Selasa, 30 Juni 2020

BUKAN KRIMINALISASI ULAMA TAPI ULAMANYA YANG KRIMINAL


Sejak terkuaknya skandal dugaan penggunaan ijasah palsu oleh Tengku Zulkarnaen ketika dirinya akan diangkat sebagai anggota MUI, publik masih menunggu kejelasan tindak lanjut dari kasus ini. Sepekan berlalu namun belum juga ada klarifikasi dari pihak-pihak terkait, baik dari pihak Tengku Zul maupun MUI, keduanya diam tak bergeming.

MUI adalah lembaga independen yang mewadahi para ulama dan cendekiawan Islam. Mereka bertugas untuk membimbing, membina, dan mengayomi umat Islam di Indonesia. Fungsi pokok lain dari MUI yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas (Khoirul Ummah), agar dapat terwujud negara yang aman, damai, adil makmur rohaniah dan jasmaniah yang diridhai Allah SWT.

Mengingat tujuan dan fungsinya tersebut, seharusnya MUI diisi oleh orang-orang dengan kredibilitas tinggi, yaitu orang yang memiliki pengetahuan cukup tentang agama serta dapat menjadi contoh yang baik (Uswatun Hasanah) bagi seluruh umat. Bukan diisi oleh oknum seperti Tengku Zulkarnaen ini yang suka menyampaikan opini sesat dan beragam narasi provokatif di tengah masyarakat. Bahkan tak jarang pula dia mengekspos berita hoax untuk menyerang pihak yang tidak sependapat dengannya, termasuk pemerintah.

Banyak orang ketika mendengar informasi tersebut kemudian kaget dan terheran-heran bagaimana mungkin lembaga keagamaan sekelas MUI bisa kecolongan sampai memposisikan seorang penipu dalam struktural kepengurusan lembaganya.

Ini tentu saja menjadi pertanyaan banyak pihak. Apakah MUI tidak selektif pada saat menyeleksi calon pengurusnya? Atau mungkin sudah ada kerjasama kong-kalikong antara MUI dan Tengku Zulkarnain? Karena sampai saat ini belum juga ada klarifikasi ataupun bantahan baik dari pihak MUI maupun dari Tengku Zulkarnain sendiri.

Jika informasi itu benar, maka sejatinya MUI segera mengambil sikap tegas untuk memecat Tengku Zulkarnain dari struktural kepengurusan MUI. Karena ini sangat berbahaya bagi masyarakat dan juga bagi MUI sendiri. Jika dibiarkan, maka konsekuensinya adalah hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap MUI.

Majelis Ulama Indonesia adalah lembaga terhormat dan untuk menjaga kehormatannya harus diisi dan dipimpin oleh orang-orang terhormat. Bukan penipu yang berijazah palsu apalagi orang yang hanya ngaku-ngaku sebagai ulama.

Jika informasi tersebut salah dan tak bisa dibuktikan kebenarannya, maka sebaiknya Tengku Zulkarnain dan juga para pendukungnya agar mengklarifikasi atau membantah tuduhan itu. Jika diam adalah pilihan maka jangan salahkan rakyat kalau kemudian menjustifikasi dan berasumsi bahwa MUI selain wadah ulama juga merupakan wadah pembohong.

Perlu diingat bahwa tuntutan klarifikasi kasus ijasah palsu Tengku Zul ini tak ada kaitannya dengan pemerintah, karena yang menyuarakan ini adalah bukan pemerintah tapi segenap rakyat Indonesia yang benci dengan kebohongan yang dilakukan oleh pejabat. Janganlah nanti diframing seolah pemerintah anti Islam, pemerintah anti ulama dan ujung-ujungnya nanti menyalahkan Jokowi dan menuduhnya telah melakukan kriminalisasi ulama.

