Senin, 28 September 2020

Viral Aksi Diduga Tokoh Agama Persekusi Warga, Habib Husin: Saya Malu

 Viral Aksi Diduga Tokoh Agama Persekusi Warga, Habib Husin: Saya Malu


Suara.com - Ketua Cyber Indonesia, Husin Alwi Shihab atau yang juga disapa Habib Husin angkat bicara soal viralnya video persekusi yang diduga dilakukan oleh seorang tokoh agama.


Habib Husin mengaku malu dengan perilaku yang ditunjukkan oleh seorang pria yang diduga adalah tokoh agama dengan melakukan persekusi terhadap seorang warga.

"Saya sebagai Habib malu melihat akhlak Habib seperti ini," tulis dia melalui Twitter, Senin (28/9/2020).

Menurut Habib Husin, perilaku persekusi tersebut tidak sejalan dengan akhlak Nabi Muhammad.

Ia juga menyebut tindakan yang dilakukan oleh terduga tokoh bsa merusak marwah Islam.

"Seorang Dzurriyah Nabi itu bukan suatu kebanggaan jika tidak sejalan dengan akhlak Nabi. Nabi mengajarkan umatnya agar berakhlak kepada semua. Habib ini sudah tidak mencontoh kakeknya malah justru merusak marwah Islam yang rahmat," sambung Habib Husin.Viral Aksi Diduga Tokoh Agama Persekusi Warga, Habib Husin: Saya Malu

Dalam video yang tengah kadung beredar tersebut, seorang pria yang diduga adalah tokoh agama tengah mempersekusi pria berpakaian putih dan bersarung. Pria tersebut berdiri di hadapannya sembari membawa kitab suci Al Quran di tangannya.

Sosok yang juga disebut Habib itu meminta agar pria di depannya mengucap sumpah sebagaimana arahannya. Terdengar sejumlah nama Habib dalam sumpahnya, salah satunya adalah Habib Rizieq. Tak hanya itu, ia juga menyinggung soal konsekuensi dari sumpahnya apabila dilanggar.

Pria berpakaian putih dan bersarung yang tengah dipersekusi mengikuti sumpahnya lamat-lamat, ditutup dengan aksinya mencium Al Quran.

Namun, perdebatan belum berhenti. Usai keduanya duduk, perdebatan lanjut lagi. Seseorang yang diduga adalah tokoh agama tersebut masih ngomel dan terlihat sangat geram.

Ia menyinggung soal klarifikasi yang seharusnya si pria lakukan. Tidak hanya itu, ia juga tampak menanyakan latar belakang pria yang dipersekusinya.

"Kenapa kamu? Ustaz apa kamu? Ngaji dimana kamu mondok dimana?" tanyanya pada pria yang tampak diam tak berkutik.

Kemudian ia tampak semakin emosi. Bahkan ia sampai memukul si pria dengan alas kakinya sembari berkata, "Ngomong sama saya, ngomong".

Dari arah samping, sontak air dilempar ke pria yang tengah mengalami persekusi. Tak lama berselang terdengar suara wanita dengan nada tinggi.

Suaranya menyiratkan kondisi dimana ia tengah menggebu-gebu dan marah kepada si pria yang masih duduk tanpa suara. Ucapannya tak terlalu jelas, tetapi ia mengungkit kesalahan pria yang tersebut.

Pria itu disebut-sebut telah merendahkan sosok ayahnya sehingga ia kemudian naik pitam.

https://www.suara.com/news/2020/09/2...ya-malu?page=2

Kebanyakan umat muslim salah memahami gelar habib.
Habib itu tak lebih hanyalah sebuah marga.
Jadi benar kita harus menghormati marganya karena mungkin keturunan Baginda Rasul.
Tapi bukan berarti memuliakan manusianya karena tidak ada jaminan gelar habib maka orangnya pasti bener.

Mencari Menteri Kesehatan Terawan, Najwa Shihab Lakukan Monolog dengan Kursi Kosong

 Mencari Menteri Kesehatan Terawan, Najwa Shihab Lakukan Monolog dengan Kursi Kosong



PIKIRAN RAKYAT - Tagar #MataNajwaMenantiTerawan bergema di jagat Twitter pada Senin (28/9) malam.

Lewat tagar tersebut, presenter Najwa Shihab lagi-lagi melemparkan harapannya mengundang Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto untuk datang ke acaranya, Mata Najwa.

Diakui Najwa Shihab, berkali-kali mengundang Menkes Terawan untuk datang nyatanya hanya ada kursi kosong dan melakukan monolog.

Kali ini, Najwa berhadapan dengan kursi kosong dan kembali mengundang Menkes Terawan untuk datang.

Di hadapan kursi kosong yang terlihat di video pada kanal Youtube Najwa Shihab yang dipublikasikan pada Senin (28/9), sang presenter mengutarakan beberapa kisi-kisi pertanyaan yang bakal diajukan kepada Menkes.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikumpulkan dari berbagai pertanyaan publik terkait penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.


Tagar Mata Najwa Menanti Terawan, Najwa Shihab Wawancara Kursi Kosong, Netizen: Monolog Terbaik


Zonajakarta.com - Tagar #MataNajwaMenantiTerawan bergema di jagat Twitter pada Senin (28/9) malam.

Lewat tagar tersebut, presenter Najwa Shihab lagi-lagi melemparkan harapannya mengundang Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto untuk datang ke acaranya, Mata Najwa.

Diakui Najwa Shihab, berkali-kali mengundang Menkes Terawan untuk datang nyatanya hanya ada kursi kosong.

Kali ini, Najwa berhadapan dengan kursi kosong dan kembali mengundang Menkes Terawan untuk datang.

Di hadapan kursi kosong yang terlihat di video pada kanal Youtube Najwa Shihab yang dipublikasikan pada Senin (28/9), sang presenter mengutarakan beberapa kisi-kisi pertanyaan yang bakal diajukan kepada Menkes.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikumpulkan dari berbagai pertanyaan publik terkait penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.

"Mengapa menghilang, Pak? Anda minim sekali muncul di depan publik memberi penjelasan selama pandemi. Rasanya Menteri Kesehatan yang paling low profile di seluruh dunia selama wabah ini hanya Menteri Kesehatan Republik Indonesia," tanya Najwa berhadapan dengan kursi kosong, seperti dikutip Zonajakarta.com dari kanal Youtube Najwa Shihab, Senin (28/9).

"Atau kehadiran Menteri Kesehatan di muka publik ada rasa tidak terlalu penting?" lanjutnya.



Lebih lanjut, Najwa melontarkan beberapa pertanyaan terkait pernyataan Menkes soal pandemi corona yang dianggap bukan ancaman besar.

Najwa menilai apakah Indonesia juga kecolongan atas pandemi corona ini di awal yang seharusnya bisa ditangani lebih tanggap.

Ada pula pertanyaan berupa bagaimana klarifikasi informasi soal usulan Menkes Terawan bahwa Indonesia tidak perlu melakukan karantina wilayah.

Najwa juga mempertanyakan kenapa Indonesia bisa tertinggal dari negara lain dalam penanganan Covid-19.

Ia juga menyinggung sikap Presiden Joko Widodo yang sempat menegur Terawan di hadapan publik hingga soal perlindungan tenaga kesehatan yang belum maksimal.

"Pak Terawan ada banyak menteri kesehatan yang mundur karena penanganan Covid-19. Misalnya Menteri Kesehatan New Zealand, Ceko, Polandia, Brazil, Chile, Pakistan, Israel, Kanada. Apakah penanganan kita lebih baik dari negara-negara yang Menkes-nya mundur?

"Yang jelas bukan hanya desakan ke Presiden tetapi juga publik di antaranya lewat petisi meminta kebesaran hati anda untuk mundur saja. Siap mundur, Pak? Atau bagaimana anda bisa meyakinkan publik bahwa memang masih layak menjalankan atau menduduki posisi yang berat ini?" tanyanya.

Selain itu, Najwa juga mengunggah potret sederet pertanyaan di akun Instagramnya.



Di jagat Twitter, netizen juga menyerukan tagar #MataNajwaMenantiTerawan serta mengapresiasi langkah Najwa.

"Burn baby burn #MataNajwaMenantiTerawan," tulis akun @diahwidicc.

