muslim. Bukan dengan adu domba demi menarik simpati rasa persaudaraan muslim dunia digaungkan,  konsep khilafah disuntikkan pada mayoritas.

Sama dengan negara mayoritas muslim yang ada, mimpi khilafah akan selalu menjadi cerita dan harapan. Rakyat dibenturkan dengan negara dan negara dengan agama.

"Kenapa Indonesia?"

Sumber Daya Alam (SDA). Tak ada yang lain. Masa keemasan minyak mulai redup dan akan berganti dengan jaman dimana mineral bumi akan menjadi ujung tombaknya.

Ilmu pengtahuan mensyaratkan penggunaan material langka bagi penciptaan alat-alat mutakhir bertehnologi maju.

Kesadaran pemerintahan Jokowi akan peran penting mineral bumi bagi kemajuan Indonesia telah menempatkan banyak negara maju yang sangat tergantung pada tersedianya mineral langka menjadi kesulitan.

Pelarangan eksport dalam bentuk ore seluruh jenis mineral bumi, menjadi sandungan bagi banyak negara maju terutama AS dan Eropa.

Perang dagang AS dan China juga menempatkan posisi AS terkunci tak bergerak ketika logam tanah jarang (LTJ) sebagai ujung tombak bagi kemajuan perangkat tekhnologi militer AS dijadikan China sebagai senjata dalam perang dagang itu. China tidak mau ekspor LTJ ke AS.

Iran dan Indonesia adalah dua negara yang diperkirakan memiliki deposit luar biasa besar mineral langka itu. Sama dengan Iran, Indonesia juga dijadikan target oleh AS.

Berbeda dengan Iran, Indonesia tidak bermusuhan secara langsung dengan AS, maka menyerang langung Indonesia seperti yang selalu di umbar AS terhadap Iran, tidak dilakukan kepada Indonesia.

Dulu minyak adalah tentang siapa menjadi penguasa dunia, kini mineral bumi adalah kemana dunia akan bergerak. Indonesia sebagai negara paling kaya akan SDA terutama mineral bumi, tentu akan menjadi incaran.

Dulu Libya hingga Bosnia sebagai negara mayoritas muslim dibikin hancur dengan agama karena minyak yang mereka miliki, kini bukan hal mustahil Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbesar dunia dihancurkan dengan cara yang sama hanya karena SDA kita terutama mineral bumi yang dimilikinya.

"Apakah kita akan bernasib seperti Libya?"

Pada 3 Maret 1924, atau 96 tahun lalu, Majelis Agung Nasional Turki membubarkan Kekhalifahan Usmani. Peristiwa itu sekaligus menjadikan Usmani adalah kekhalifahan terakhir di muka bumi ini.

Mereka diruntuhkan oleh barat, mungkinkah pihak yang sama akan membuatkan bangunan yang sama, yakni bangunan khilafah yang dengan susah payah telah mereka hancurkan, hanya orang bodoh  yang mempercayainya.

Sementara kita sedang saling menghancurkan, saling membunuh, mereka merampok seluruh sumber daya alam kita seperti yang pernah mereka lakukan pada banyak negara yang lain.

Sesaat sang calon pemimpin khilafah Ge-Er karena sudah berjasa dan bersiap menjadi imam agung, sama seperti Osama bin Laden dan Abu Bakar al-Baghdadi, dia diekskusi dan mati dengan cara amat memalukan. 

Mati sebagai penkhianat bangsa dan agama.

Kapitalis tak pernah butuh khilafah apalagi imam agung. Kapitalis hanya butuh uang, uang dan uang.

Bagi kapitalis, kelompok teror atas nama Islam adalah alat yang hebat untuk digunakan dalam perang proksi. Dengan biaya sedikit mereka mau berperang tanpa rasa takut. 

Mereka adalah sumber daya global yang dapat dibawa dalam konflik lokal manapun. Mereka juga dapat dibuang. 

Digunakan bila diperlukan, dan dimusnahkan bila tak lagi diperlukan.
.
.
.
RAHAYU
✍🏼 Karto Bugel