Bagaimana Bisa Dikatakan Kriminalisasi Ulama Jika Ulamanya Saja Berbuat Kriminal..?
-

# Rudi  Bintang✍️
.
Reposting HariMerdeka Drecpecs ✊🇮🇩

Senin, 29 Juni 2020

TOKOH AGAMA & KETULUSAN


Saya pernah sedang meeting di kantor teman, dia kedatangan tamu. Saya sempat terkejut. Karena tamu ini sangat terkenal dikalangan politisi. Kehebatannya karena dia punya akses kepada semua kekuatan politik Islam. Bukan hanya akses tetapi juga punya pengaruh besar dan dipercaya. Jadi kalau ada elite politik ingin membangun komunikasi politik dengan kekuatan islam, ya dia jadi brokernya. Kebanyakan berhasil dan komunikasi politik jadi cair. Yang tadi bersitegang, kalau sudah dia sentuh, menjadi tenang. Karena dia tokoh agama, tentu dia saya hormati. Tetapi lucunya justru dia sendiri yang hormat ke saya. 

“ Kamu tahu, tulisan kamu di blog pernah jadi pembahasan antara elite islam dan Partai. Sempat tegang diantara mereka. Dialah yang berusaha mendamaikan dan meminta semua pihak memahami konteks dan pesan yang hendak kamu sampaikan dalam tulisan. Tidak ada indikasi bahwa kamu mendiskriditkan islam dan membela kaum sekular. “ kata teman saya.

“ Kalau sudah ketemu langsung,  malah saya sekarang yang bingung. Ternyata teman anda ini orang bisnis. Bukan pengamat atau politisi” Kata tokoh itu melirik saya.

“ Ya saya kenal dia dari dulu, dia memang orang bisnis. Dan setiap kita ketemu jarang dia bicara soal politik apalagi soal agama. Makanya kita juga bingung kalau sempat dapat share tulisan dia di WAG. Share itu kita dapat bukan dari dia tetapi dari orang lain. Kita berdebat di WAG, lah dia sendiri engga mau komentar.” Kata teman saya. Saya hanya tersenyum.

" Sebetulnya perseteruan antara tokoh agama dan Elite politik yang tampak dipermukaan, itu bukanlah sesuatu yang mengkawatirkan. Itu sebagai tanda diantara mereka ada perbedaan pendapatan. Nah saay bisa dipercaya sebagai mediator, karena saya  paham bagaimana bicara dengan elite politik dan tokoh agama. Selalu pada akhirnya ada kompensasi berupa uang atau kasus. Selagai ada kompensasi maka hal yang memanas jadi adem. Namun memang perlu ada orang yang bisa berkomunikasi mewakili semua pihak dan bisa mempertemukan kepentingan dalam satu meja dan ukuran sempak yang sama." Katanya.

Jenghis Khan ketika ditanya oleh menterinya,” mengapa anda perintahkan membunuh semua tokoh agama yang selama ini jadi penasehat kerajaan yang kita taklukan. Bukankah mereka orang sholeh ?

“ Kalau mereka orang sholeh, tidak mungkin rajanya mudah saya kalahkan. Mereka adalah simbol dari kerakusan, dan kemunafikan. Karena akses mereka kepada elite raja bukan untuk memperbaiki, tetapi sengaja menciptakan ketidak stabilan, dan itu berkaitan dengan kepentingan pribadinya. Engga ada hubugannya dengan agama dan umat.” 

“ Tetapi mengapa ada tokoh agama anda maafkan dan anda jadikan penasehat?

“ Karena dia tidak menggunakan baju sutera. Dan kendaraannya bukan onta atau kuda tetapi keledai.” Kata Jenghis khan.
.
.
Babi EJB

BAKALAN ADA YANG "DI-RATNA SARUMPAET-KAN" DI KASUS BAKAR BENDERA PDIP


Kenapa Ratna Sarumpaet..!!?

Apa kesamaannya dengan kasus pembakaran bendera PDIP dalam gelaran aksi demo RUU HIP PANCASILA hari Rabu 24 Juni lalu..?