"Karena tidak bisa menghadirkan secara fisik, @MataNajwa berhasil memanggil sukma menkes untuk diwawancarai. Butuh ilmu tinggi untuk bisa melihatnya.. #MataNajwaMenantiTerawan #MataNajwa," tulis akun @awndihe.

"Monolog terbaik tahun ini. @narasitv @NajwaShihab #MataNajwaMenantiTerawan," ungkap akun @annisairfayuli1.

"Barangkali, setelah diberi kisi-kisi, beliau mau hadir menerima undangan mba nana @NajwaShihab #MataNajwaMenantiTerawan," ungkap akun @yeyefathurohmah. *(ZJ)

Sumber :
https://www.pikiran-rakyat.com/nasio...n-kursi-kosong

Minggu, 27 September 2020

Taqiyah Tidak Hanya Monopoli Kaum Syiah


Oleh: Prof. Sumanto Al Qurtuby
Direktur Nusantara Institute dan antropolog King Fahd University. 
https://sumantoalqurtuby.com/   
https://www.nusantarainstitute.com/

Taqiyah itu "mahluk" apaan sih? Kenapa sejumlah kelompok Muslim yang anti-Syiah, hobi sekali menuduh Syiah sebagai pengamal doktrin taqiyah? Emang non-Syiah tidak melakukan hal serupa? Menurut sejumlah kelompok Muslim anti-Syiah ini, jika ada orang-orang Syiah yang baik, itu karena mereka sedang ber-"taqiyah" atau penyamaran atau penyembunyian identitas diri sebagai upaya penyelamatan. Maksudnya, kebaikan orang-orang Syiah itu hipokrit atau kamuflase karena pada hakikatnya mereka adalah "orang-orang jahat" yang berbahaya dan berpotensi mengancam stabilitas agama, bangsa dan negara.

Saya tegaskan, "doktrin" taqiyah itu tidak hanya monopoli kaum Syiah. Hampir setiap individu -Syiah-Sunni, Muslim-non-Muslim atau siapa saja- telah mempraktekkan "doktrin" ini karena manusia pada hakekatnya adalah, mengutip Abner Cohen, “a political man", selain “an economic man". Kaum Muslim di Barat dan negara-negara mayoritas non-Muslim lain, kaum non-Muslim di negara-negara mayoritas Muslim, kaum teis di negara-negara ateis, kaum minoritas terhadap kelompok mayoritas, kaum Sunni di Iran, kaum Syiah di Saudi dan seterusnya hampir semua mengamalkan "ajaran" dan "konsep" taqiyah ini.

Di Saudi atau Qatar yang "mazhab negara"-nya berhaluan "Wahabi" atau "Salafi", bahkan tidak hanya Syiah yang bertaqiyah, kelompok Sunni non-Wahabi juga melakukan taqiyah. Saya melihat kaum Muslim non-"Wahabi" atau Salafi di sini (baik Arab, Pakistan, India, Bangladesh, Afrika, juga Indonesia) banyak yang "ujug-ujug" menjadi "Salafi" baik dalam hal berpotongan (berjenggot panjang, misalnya) berpakaian (misal, memakai thaub atau “jubah Arab”), maupun berpandangan (yang "khas" pemikiran Salafi) karena adanya dorongan kepentingan politik-ekonomi tadi (selain faktor-faktor lain tentunya). Jadi sekali lagi, keliru besar, jika konsep taqiyah itu hanya dialamatkan kepada kelompok Syiah. Bisa jadi mereka yang menuduh Syiah bertaqiyah itu sedang melakukan taqiyah juga.

Hiduplah yang rukun dan jangan saling membenci karena bumi ini diciptakan untuk semua umat manusia -baik beragama maupun tidak beragama. Janganlah mudah mengkafir-sesatkan orang dan kelompok lain, karena belum tentu klaim-klaim kebenaran praktek keagamaan kita itu benar adanya di hadapan Tuhan. Janganlah gampang mengkafir-sesatkan orang dan kelompok lain, salah-salah justru kalian sendiri yang terjerumus ke dalam lembah kekafiran dan kesesatan.

Jumat, 25 September 2020

Islam Merah di Tanah Minangkabau yang Melawan Penjajah


Sumatera Barat, pada tahun 1920-an, adalah salah satu pusat pergerakan anti-kolonial di luar pulau Jawa. Selain itu, Sumatra Barat juga menghasilkan banyak tokoh-tokoh pergerakan yang terkenal: Tan Malaka, Hatta, Sjahrir, Moh Yamin, dan lain-lain.

Pada saat itu, Sumatra Barat punya tiga daerah pusat perlawanan, yaitu Padang Panjang, Silungkang, dan Padang. Uniknya, di Sumatera Barat, berbagai pemikiran dan tradisi saling berkontradiksi dan saling melengkapi untuk menjadi senjata anti-kolonialisme.

Yang paling mencolok adalah perkawinan islamisme dan marxisme. Dua pemikiran ini, yang oleh banyak orang dianggap ‘bertabrakan’, justru “dikawinkan” oleh banyak pejuang-pejuang anti-kolonial di Sumatera Barat.

Dua perlawanan Pembuka

Pada abad ke-19, di Sumatera Barat muncul gerakan paderi. Pengusungnya adalah tiga orang ulama yang pernah belajar di Mekah, yaitu: Haji Miskin, Haji Abdul Rahman, dan Haji Muhamad Arif. Gerakan ini bertujuan untuk membersihkan ajaran islam di Sumatera Barat dari tahayul dan khufarat.

Gerakan ini mendapat penentangan dari kaum adat dan ulama konservatif. Belanda, yang sejak awal menguasai Sumatra Barat, berusaha mengambil keuntungan “pertikaian saudara” ini. 

Belanda menerima permintaan kaum adat untuk melawan kaum paderi. Belanda memerlukan waktu kurang-lebih 6 tahun untuk mematahkan perlawanan Imam Bonjol dan pengikutnya.
 
Pada tahun 1908, di saat gerakan Boedi Utomo sedang menggeliat di tanah Jawa, di Sumatera Barat meletus pemberontakan anti-pajak. 

Para ulama, terutama dari tarekat Syattariyah, memimpin pemberontakan ini. Mereka menentang kebijakan kolonial perihal pengenaan pajak langsung.

Dua perlawanan ini sering jadi acuan tokoh anti-kolonial Sumatera Barat untuk membangkitkan semangat anti-penjajahan. Para tokoh-tokoh beraliran kiri, khususnya PKI dan Sarekat Rakyat, juga sering menggunakan acuan itu untuk mengagitasi perlawanan rakyat.

Gerakan Sumatera Thawalib

Pada awal abad 20-an, gerakan modernis islam berkembang luas di tengah-tengah masyarakat Minangkabau, khususnya di kalangan pedagang. Maklum, kebanyakan ulama dan perguruan agama di Sumatera Barat menghidupi diri dari kegiatan perdagangan.

Para pedagang sendiri sangat jengkel dengan dominasi kolonial. Mereka juga tidak puas dengan usaha kolonial Belanda menghancurkan jalur atau mata-rantai perdagangan kaum pribumi.

Sentimen anti-kolonial ini turut memicu lahirnya perguruan-perguran islam swasta di seluruh Sumatera Barat. Pada pendukung gerakan islam modernis kemudian mendirikan perguruan bernama “Sumatra Thawalib”. Pertama kali berdiri di Padang Panjang.

Guru paling berpengaruh di Sumatra Thawalib adalah Zainuddin Labai el-Junusiah. Ia tidak pernah sekolah di Arab atau Mesir. Zainuddin sempat bersekolah di sekolah pemerintah, tetapi keluar karena tidak sependapat dengan gurunya.

Zainuddin mengubah sistim pendidikan “surau” menjadi Sumatera Thawalib, yaitu sekolah yang dikelola secara modern; ada ruang kelas, meja, dan ada pelajaran non-agama.

Secara pemikiran, Zainuddin banyak tertarik pada pemikiran kaum modernis islam di Kairo dan Turki. Dia sangat mengagumi pemimpin nasionalis Turki, Mustafa Kamal (Kamal Attaturk), dan menerjemahkan karya-karya Kamal untuk diajarkan di sekolah-sekolahnya.

Selain sekolah Thawalib, Zainuddin juga mendirikan sekolah Diniyyah. Sekolah Diniyyah ini lebih menekankan pengetahuan umum, seperti matematika, ilmu bumi, kesehatan, dan lain-lain. Sekolah ini dibuka pada malam hari.