Begini, 
Ketika muncul kasus penganiayaan yang dialami oleh Ratna Sarumpaet, 
Ratna langsung menjadi “Ratu” dalam waktu beberapa jam saja.

Tiba2 semua mata orang2 sekubunya memperhatikan dirinya.

Seakan Ratna ini jadi sosok pahlawan, seperti yang dinarasikan oleh anaknya Amien Rais yaa kan? 
Namun, 
setelah ketahuan bahwa penganiayaan itu adalah hoax belaka seperti yang dibongkar oleh Polri, apa yang kemudian terjadi pada Ratna..??

Yang sebelumnya jadi “magnet”, instan berubah jadi “sampah”. 
Dibiarkan sendiri, ditengok juga kagak.!

Walaupun didalam beberapa sidangnya 
Ratna memperlihatkan kesetiaannya kepada kubu Prabowo dengan gesture tangan pertanda kubu 02 namun tetap saja, siapa yang peduli lagi sama Ratna.??

Ratna ditinggalkan, dilupakan.

Hanya keluarganya yang mengurus Ratna, hingga mendapatkan bebas bersyarat pada akhir Desember 2019 lalu.

Begitu pula kasus pembakaran bendera PDIP itu..

Para pelaku awalnya mendapatkan pujian karena dianggap berani melawan komunisme.!

Sesuai dengan nama aliansi yang menggelar demo, *Aliansi Nasional Anti Komunis.*
 
Video pembakaran bendera itu pun jadi konsumsi umum para kadrun di media sosial. Dipuja2 bagai pejuang, bagai “jihadis”. 

Videonya pun disebarkan lewat grup WA ke segala penjuru.
Tidak lupa diiringi dengan takbir.. dong !

Padahal yang dibakar adalah bendera PDIP. 

Pertama, ini bukan partai kemarin sore.
Ini partai senior yang sudah ada sebelum reformasi. 
Partai yang sudah kenyang merasakan asam, garam dan gula dunia politik Indonesia.

Partai nasionalis yang sudah melahirkan 
banyak pemimpin di berbagai daerah, bahkan melahirkan seorang Presiden Jokowi yang tidak pernah kalah pemilu. 

Kedua, partai ini partainya pemenang pemilu, 
duhh Bambaaaaang….! 
Dodol amat sich 😱 

Artinya juga menguasai parlemen. 
Istilahnya, itu hanya sebagai gambaran betapa besar kekuatan Fraksi PDIP di parlemen yang kalau PDIP mau, PDIP bisa membuat UU apa saja.

Kekuatan besar ini sangat dipahami oleh sang “bowhir” demo kemarin. 
Oleh sebab itu, tindakan membakar bendera PDIP seketika disadari sebagai sebuah kesalahan besar.

Apakah sang bowhir merencanakan adanya pembakaran bendera PDIP di gelaran demo Rabu lalu?

Bisa jadi, bisa juga enggak alias memang sengaja..

Kalau bakar bendera PKI sih saya rasa iya, sudah pasti masuk dalam skenario. 

Apakah para pentolan demo merencanakan pembakaran bendera PDIP.?? 
Tergantung apa kata bowhir. 

Entah bowhirnya, atau eksekutor demonya yang dodol, sampai kelepasan membakar bendera PDIP. 
Yang pasti, belakangan baru disadari bahwa tindakan pembakaran bendera PDIP merupakan tindakan yang sangat bodoh.!!

Saya lihat, ada beberapa narasi di media sosial yang mencoba ngeles, bahwa bukan mereka yang membakar bendera PDIP.!

Ini sejalan dengan pentolan2 demo yang antara mengaku tidak tahu atau tidak melihat.

Panitia demo mengatakan mereka mengagendakan pembakaran bendera PKI, namun tidak untuk bendera PDIP. 

Disebut, mungkin peserta yang membawa bendera. GNFP Ulama menduga yang membakar adalah pihak lain atau penyusup. 

Segampang itu kah.??

Ketua PA 212, 
_Slamet Maarif,_
juga sama ngelesnya, bilang tidak tahu, tidak melihat langsung dan menduga adanya penyusup.!

Termasuk jubir PA 212,
 _Haikal Hassan,_
juga mengaku tidak melihat adanya aksi pembakaran bendera PDIP itu.

Semua pentolan ngeles, pasti karena sang bowhir pun maunya begitu.

Kalau melemparkan stigma PKI ke PDIP itu bisa dllakukan sambil berlari lalu ngumpet.

Tapi Beda haknya dengan pembakaran bendera.!

Ini sebuah proses fisik. 
Videonya ada, 
dan sudah viral.!

Bukan perkara sulit bagi pihak kepolisian untuk mencari perekam videonya.
Apalagi mencari orang2 yang tampangnya terpampang jelas di dalam video itu. 
Nggak sulit kok itu,
Bahkan saya yakin pihak kepolisian sudah mendapatkannya.

Sang bowhir menyadarinya, pentolan eksekutor demo pun sudah dikasih tahu.

Tapi, ingat! 
Segala tindakan yang melawan hukum akan ada konsekuensinya.

Siapa yang akan jadi “Ratna Sarumpaet” dalam kasus ini?

Yang paling besar kemungkinannya adalah koordinator lapangan aksi demo, _Edy Mulyadi._
Katanya dia ustadz, tapi entahlah.

Sekilas di google sih dia ini *caleg gagal dari PKS dan pernah juga jadi ketua panitia aksi Parade Tauhid yang tidak lain adalah acaranya HTI tahun lalu.*

Nah, kemarin Edy Mulyadi sudah 
menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya, dilansir detik.com. 

"Betul, kemarin saya di Polda. 
Saya menyebutnya bukan diperiksa,  diklarifikasi.
Paling nggak itu istilah yang diberikan Direktur Intelkam Polda Metro Jaya. 
Klarifikasi, jadi kita ngobrol enak, bercanda," kata Edy. 

Kepada polisi, 
Edy mengaku bahwa pembakaran 
bendera PDIP merupakan sebuah kecelakaan.
Tidak pernah ada rencana sebelumnya.

Padahal di dalam video terlihat bahwa sebelum melakukan pembakaran, massa tampak berfoto bersama dengan membentangkan bendera PKI dan bendera PDIP.

Terdengar suara orang memberi komando, yang sudah diakui oleh Edy bahwa itu suaranya _Sumber._

Edy mengakui bahwa pembakaran bendera PKI memang sepengetahuannya dan dipandu oleh _Sumber_

“…Habis ini bakar bendera PKI."
Spontan saya jawab,
"emang ada benderanya?" 
"Ada" ujarnya 
"Oh ya sudah," jawab saya..

Ketika Edy ditanya kenapa kok bendera PDIP ikut dibakar?
"Saya nggak tahu waktu dibawa ke situ saya juga nggak tahu ada berapa bendera, waktu dipisah ada 2 bendera. 
Waktu dibentang laah ada bendera PDIP. 
Saya juga kaget dalam hati saya. 
Tapi nggak papa," kata Edy.

Lalu ditanya kenapa Edy tidak menghentikan pembakaran bendera PDIP? 
“Saya bilang gila, dalam suasana seperti itu
 'ehhh.. yang PDIP jangan dibakar, yang PDIP jangan dibakar' nggak mungkin saya bilang begitu ya.?"

Jadi menurut Edy, 
"Pembakaran bendera bukan rencana kita. Rapat tidak, tapi ada rencana itu, karena suasana aksi ya begitu, saya sebagai korlap, sebagai penanggung jawab aksi, oke kita bakar," ujar Edy.

Edy juga menegaskan dugaan adanya penyusup yang membakar bendera PDIP, dan orang itu adalah _Sumber_

Ngoceh se enaknya aja Edy.!