Zainuddin menolak subsidi pemerintah kolonial terhadap sekolahnya. Sebagai seorang guru dan sekaligus pendiri, Zainuddin tidak melarang murid-muridnya menyerap teori-teori radikal, termasuk marxisme.

Sekolah-sekolah Thawalib sangat berperan dalam melahirkan tokoh-tokoh dan tenaga-tenaga pergerakan anti-kolonial di Sumatera Barat. Banyak tokoh pergerakan anti-kolonialis, mulai dari yang marxis, nasionalis, hingga islamis, dilahirkan dari sekolah-sekolah Thawalib ini.

Tetapi, ada juga guru Thawalib yang anti-marxist. Salah satunya adalah Haji Rasul, seorang alumnus Timur Tengah. Zainuddin sering berselisih dengan Haji Rasul ini. Haji Rasul juga sering berdebat dengan asistennya yang sangat radikal, Djamaluddin Tamin dan Datuk Batuah.

Islam Komunis

Djamaluddin Tamin dan Datuk Batuah adalah asisten Haji Rasul dan sekaligus pengajar di perguruan Thawalib. Keduanya dianggap guru paling cerdas dan paling radikal di perguruan itu.

Pada tahun 1923, Datuk Batuah melakukan perjalanan keliling Sumatera. Di situlah, ia bertemu dengan Natar Zainuddin, seorang tokoh komunis Aceh yang sebetulnya kelahiran Sumatera Barat.

Pada tahun itu juga, Datuk Batuah dan Natar Zainuddin pergi ke Jawa. Keduanya mengikuti kongres Partai Komunis Indonesia/Sarekat Islam Merah (SI-Merah) di Bandung, Jawa Barat

Saat itu, seorang Haji dari Surakarta tampil berpidato. Namanya adalah Haji Misbach. Haji Datuk Batuah dan Natar Zainuddin terperangah ketika Misbach berpidato. Penjelasan tentang islam dan komunisme begitu memikat hatinya.

Sepulangnya dari kongres itu, Datuk Batuah segera menyebarkan pandangan Haji Misbach itu di perguruan Thawalib. Selain itu, bersama dengan Djamaluddin Tamin, Datuk Batuah juga mengelola koran “Pemandangan Islam”.

Sedangkan Natar Zainuddin, yang kembali ke Sumatera Barat pada tahun 1923, segera menyebarkan gagasan islam komunis melalui korannya: Djago! Djago!

Meskipun sebagaian besar guru-guru Thawalib adalah pedagang, tetapi mereka juga menentang penghisapan atau eksploitasi terhadap orang lain. 

Sebagai pedagang islam, mereka mengharamkan praktek riba. Selain itu, islam juga melarang keras umatnya memupuk kekayaan.

Kesesuaian-kesesuaian inilah yang menjadi lahan subur propaganda marxisme di kalangan islam. PKI Sumatera Barat sendiri, pada tahun 1920-an, sangat membela pedagang kecil. 

PKI mengemukakan sikap: “sekalipun mereka berdagang, tetapi mereka bukan kapitalis. Mereka juga korban kapitalisme. 

Mereka bukan mencari kaya dan jadi gemuk dan bermalas-malasan, melainkan mencari sepiring nasi. Dan mereka digencet oleh pengusaha-pengusaha kapitalis yang telah mengambil seluruh kehidupan mereka.”

Aktivitas Haji Batuah dan Natar Zainuddin tidaklah terlalu lama. Sebab, dua bulan setelah kepulangannya dari kongres PKI di Jawa, satu detasemen polisi bersenjata telah datang untuk menangkap keduanya. 

Keduanya dituding mempengaruhi tokoh-tokoh adat untuk melakukan pemberontakan.

Pada Desember 1923, Djamaluddin Tamin juga ditangkap. Ia ditangkap karena artikelnya di “Pemandang Islam”, yang memprotes penangkapan Datuk Batuah dan Natar Zainuddin.

Meski memiliki pandangan komunis, Datuk Batuah dan Natar Zainuddin tetap menjadi ulama islam yang taat. 

Baginya, seperti juga Haji Misbach, ajaran komunisme dianggap justru semakin memperkuat keyakinan agamanya.

Perluasan Sarekat Rakyat

Saat penangkapan tokoh-tokoh komunis itu, Haji Rasul, yang memimpin perguruan Thawalib, tidak berbuat apa-apa. Akibatnya, murid-murid pun marah dan memaksa Haji Rasul mengundurkan diri dari sekolah Thawalib.

Pada tahun 1924, bersamaan dengan penangkapan orang-orang radikal di sekolah Thawalib, berdiri pula Sekolah Rakyat. Sekolah ini mengikuti bentuk Sekolah Rakyat-nya Tan Malaka di Semarang.

Di sekolah-sekolah rakyat itu banyak berdiri organisasi sayap pemuda Sarekat Rakyat, yaitu Barisan Muda. Pada tahun 1925, kongres PKI mengubah organisasi ini menjadi IPO (international Padvinder Organisatie- Pandu Internasional).

Di Padang, pada tahun 1914, berdiri organisasi pedagang pribumi bernama Sarekat Usaha—menyerupai Sarekat Islam di Jawa. 

Dua tokoh gerakan ini adalah Muhammad Taher Marah Sutan, seorang agen pelayaran pelabuhan, dan Sutan Said Ali, seorang guru sekolah dan anggota Sarekat Islam.

Tetapi, pada awalnya, Sarekat Usaha ini sangat konservatif. Mereka sangat menentang ide-ide komunisme. Pada tahun 1920-an, muncul tokoh pedagang terkenal, yaitu Abdullan Basa Bandaro. Dia adalah pembawa Sarekat Islam ke Sumatera Barat. Dia juga penyandang dana koran-koran kiri, seperti Pemandangan Islam, Djago-Djago, dan koran-koran Sarekat Rakyat lainnya.

Basa Bandoro juga pendukung fanatik Tan Malaka. Ia menjadi penyalur tulisan-tulisan dan Tan Malaka untuk pengikutnya di Jawa. Pada tahun 1920-an, Sarekat Usaha condong menjadi payung politik para pendukung Tan Malaka.

Pada tahun 1923, Said Ali keluar dari Sarekat Usaha dan memilih mendirikan PKI cabang Padang. 

Tapi, belum lama bergerak, Belanda sudah menangkap dan memenjarakannya. Sekeluar dari penjara, Said Ali kembali memimpin seksi PKI dan membesarkan organisasi ini.

Basis gerakan komunis lainnya adalah Silungkang. Hampir sama dengan kota-kota lain, gerakan radikal di Sawahlunto juga dibawa kaum pedagang. Hanya saja, berbeda dengan Padang Panjang dan Padang, gerakan radikal di Silungkang/Sawahlunto bersentuhan dengan pekerja tambang.

Salah satu tokoh SI di Sawahlunto, Sulaiman Labai, dikenal pernah melakukan aksi seperti Robin Hood. Pada tahun 1918, Sulaiman Labai dan pengikutnya menghentikan sebuah kereta pengangkut beras dan memaksa kepala stasiun menyerahkan dua gerbong beras.

Beras-beras itu dibagikan kepada rakyat yang sedang mengalami kelaparan. Tindakan berani Sulaiman Labai itu membangkitkan keinginan banyak rakyat Silungkang untuk bergabung dengan SI. Kelak, pada tahun 1924, SI cabang Silungkang ini diubah menjadi Sarekat Rakyat.

Sarekat Rakyat Silungkan menerbitkan koran bernama “Suara Tambang” dan jurnal bulanan “Panas”. Koran propaganda ini berhasil menarik pekerja tambang di Sawahlunto. Terlebih ketika pemerintah kolonial membredel koran dan menangkap pemimpin redaksinya. Keanggotaan Serikat buruh PKI pun meningkat pasca pembredelan itu.

Jika kita melihat pembangunan PKI di Sumatera Barat, khususnya di tiga daerah itu (Padang, Padang Panjang, dan Silungkang), hampir semuanya berasal dari sarekat islam dan asosiasi pedagang. Keterlibatan dan dukungan ulama juga sangat kuat terhadap kebangkitan gerakan ini.

Pemberontakan 1927

Pasca keputusan Prambanan yang memutuskan pemberontakan, PKI di Sumatera Barat terpecah menjadi dua kelompok: pendukung Tan Malaka dan pendukung PKI-pusat.