Dia yang mengomando, 
dia tahu akan ada bakar2 bendera PKI, 
dia melihat ada bendera PDIP, 
tapi tidak berusaha menghentikannya,
ech dia juga ikutan ngeles bilang ada penyusup.! 
hehehe…
Hmm, calon “Ratna Sarumpaet” nih. 

Sementara para pentolan demo bisa dengan mudah ngeles, 
karena di saat pembakaran bendera itu mereka memang tidak ada di sana.

Mereka sedang masuk ke dalam gedung DPR. Sedangkan sang bowhir kan memang aktor di belakang layar. 

Apakah Edy ini tahu dengan sang bowhir.?
Yaaa itu sih nanti jadi bonus buat pihak kepolisian.

Namun pastinya, Edy adalah satu2nya orang yang memberi komando, dan yang menyaksikan sendiri proses pembakaran bendera PDIP.!!

Kakinya Edy sudah separo masuk ke dalam sel. Wow…. 

OK, kita lihat saja perkembangan kasus ini.!

(Yusuf Ahmad)

BUPATI MUDA PDIP ASAL NGANJUK & ISTRINYA PENGHAFAL QURAN


By Dahlan Iskan

Inilah tamu pertama saya di kantor baru Harian DI’s Way di Surabaya: bupati yang punya 36 perusahaan. Grup perusahaan itu ia rintis sejak masih kelas 3 SMA. 

Kini umurnya baru 40 tahun. Ganteng. Kaya.

Itulah Bupati Nganjuk, Jawa Timur.

Ia jadi bupati karena gemes: kok kampung halamannya tidak maju-maju. Ia tinggalkan perusahaannya. Ia serahkan manajemen ke para profesional. ”Saya beri mereka saham. Agar lebih merasa memiliki,” ujar Novi Rahman Hidhayat, sang bupati.

Sebelum ke politik semua keluarganya ia tarik dari perusahaan. Agar manajemen profesional tidak terganggu pengaruh keluarga.

Bupati Novi punya tambang nikel, batubara, 120 bank perkreditan rakyat, dan banyak lagi.

Gajinya sebagai bupati ia serahkan ke lembaga kesejahteraan rakyat. Mobil-mobil dinas bupati tidak ada yang ia pakai. Semua pegawai negeri harus membayar zakat --yang hasilnya dikelola tim untuk mengatasi kemiskinan.

Tiap Jumat ia pindah masjid: khotbah. Usai Jumatan bertemu masyarakat di sekitar masjid. Novi mencari tahu apakah masih ada rumah yang tidak layak huni. Dengan dana zakat itu rumah tersebut dipugar. 

Kalau rumah-rumah itu sudah baru, Novi ke masjid itu lagi. Membawa tumpeng. Sebagai tanda peresmian. Satu rumah satu tumpeng. Foto tumpengan itu dibesarkan. Dipasang di rumah baru.

Itu terjadi nyaris setiap Jumat. Selama dua tahun terakhir.

Novi juga mengubah Hari Buruh di Nganjuk. Menjadi lebih spiritual. Dari yang biasanya lebih tegang. Di mana-mana.

Di malam sebelum Hari Buruh (1 Mei), Novi mengadakan sema'an besar-besaran. Semacam istIghosah. Lokasinya di kampung pahlawan buruh: Marsinah.

Makam Marsinah memang di di Nganjuk. Wanita itu terbunuh sebagai martir di zaman Orde Baru. Di dekat makam itulah sema'an akbar dilangsungkan.

Keesokan harinya, tanggal 1 Mei, diadakan Haul Marsinah. Di seluruh Nganjuk. Acaranya: khataman Alquran di masjid-masjid. Hari itu tidak ada demo atau pawai buruh di kabupaten itu.

Sebagai pemilik 36 perusahaan, dengan total karyawan 40.000 orang, Novi terbiasa membuat keputusan cepat. Mula-mula birokrasinya sulit mengejar.