Pimpinan PKI cabang Padang, Said Sutan Ali, yang mewakili Sumatera Barat di Prambanan, setuju dengan pemberontakan. Sedangkan pendukung Tan Malaka, yang sejak awal menyakini kegagalan pemberontakan itu, mulai mengevakuasi diri untuk menghindari penangkapan pasca kegagalan pemberontakan.

Akhirnya, setelah melalui perdebatan panjang, pemberontakan PKI/Sarekat Rakyat di Sumatera Barat dipusatkan di Silungkang. Pemberontakan diputuskan dimulai pada malam tanggal 1 Januari 1927 dan berpusat di Sawahlunto.

Sokongan untuk pemberontakan menguat setelah dua orang Indonesia yang bekerja sebagai opsir Belanda di garnisun Sawahlunto, Sersan Mayor Pontoh dan Sersan Rumuat, menyatakan siap mendukung pemberontakan.

Akhirnya, pada saat pemberontakan tiba, pasukan pemberontak meledakkan satu kantor polisi dan ruang dansa para petinggi Belanda Sawahlunto. 

Selain itu, pada saat bersamaan, sersan Pontoh da kawan-kawannya merebut garnisun dan penjara Sawahlunto. Mereka membebaskan semua tahanan politik dan menangkap semua pejabat belanda.

Pemberontakan di Silungkang melibatkan 18 nagari. Meskipun gagal, tetapi pemberontakan rakyat di Silungkang patut dicatat sebagai salah satu revolusi rakyat paling heroik melawan kolonialisme. 

Penggeraknya kebanyakan adalah ulama dan bekas murid perguruan islam Thawalib.

Pada Agustus 1927, menurut laporan Belanda, di Sawahlunto saja ada 1.363 komunis yang ditangkap dan menunggu hukuman. Tiga pemimpin pemberontakan, yaitu Kaharuddin, Jusuf Sampono, dan Ibrahim Melawas, dijatuhi hukuman mati dan dihukum gantung di penjara Duriah Sawahlunto. Banyak pejuang anti-kolonial dari Sawahlunto dibuang ke Digul.

Sulaiman Labai, tokoh Sarekat Rakyat Sawahlunto yang ditangkap sebelum pemberontakan, ditahan hingga tahun 1940-an dan meninggal di penjara dua hari menjelang proklamasi Kemerdekaan RI.

Sumber : 

Benda & Mc Vey, Communist Uprisings, halaman 101, mengutip dari koran API (organ PKI), 2 Maret 1926.

re share: Rini Anggraeni

Kamis, 24 September 2020

Fenomena Pemaksaan Seragam Islami di Sekolah Negeri


Pemaksaan model seragam Islami di sekolah negeri Indonesia dikeluhkan masyarakat. Media yang berpusat di Amerika Serikat, New York Times, pada Senin (16/6) menyoroti fenomena ini.

Ketika Lies Marcoes mendengar bahwa SMA putrinya, di Bogor, Indonesia, meminta semua murid muslim perempuan mengenakan jilbab seminggu sekali, ia sangat marah. Meskipun ia sendiri seorang muslim dan lulusan dari sebuah universitas Islam di Jakarta, ia pergi ke sekolah untuk menolak pengenaan seragam benapas agama di sekolah negeri.

Sebagai hasil dari protes, ia berkata, perintah itu dibatalkan—meskipun putrinya yang menginjak remaja memutuskan untuk memakai jilbab demi sama dengan teman-temannya.

Sekitar 400 km dari Bogor, di Yogyakarta, orang tua lain, Tri Agus Susanto Siswowiharjo, mengatakan ingin mengirim anak-anaknya ke sekolah menengah negeri, tetapi ia juga khawatir mereka harus mengenakan busana Islami.

Tri Agus, dosen komunikasi politik di sebuah perguruan tinggi yang istrinya Katolik, sekarang mengirim putrinya ke sebuah sekolah dasar swasta Katolik. Meskipun ia adalah seorang muslim, ia mengatakan percaya bahwa agama ada di ranah privat dan tidak boleh dipaksakan.

“Jika mereka ingin belajar tentang agama, mereka dapat belajar tentang hal itu di rumah,” katanya dalam wawancara.

Banyak orang tua seperti Lies Marcoes dan Tri Agus mengatakan mereka mengharapkan sekolah-sekolah negeri untuk bersikap netral dan untuk mencerminkan warisan multikultural negara yang mengakui enam agama.

Dimulai 10-15 Tahun Lalu

Namun, dalam 10 sampai 15 tahun terakhir, sekolah makin mengadopsi kebijakan yang mendukung Islam, agama mayoritas. Sekolah memerintahkan siswa muslim untuk mengenakan seragam muslim bergaya—setiap hari atau setidaknya pada hari Jumat, ketika umat Islam pergi ke masjid. Beberapa sekolah juga mewajibkan siswa muslim membacakan ayat-ayat dari Alquran setiap pagi sebelum pelajaran dimulai.

Maraknya praktik Islam di sekolah negeri, mencerminkan peningkatan fundamentalisme di seluruh negeri, membuat orang tua seperti Lies dan Tri Agus gelisah.

“Saya mengirim anak saya ke sekolah negeri, sehingga mereka bisa belajar nilai-nilai universal, memiliki berbagai jenis teman dan belajar ide-ide pluralis,” kata Lies.

Makin intensifnya praktik tersebut juga telah memengaruhi guru. Henny Supolo, Ketua Yayasan Cahaya Guru, sebuah yayasan nirlaba guru, mengatakan dari 2007 sampai 2010, organisasi memberikan pelatihan kepada 4.500 guru dari 2.000 sekolah, mayoritas dari mereka adalah guru perempuan dari sekolah negeri. “Kami melihat hampir semua dari mereka mengenakan jilbab sebagai seragam,” kata Henny Supolo. “Jilbab telah menjadi bagian dari seragam untuk guru sekolah negeri perempuan yang kita temui.”

Ini mengkhawatirkan, katanya: “Jika jilbab telah menjadi bagian dari seragam di sekolah negeri, maka fungsi sekolah negeri sebagai tempat untuk menabur pluralitas untuk anak-anak kita akan hilang.”

Retno Listyarti, Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia, menempatkan masalah itu terus terang: “Sekolah negeri telah menjadi sekolah-sekolah agama,” katanya.

Beberapa sekolah sekarang membacakan doa harian dari Alquran sebelum kelas formal dimulai. Dalam satu sekolah di Jakarta Timur, siswa muslim menghabiskan 15 sampai 20 menit membaca Alquran setiap pagi, kata seorang guru di sekolah, yang meminta nama dan sekolahnya tidak disebut, karena takut dampak profesional kepadanya.

Siswa Kristen yang duduk bersama dalam satu ruangan, dalam pembacaan Alquran, membaca Alkitab, kata guru itu. Siswa Hindu dan Buddha, yang tidak memiliki guru agama mereka sendiri di sekolah, membaca teks-teks agama mereka sambil duduk di ruang yang sama dengan teman sekelas muslim mereka membaca Alquran.

“Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas selalu benar, sementara minoritas harus beradaptasi,” kata guru itu.

Radikalisasi Meningkat

Indonesia, yang memiliki penduduk muslim terbesar di dunia—lebih dari 200 juta, atau hampir 90 persen warganya memeluk iman Islam—sering dipuji sebagai model Islam moderat.

Tapi dalam beberapa tahun terakhir, negara ini telah menghadapi peningkatan radikalisme Sunni dan intoleransi agama. Komisi Perlindungan Anak Indonesia telah memperingatkan ajaran radikal makin sering diajarkan pada setiap tingkat usia, dari TK sampai universitas.

Sementara itu, Indonesia secara konsisten adalah salah satu peserta terburuk dalam Program for International Student Assessment—tes tiga tahunan yang diberikan kepada siswa berumur 15-16 tahun dari 65 negara oleh Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi Pembangunan. Dalam peringkat PISA, skor mahasiswa Indonesia dalam matematika, membaca, dan ilmu tertinggal rata-rata rekan-rekan mereka.

Namun, perbaikan kurikulum terbaru di Indonesia, diluncurkan tahun lalu, memberi penekanan waktu lebih untuk pendidikan agama, sedangkan IPA dan IPS digabungkan dengan mata pelajaran lain.

Pendidik seperti Henny Supolo telah mendesak Kementerian Pendidikan untuk mengambil tindakan terhadap penyebaran seragam Islam dan perbedaan agama lainnya. Namun juru bicara kementerian, Ibnu Hamad, mengatakan pemerintah pusat tidak memiliki kekuasaan untuk campur tangan. Isu tersebut “sebagian besar di bawah yurisdiksi pemerintah daerah, dalam rangka otonomi daerah,” katanya.

Desentralisasi

Diperkuat oleh desentralisasi, yang dimulai setelah jatuhnya rezim otoriter Presiden Soeharto pada 1998, politisi lokal sering mendorong agenda populis yang terinspirasi agama, mengatakan bahwa hal itu bisa mengatasi masalah sosial termasuk kehamilan remaja dan penyalahgunaan narkoba.

“Kami sangat gugup dalam menghadapi masalah sosial dan moral seperti kenakalan remaja bahwa kita akan kembali ke ajaran agama yang irasional,” kata Lies Marcoes.

Andreas Harsono, peneliti Indonesia untuk Human Rights Watch, yang melakukan studi lapangan tentang hak-hak perempuan di beberapa provinsi, mengatakan pengenaan pakaian muslim pada pelajar di sekolah negeri dan guru kini tersebar luas, “dari TK sampai SMA.”

Implementasi dapat bervariasi: “Kadang-kadang hal ini didasarkan pada keputusan sekolah sendiri, kadang-kadang keputusan bupati, wali kota atau gubernur,” kata Harsono. Tapi, dalam setiap kasus, “pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pendidikan, melakukan pembiaran.”

Jilbab lalu muncul di mana-mana di Indonesia, menjadi populer dalam tahun-tahun pasca-Suharto. Sebelum itu, siswa sekolah negeri dan guru dilarang memakai jilbab di halaman sekolah dan mereka yang melakukannya bisa diusir. Untuk beberapa aktivis perempuan seperti Lies Marcoes, mengenakan jilbab adalah simbol perlawanan terhadap pemerintahan tangan besi Soeharto.

Pada tahun-tahun itu,  jilbab “adalah kasus sekolah-sekolah Islam vs sekolah milik negara,” kata Dewi Candraningrum, editor feminis Jurnal Perempuan dan penulis buku Negosiasi Jilbab Wanita. Seragam Islam—rok panjang, kemeja lengan panjang dan jilbab untuk anak perempuan—hanya dipakai oleh siswa sekolah yang dijalankan oleh organisasi-organisasi Islam seperti Muhammadiyah setiap hari Jumat.

Tapi karena pemerintah mengendur, memungkinkan siswa dan guru untuk memakai jilbab—yang seharusnya atas pilihan sendiri, bukan paksaan—menjadi tanda perbedaan agama bahkan di sekolah-sekolah. “Siswi muslim sekarang harus mengenakan jilbab,” kata Dewi. “Jilbab telah menjadi simbol dari gadis-gadis muslim, yang seharusnya terlihat berbeda dari gadis-gadis non-muslim.”

Retno Listyarti mengatakan mereka yang mengenakan jilbab tidak boleh dilarang, tetapi juga tidak boleh memaksa untuk memakainya. “Memakai jilbab harus bersifat sukarela,” kata Retno, yang berjilbab juga.

Sumber tautan:
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/fenomena-pemaksaan-seragam-islami-di-sekolah-negeri

Sumber gambar:
https://bubuecha.wordpress.com/2015/01/28/1397/amp/

Rabu, 23 September 2020

PKI ITU LAHIR DARI SAREKAT ISLAM.


Biar mata kadrun dan HTI melek...!!


(Oleh Ahmad Yusuf)

Menyambung tulisan saya bahwa "HTI adalah PKI masa kini".

Banyak yang salah mengartikan bahwa Komunis itu adalah atheis. "Komunisme" itu adalah ideologi yang tujuan utamanya adalah terciptanya masyarakat dengan aturan kepemilikan bersama. Tidak ada kelas sosial, semua rata.

Sedangkan "Atheisme" adalah pandangan yang tidak mengakui adanya Tuhan.

Lalu kenapa komunis selalu disamakan dengan atheis ? 

Itu mungkin karena pernyataan Karl Marx, bapak komunisme dunia, yang mengatakan "Agama adalah candu bagi masyarakat". Jadi stigma bahwa komunis adalah atheis ini berlangsung sejak lama, kemungkinan juga bagian dari propaganda politik.

Banyak juga yang tidak tahu bahwa Partai Komunis Indonesia atau PKI, sebenarnya lahir dari kelompok "Sarekat Islam". Sarekat Islam adalah organisasi besar pada masanya dimana disana melahirkan tokoh besar pula semisal HOS Tjokroaminoto.

Pada tahun 1920 di Yogyakarta, Sarekat Islam mengadakan kongres. Dua kader SI, yaitu Semaoen dan Haji Agus Salim menyusun dasar baru organisasi, yang menyepakati bahwa Kapitalisme harus dilawan. 

Semaoen ini adalah ketua umum pertama PKI. Jadi bisa disimpulkan apa agamanya dia.

Semaoen kemudian mendirikan Partai Komunis Indonesia. Jabatan Semaoen sebagai ketua partai ini membuat Abdul Muis, tokoh SI Bandung, marah. Dia meminta Semaoen untuk tidak rangkap jabatan.

Akhirnya pada kongres berikutnya diputuskan bahwa mereka yang tergabung di partai komunis harus keluar dari Sarekat Islam.

Semaoen tidak terima dikeluarkan begitu saja. Ia membentuk Sarekat Islam Merah, dan mempengaruhi kongres SI di Madiun tahun 1923. Kongres digambarkan ribut dan saling serang. Mirip-miriplah dengan pemilihan ketua DPR sekarang 😀

Akhirnya berpisahlah Sarekat Islam dan PKI. SI sendiri berubah menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII). Dalam buku "Manuskrip Sejarah PKI (1920-1965), Busjarie Latif mengatakan 35 ribu anggota SI gabung ke dalam Partai Komunis Indonesia.

Jika melihat sejarah, anggota Partai Komunis bukan tidak percaya Tuhan. Mereka bahkan sebagian besar beragama Islam karena berasal dari Sarekat Islam. Masuknya mereka ke PKI karena semangat melawan Kapitalisme, bukan karena tidak percaya Tuhan..

Jadi saya senyum-senyum saja ketika ada seorang teman yang saya tahu dia anggota HTI berteriak, bahwa HTI tidak mungkin PKI, karena HTI berTuhan sedangkan PKI tidak. Berarti dia belum pernah baca sejarah terbentuknya PKI..

Lalu kenapa temanku itu tidak mampu memahami bahwa HTI itu sangat mungkin adalah PKI masa kini yang berbaju agama ?

Karena dia "mur kecil" dalam sebuah organisasi besar seperti Hizbut Thahrir sehingga tidak mampu melihat visi HTI yang sangat mirip dengan PKI dahulu, yang sama-sama ingin mengganti Pancasila. 

Mungkin juga temanku yang suka teriak-teriak "khilafah" itu tidak paham, apa sih maksudnya khilafah itu ? 😂😂 Buatnya keren aja jika kelihatan revolusioner.

Kalau sudah paham bahwa anggota2 PKI juga banyak yang bertauhid, lalu mau ngeles kayak gimana kalau PKI itu sudah pasti tidak berTuhan ?

Makanya sering-seringlah ngopi, biar agak cerdas sedikit... 😂😂

Minggu, 20 September 2020

RP 500 M UNTUK BTP BEBENAH?


Ada yang tanya di medsos. "Kenapa Ahok, ngegrutu Peruri 500 M, paperless. Jadi gak ngerti, kenapa ya?"

Jawabannya, sih gampang. Dari dulu, Ahok terkenal pelit. Memang ada yg pernah bilang Ahok royal? Gak ada.  

Uang rakyat diirit-irit. Tidak untuk foya foya apalagi untuk bancaan. Bukti pelitnya, sampai 3 saksinya:
1, Simpang  Susun Semanggi,  
2, Revitalisasi Lapangan Banteng, 
3,  Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kalijodo
       
Saking pelitnya, tidak sepeser pun uang rakyat dikeluarkan untuk 3 bangunan monumental tersebut.     

Dan ternyata pelitnya sampai sekarang tidak berubah. Jadi, gak usah heran.

Tapi dari pembicaraan video kemarin, semuanya bisa dimengerti kecuali paperless dan Peruri. Apa hubungannya Pertamina dengan Peruri? Jaka Sembung.

Jalan pikiran BTP sering bikin bingung. Bicaranya A, tapi lompatan pikirannya sudah ke Z. Kemana kira kira sasaran BTP? Barangkali perlu dirunut dulu.

Mendengar ucapan BTP tentang paperless, jelas BTP sedang mempersiapkan langkah besar utk Pertamina yang 'konvensiona'l ini.

Sepertinya, BTP akan melakukan terobosan revolusioner pada Pertamina dengan menerapkan sistim digital, paperless..

Paperless adalah cara kerja yang penggunaan kertasnya bukan saja dikurangi, bahkan ditiadakan sama sekali.

Bolpen tidak akan lagi memegang peran utama karena peranannya akan diambil alih oleh komputer dan gawai dan dokumen-dokumen akan disimpan dalam format file digital.

Semua yg harus ditangatangani, baik dokumen penjualan, pembelian, kontrak, notulen dan lainnya, akan berupa tanda tangan digital.

Lantas, apa hubungannya paperless-nya BTP dengan Peruri?

Pertamina akan menggunakan Peruri Sign, tanda tangan digital yang diterbitkan Peruri yang telah tersertifikasi, sah secara hukum. Peruri Sign, platform milik Peruri dan penggunaannya mudah.

Ini beda dgn yang ada pada aplikasi lain atau memakai pen elektrik atau dipindai krn tidak ada sertifikasinya.

Saat ini, Peruri memang satu-satunya BUMN Penyelenggara Sertifikasi Elektronik yang telah terdaftar dan tersertifikasi di bawah naungan Kementerian Komunikasi dan Informatika  Republik Indonesia melalui SK nomor 790 Tahun 2019. Kompascom 4 /5/2020

Sistim paperless memberi banyak keuntungan pada perusahan.     
     
Misalnya, dari segi pengeluaran. Paperless mampu memangkas 60 persen biaya dibanding penggunaan kertas dan ramah lingkungan. 
     
Selain itu, menghemat ruang kerja karena dokumen dokumen disimpan dalam file digital.

Dari segi efisiensi waktu..Tidak perlu lagi buang waktu mondar mandir saat sedang di luar kantor karena berkas cukup di 'sent ,' untuk ditandatangani digital lalu di 'sent' kembali. 
       
Alasan sedang tidak di kantor atau bahkan sedang di luar negeri hanya akan jadi sekedar alasan basi.

Tapi kalau melihat BTP berkeras menerapkan sistem paperless, pasti BTP sudah mempelajari bahwa  manfaatnya bukan hanya sebatas efisiensi saja..

Mengejutkan.. !  Ternyata dengan diberlakukannya sistem paperless, kebocoran yang bisa terjadi pada penggunaan kertas, misalnya, memalsukan tangan dokumen penjualan atau pembelian, tidak akan terjadi jika tanda tangan sudah berupa digital.

Karena tanda tangan digital memiliki sifat layaknya sidik jari yaitu hanya 1 tanda tangan yang identik. Setiap tanda tangan memiliki algoritma masing- masing yang dikeluarkan oleh Certification Authority (CA) sehingga kemungkinan untuk dipalsukan mendekati nol.
       
Cara ini mampu menyelamatkan pencurian uang Pertamina.

Kalau pun sampai terjadi korupsi,  maka mulai pada hari transaksi dilakukan yang proses tanda tangannya harus melalui server, pelaku akan hidup was was karena  bukti kejahatannya tersimpan di server.. 

Apa pun yang dilakukan, baik menandatangani atau mengubah dan pada siapa ditujukan, filenya akan terecord, tersimpan di server yang kemudian dengan rajin akan mengirim laporan laporan tersebut . Dan ini semua tidak bisa dihapus.

Jika selama ini ada koruptor yang lolos karena bukti2nya dihilangkan , maka dengan tanda tangan digital itu tidak bisa lagi terjadi. Cukup minta bukti file dikirim kembali. Tidak bisa disangkal

Menerapkan sistem paperless dan tanda tangan digital pada Pertamina, betul betul pemikiran yang luar biasa. 2 jempol untuk gagasan BTP.

Kalau boleh usul pada pak Jokowi, ide ini bagus sekali untuk diterapkan karena sistem tanda tangan digital ini mengunci semua pelaku pencurian atau koruptor utk masuk.

Salut pada langkah langkah BTP untuk terobosan revolusioner anti penyangkalan ini..
(tapi kog Rp 500 M ya. Itu 0,5 T)

Semoga saja tidak ada yang berniat menjegal upaya BTP menutup keran keran kebocoran demi kemajuan Pertamina.

[Ricke Senduk]

Kamis, 17 September 2020

PEREMPUAN RAJAWALI DARI SEBERANG


Namanya Angela Merkel, Kanselir Jerman, dan selama bertahun-tahun dinobatkan sebagai perempuan terkuat serta paling berpengaruh di dunia oleh Forbes.

Tapi hidupnya seperti perempuan biasa. Dia sering ke mana-mana berdua dengan suaminya, juga kalau pergi ke supermarket (meski tetap ada pengawalan sesuai protokol). 

Dia bahkan "hanya"mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara Jerman lainnya.

Suaminya yang bernama Joachim Sauer tak kalah ugaharinya. 
Joachim seorang ahli Quantum Kimia, professor emeritus teori dan kimia fisik, di Universitas Humboldt di Berlin. Namun Joachim juga tak mendapatkan fasilitas apapun.

Foto di bawah ini diambil 10 tahun lalu, dan seorang wartawati bertanya kepada Angela Merkel : 
“Yang Mulia, kenapa anda masih memakai baju yang sama seperti 10 tahun lalu ?."

Dan Angela Merkel memberikan jawaban menggetarkan :
“Misi saya adalah melayani warga negara saya, bukan untuk menjadi model atau peragawati”.

Perempuan ini adalah perempuan terkuat dan paling berpengaruh di dunia yang memimpin negara besar dan maju. 

Tapi kekuatannya justru terletak pada spirit dan etos pelayanannya, kerendahan hati serta integritasnya.

Dia nyaris sempurna sebagai pemimpin...

Diolah dari :

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3278973625519207&id=100002198053795

https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20191215095209-33-123186/top-ini-5-wanita-paling-berpengaruh-dunia-di-2019

#HarryTjahjono

Rabu, 16 September 2020

4 BOROK PERTAMINA YANG DIUNGKAP AHOK

Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok membuka borok perusahaan. Hal itu diungkap Ahok dalam video di akun Youtube POIN.

Berikut 4 borok yang diungkap mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut:

1. Direksi hobi lobi menteri

Ahok mengungkapkan sejumlah 'aib' di Pertamina. Salah satunya yang dia ungkapkan direksi yang hobi lobi menteri.

"Dia ganti direktur pun bisa tanpa kasih tahu saya, saya sempat marah-marah juga, jadi direksi-direksi semua mainnya lobinya ke menteri karena yang menentukan menteri. Komisaris pun rata-rata titipan kementerian-kementerian," katanya spt dikutip detik.

2. Direksi yang dicopot tetap digaji

Ahok juga menemukan permasalahan pada sistem gaji di Pertamina. Ahok bilang, gaji pejabat tetap diberikan meski pejabat itu dicopot.

"Orang dicopot dari jabatan direktur utama anak perusahaan, misal gaji Rp 100 juta lebih masa dicopot gaji masih sama? Alasannya dia sudah orang lama, harusnya gaji mengikuti jabatan anda," kata Ahok.

3. Investor bangun kilang 'dicuekin'

Ahok mengaku ingin mengaudit proyek-proyek kilang Pertamina. Dia ingin bertanya langsung ke direksi, berapa investor yang sudah tertarik dan kenapa malah didiamkan begitu saja.

"Makanya nanti saya mau rapat penting soal kilang. Berapa investor yang sudah nawarin mau kerja sama kalian diemin? Terus sudah ditawarin kenapa ditolak? Terus kenapa kerja seperti ini? Saya lagi mau audit. Cuma saya emosi juga kemarin. Mereka lagi mancing saya emosi, saya emosi laporin Presiden. Terus mereka bilang apa? Ahok mengganggu keharmonisan," kata Ahok.

4. Kebiasaan utang

Ahok juga menyebut Pertamina memiliki kebiasaan mencari pinjaman padahal sudah memiliki utang US$ 16 miliar. Utang tersebut untuk mengakuisisi ladang minyak di luar negeri. Padahal menurutnya lebih baik melakukan eksplorasi di dalam negeri karena di Indonesia masih ada 12 cekungan yang berpotensi menghasilkan minyak dan gas di dalamnya.

"Minjam duit sudah ngutang US$ 16 miliar, tiap kali otaknya minjam duit terus nih saya sudah kesal ini. Minjam duit terus, mau akuisisi terus. Saya bilang tidak berpikir untuk eksplorasi, kita masih punya 12 cekungan yang berpotensi punya minyak, punya gas. Ngapain di luar negeri? Ini jangan-jangan ada komisi ini, beli-beli minyak ini," ucapnya.

Sumber: 
Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance

Dari laman Rizal Muhammad

LADANG KORUPSI PERTAMINA


Ahok mulai bongkar borok Pertamina, semenjak Ahok diangkat jadi Komut Pertamina, Ahok bertekad jaga Pertamina dari korupsi. Semenjak Ahok jadi Komut Pertamina, Ahok kembali menunjukan ketegasannya dengan memberikan peringatan keras dan Ahok mengatakan koruptor di Pertamina tidak bisa bergerak bebas.

Ahok memberikan peringatan keras kepada jajarannya untuk tidak melakukan korupsi, lalu Ahok pasang pengintai KPK di Sesdekom (Sekretaris Dewan Komisaris). Ahok mengatakan pihaknya telah bekerja sama dgn KPK, MOU dengan KPK, adapun kerjasama itu terwujud dengan menempatkan orang KPK di Sesdekom dan KPK setiap saat bisa meminta data.

Ahok juga mengatakan, pihaknya juga akan bekerja sama dgn PPATK untuk melacak koruptor ditubuh pertamina. Di sini kita bisa melihat keseriusan dan ketegasan Ahok.

Ahok mulai bongkar borok pertamina. Bukan rahasia lagi jika Pertamina itu ladang KKN semasa Soeharto, menjadi pusat atau ladang praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, Pertamina sangat dikontrol dan dikuasai Soeharto. Kita tentu sudah tahu Dirut Pertamina Ibnu Sutowo (1968-1975), yang disangka korupsi besar-besaran dan diberitakan habis-habisan tetapi tidak pernah diperiksa atas sederet kasus korupsi, bahkan hingga menyeret kebangkrutan Pertamina.

Harian Indonesia Raya 30 Januari 1970 memberitakan bahwa simpanan Ibnu Sutowo mencapai Rp.90,48 Milyar. Kenapa Ibnu Sutowo tidak tersentuh? Kenapa tidak ada satupun penegak hukum yg berani memeriksanya? Kenapa dia kebal hukum? Karena Ibnu Sutowo dilindungi Soeharto, mereka berdua sama-sama memegang kartu truf, mereka berdua sama-sama memegang kunci, mereka berdua sama-sama korupsi.

Ahok mulai bongkar borok Pertamina, Ahok memiliki ketegasan, kecerdasan, kejujuran  keberanian dan cinta tanah air Indonesia. Jika ingin membongkar borok-borok busuk Pertamina yang sudah puluhan tahun itu maka Ahok lah orang yang tepat, tetapi ini juga harus didukung semua pihak dan kita yakin Presiden Jokowi akan mendukung Ahok dengan kerja mulia yang berat dan resiko tinggi ini.

SALAM DAMAI

[Asrof Husin]

Selasa, 15 September 2020

Aktivis Muhammadiyah : HTI Lemah Argumentasi, Tapi Kuat di Medsos


Aktivis Muhammadiyah, Amirullah menilai bahwa kelompok pengusung Khilafah Islamiyah sebagai ideologi negara, seperti Hizbut Tahrir sejatinya lemah dalam argumentasi.

Bahkan ia juga sering berdialog dengan aktivis HTI termasuk yang di kalangan Mahasiswa seperti Gema Pembebasan,“Saya sering bertanya ke teman-teman Gema Pembebasan, apa sih dasar teologis bahwa Khilafah sebagai kewajiban agama, HTI itu nggak pernah bisa jawab. Paling dikutip QS Al Baqoroh ayat 30,” kata Amirullah dalam sebuah diskusi yang digelar oleh Corong Rakyat di Gedung Joeang 1945, Menteng, Jakarta Pusat.

Namun ia menilai bahwa kekuatan kelompok pengusung Khilafah ini kuat di media sosial. Bahkan kelompok moderat seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah terbilang kalah cepat manuvernya di ranah digital untuk mengampanyekan moderasi Islam.

“Tapi kita emang kalah framing seperti seolah-olah gerakan mereka itu representasi Umat Islam dan Ulama, tapi umat Islam dan Ulama yang mana?,” ujarnya.

“Termasuk di media sosial, bahkan kalau ada tokoh-tokoh mereka cepat sekali muncul. Sementara kita NU dan Muhammadiyah ini cukup terlambat,” imbuh Amirullah.

Ketua DPP IMM Bidang Kader Periode 2016-2018 ini pun memberikan catatan bahwa persoalan bangsa Indonesia saat ini menurutnya adalah minim literasi karena rendahnya minat baca.

“Soal literasi, 61 negara yang tersurvei, Indonesia nomor 2 dari bawah. Umat Islam minat bacanya rendah sekali. Padahal dalam Islam, perintah pertama adalah membaca,” tuturnya.

“Minim literasi ini yang saya maksud adalah yang membahas moderasi. Yang mereka baca adalah yang dari ulama kajian mereka saja itu,” tambah Amirullah.

Oleh karena itu, pekerjaan rumah kelompok pemikir dan aktivis Islam moderat adalah bagaimana memberikan pemahaman dan memperkaya literasi masyarakat Indonesia khususnya umat Islam. Dan harus ada sinergitas dari para stakeholder yang ada.

“Kita yang mayoritas ini harus bergandengan tangan dan bersuara, untuk kontra narasi. Di Muhammadiyah kita sering pakai kata moderasi Islam,” seru Amirullah.

“Kita harus bergerak secara holistik, libatkan semua pihak, instansi, kementerian termasuk anak-anak muda, PMII, HMI, GMNI dan sebagainya,” sambungnya.

Kampanye moderasi

Lebih lanjut, Amirullah juga mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara yang sudah sangat Islami. Bahkan hukum-hukum positif yang ada di Indonesia juga banyak yang menyadur dari ajaran Islam.

“UU kita banyak yang diambil dari hukum Islam. Baik UU tentang ekonomi, perkawinan, bahkan UU tentang Migas itu syariat Islam menurut saya ya. Dan ini yang mungkin belum dipahami oleh kawan-kawan HTI,” jelasnya.

Oleh karena itu pula, ia memberikan saran agar literasi yang dibangun adalah Pancasila tidak berlawanan dengan ajaran Islam.

“Narasi yang kita bangun ke depan bahwa Indonesia sangat islami dan Pancasila itu syariat Islam sekali,” tutupnya.

✍🏼 Inisiatifnews

Senin, 14 September 2020

KISAH NYATA BIARAWATI YANG BERASAL DARI KELUARGA MUSLIM: BERARTI AGAMA ITU BUKAN WARISAN, DONG?


(spoiler alert!)

Mungkin aku agak telat menonton film berjudul Ave Maryam yang diangkat dari kisah nyata ini, yang tahun lalu sempat trending di Indonesia karena mengangkat tema yang agak kontroversial, dari "agama minoritas" pula. Kalian tahu kan, di Indonesia tema seperti ini sensitifnya seperti apa?

Ave Maryam mengangkat cerita tentang hubungan asmara terlarang antara Maryam (seorang suster) dengan Yosef (pastor yang memimpin sebuah gereja Katolik). Bagi yang suka film beralur lambat dan hemat dialog, pasti akan suka dengan film ini.

Disebut hubungan terlarang karena berbeda dengan pendeta di agama Protestan.... Pastor, frater, suster, dan bruder di Katolik wajib hidup selibat (tidak boleh menikah/berkeluarga seumur hidupnya).

Hal itu juga lah yang pertama kali kutanyakan pada teman-teman Katolikku saat aku datang ke Sanata Dharma. 😊

"Bagaimana orang bisa tidak menikah?
Memangnya kenapa tidak boleh menikah?
Bukankah menikah itu hak?
Apakah Tuhan melarang hamba-Nya bahagia?"

Pertanyaan-pertanyaanku itu telah terjawab.

Dan jawabannya adalah: iman. 😊

Mereka mengimani ajaran kasih dan menghidupi kaul-kaul tertentu, di mana salah satunya adalah "kaul kemurnian" (tidak menikah).

Digambarkan bahwa para suster dan romo ini hidupnya amat sederhana, karena mereka mengamalkan "kaul kemiskinan" dan "kaul ketaatan" (tidak melekat pada benda-benda duniawi).

Mereka memang memilih jalan tersebut. Jalan yang mereka harap kuat ditempuh sampai maut menjemput.

"Bagaimana jika ada calon biarawati, bahkan sudah jadi biarawati, tapi di tengah jalan memutuskan menikah?"

"Ya tidak apa-apa, Fi. Itu hal yang sering terjadi di sini", tutur seorang biarawati sekaligus sahabat dekatku. "Menjadi biarawati adalah sebuah panggilan istimewa dari Tuhan. Bukan untuk semua orang. Hanya orang-orang tertentu yang mampu menerima dan menjaganya".

😊😊😊

Sayangnya, di Netflix, Ave Maryam dipotong habis-habisan. Kata orang yang pernah menonton uncut version pada 2018 lalu, diceritakan bagaimana Maryam yang tadinya muslimah pindah agama ke Katolik kemudian jadi suster.

Itulah kenapa judulnya Ave Maryam, bukan Ave Maria. 😅

Diduga adegan itu dipotong untuk menghindari pencekalan.

Aku pengen sekali nonton adegan uncutnya. 😭 Yang di Netflix sudah bagus sih, tapi agak ngambang, karena yang dicut memang salah satu "adegan kunci" jalan ceritanya.

=======

Aku kembali teringat dengan tulisan viralku 3 tahun lalu.

Sebab, realita menunjukkan,
Agama memang warisan.

Iman lah yang TIDAK BISA diwariskan.

Kamu bisa saja mewariskan Islam, Kristen, atau apapun pada anakmu, tapi kamu TIDAK akan bisa menjamin bahwa agama tersebutlah yang juga akan diimaninya. 😊

======

Kenapa kita takut mempertanyakan dosa-dosa,
Ketika Tuhan hanya bisa ditemukan lewat pertanyaan?

Who says loving is a sin?

- Asa Firda Inayah
#AfiMovie

Minggu, 13 September 2020

PSBB BARU VERSI ANIES PENUH AURA AKOMODATIF


Menyimak konferensi pers Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota Minggu (13/09/2020) tidak ada yang esensial seperti yang dikhawatirkan sebelumnya. PSBB Baru yang akan mulai berlaku berbeda jauh dari PSBB Jakarta yang diberlakukan 10 April 2020.

Secara prinsip PSBB Baru tidak melakukan pembatasan secara total. Rumah makan, cafe, restoran dilarang makan di tempat, hanya diperbolehkan melayani pesan-antar. Tempat rekreaksi ditutup dan tempat olahraga publik ditutup untuk sementara. Fasilitas umum selebihnya seperti pusat perbelanjaan (mall) dan Pasar tetap diijinkan buka dengan pembatasan jumlah pengunjung maksimal 50%. Perkantoran tetap boleh buka dengan pengaturan jam kerja yang ketat dan kehadiran pegawai 25%. Transportasi berbasis online tetap boleh beroperasi dengan ketentuan seperti sebelumnya.

Kalau disimak secara detail kebijakan PSBB Baru Versi Anies ini tidak berbeda jauh dengan ketentuan PSBB Transisi yang berlaku sebelumnya. Bahkan menurut saya policy PSBB Baru yang berlalu sampai dengan 28 September 2020 ini lebih tepat diberikan nama Pembatasan Sosial Berskala Mikro & Komunitas (PSBMK) seperti ketentuan dari Pemerintah Pusat.

Lalu mengapa Anies Baswedan tetap menamakan kebijakan ini dengan PSBB? PERTAMA, dia tidak mau kehilangan muka setelah dihujat dari berbagai penjuru mata angin, setelah dia dengan gegabah mengumumkan rencana kebijakan yang belum dipikirkan dengan matang dan belum dikoordinasikan dengan Pemerintah Pusat. KEDUA, dia tidak mau repot mengajukan proposal pemberlakuan PSBMK ke Kementerian Kesehatan. Karena wewenang kebijakan penerapan Pembatasan Sosial itu kewenangan Menteri Kesehatan.

Kesimpulannya Gubernur DKI Jakarta telah takluk dengan tidak ngotot menerapkan PSBB secara total seperti 10 April 2020 lalu. Artinya dia menerima masukan dari berbagai pihak termasuk dari Pemerintah Pusat dan masukan dari kita semua sebagai masyarakat. Inti dari kebijakan PSBB Baru ini adalah langkah pencegahan penularan Covid-19 secara ketat sekaligus tetap menggeliatkan ekonomi masyarakat.

So, kita tidak perlu khawatir lagi. Tetap beraktivitas dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Dan yang terpenting menjaga kesehatan diri dan lingkungan terkecil kit. Karena hal itu langkah yang paling efektif untuk mencegah paparan virus corona. Tetap disiplin pakai masker, sering mencuci tangan, melakukan pembatasan fisik dan yang terpenting selalu semangat, tetap bahagia dan selalu berpikir positif.

.
.
Rudi S Kamri

Rabu, 09 September 2020

JIKA BUKAN PENJAHAT, KENAPA TAKUT POLISI??!JIKA ULAMA BETULAN KENAPA MENOLAK SERTIFIKASI ULAMA??!

———————————
Namanya Mustapha Kamal Mustapha, dengan "nom-guerre" (nama perang) Abu Hamzah al-Masri. Hamzah dihukum atas 11 tuduhan tindak kriminal sejak tahun 1998. Dia juga dinyatakan bersalah karena mendukung aksi kekerasan di Afghanistan dan mendirikan pelatihan jihad di Oregon sejak tahun 2000. Hamzah seorang imam di masjid Finsbury Park-London Selatan.

Menarik. Hamzah ternyata tidak mengantongi sertifikat sebagai ulama meski sering tampil di beberapa negara. Tempat yang didatanginya menjadi lemah dalam pengawasan, karena ternyata ia tak berada dalam daftar. Hamzah memanfaatkan celah itu untuk mengobarkan perang. Sebelah matanya cacat dan kedua tangannya yang diamputasi karena diabetes, tak menghalanginya untuk menganjurkan kebencian.

Jaksa Penuntut mengakui keterampilan Hamzah. "Dia pandai berbicara, namun dipakai untuk menghasut dan menyerang penganut agama lain. Ia tidak menguasai ilmu agama yang damai," katanya. Lalu sertifikasi Ulama dirasa menjadi penting. Hampir semua negara Arab telah lama memberlakukan  aturan ini. Negara-negara di Afrika, Asia Selatan dan Tenggara, juga memberlakukan sertifikasi bagi pendakwah agama - kecuali Indonesia.

Sertifikasi Ulama adalah alat saring bagi orientasi moral dan kadar keilmuan, bukan alat ukur dalam kemampuan berbicara. Karena otaklah yang sejatinya bisa mengatur daya kerja mulut, sedang mulut tak bisa mengatur kemampuan otak. Bagi "Ulama" yang merasa berilmu, sesuai pemaknaan etimologisnya, tentu saja tak akan menolak wacana ini. Kecuali mereka yang merasa jadi ulama karena aklamasi komunal, bukan karena intelektual; sebut saja ulama abal-abal.

Kita teringat kalimat alm. Jenderal Hoegeng; jika anda bukan penjahat, untuk apa takut dan membenci polisi? Seperti halnya wacana uji layak bagi Ulama; jika memang betulan Ulama, untuk apa menolak sertifikasi Ulama? Selama ini banyak yang mengaku Ulama, jadi pendakwah, keilmuannya yang minim lalu ditutupi dengan agitasi dan komedi. Konon ada pejabat MUI yang berniat mengundurkan diri jika ini dilaksanakan. Inilah "aksi sadar diri". Sebuah tindakan yang harus ditiru, terutama oleh mereka yang mengaku ulama tapi hanya menguasai ilmu hasut, dengki dan caci-maki.
.
☕☕☕

•Islah Bahrawi