Akhir 2018, setelah beberapa bulan menjabat ia tunjukkan kecepatan geraknya. Di hari terakhir bulan Desember, ia kumpulkan kepala-kepala dinas. Ada yang mengira itu untuk ikut perayaan malam tahun baru.

Ternyata Novi memberi ”hadiah” tahun baru yang tidak biasa: 18 kepala dinas diganti. Berlaku mulai malam tahun baru itu juga. 

Tanggal 1 Januari keesokan harinya, Novi tancap gas. Birokrasi barunya sudah seperti para manajer perusahaan.

Novi ingin segera membuka kawasan industri. Yang pertama di seluruh karesidenan Kediri. Luasnya 600 hektare --untuk tahap pertama.

Ia tidak mau kehilangan momentum: jalan tol Surabaya-Jakarta sudah hampir jadi. Saat itu. Melewati Nganjuk. Alangkah tepatnya kalau ada kawasan industri di dekat jalan tol itu.

Ia tetapkan lokasi kawasan industri itu. Perizinannya harus cepat. Penyiapannya harus lekas.

Harga tanah di Nganjuk masih lebih murah dari wilayah di sekitar Surabaya. Jarak ke pelabuhan Tanjung Perak juga kurang dari 2 jam --berkat jalan tol. 

Dalam waktu setahun kawasan itu sudah jadi. Seperti afdruk kilat. Kini sudah lebih 60 perusahaan masuk kawasan industri itu.

Novi juga membangun ”lumbung RW”. Setiap ketua RT menjadi pimpinan unit bisnis untuk warganya. Khususnya petani.

Di setiap RW selalu ditemukan rumah kosong. Yang ditinggal generasi anak-cucu ke kota. Rumah kosong itu dijadikan gudang. Disewa.

Petani satu kampung menyerahkan gabah ke pak RW. Untuk disimpan di gudang tadi.

Pak RW-lah yang mengolahnya menjadi besar. Lalu menjualnya.

Setelah laku Pak RW membayar ke petani. Dengan harga 10 persen lebih tinggi dari harga pasar. Petani memperoleh harga lebih baik.

Saya belum mau menulis soal ini secara lengkap. Jangan dulu dipercaya. Saya (atau wartawan DI’s Way) harus lebih dulu menelusuri sendiri tingkat keberhasilannya. Dalam waktu dekat.

Rasanya Nganjuk akan bisa seperti Banyuwangi --yang majunya cepat sekali. Novi punya potensi menjadi Azwar Anas --Bupati Banyuwangi yang sukses itu.

Dua-duanya santri NU. Sama-sama pula dicalonkan oleh PDI-Perjuangan. Sama-sama mudanya. Hanya Novi lebih kaya harta. Anas lebih kaya pengalaman politik.

Dalam hidupnya Novi tidak pernah masuk organisasi. Waktu masih pelajar atau mahasiswa pun tidak ikut IPNU atau PMII.

Selepas SMPN 1 Nganjuk Novi diminta ibunya melanjutkan ke pondok. Novi pun masuk Darul Ulum, Peterongan, Jombang.

Di ”Pondok Bintang Sembilan” itu tidak hanya ada madrasah. Ada juga SMA Unggulan. Yakni SMA proyek BPPT-nya Alm Prof BJ Habibie. Ke situlah Novi sekolah. Yang kalau tamat bisa langsung ke Institut Teknologi Indonesia. 

Waktu kelas 2 SMA itu ruang kelasnya di lantai atas. Lantai bawah digunakan untuk SMP. Setiap kali turun dari lantai atas matanya terantuk pandang mata seorang siswi SMP di lantai bawah.

Jatuh cinta.

Seorang temannya menjadi kurir surat-menyuratnya dengan siswi SMP asli Jakarta itu. Pakai cara lama: lewat pertukaran buku pelajaran --yang berisi surat cinta.

”Waktu menunggu buku pelajaran berisi surat cinta itu berdebarnya bukan main,” ujar Novi mengenang.

Surat-surat cinta itu ia simpan sampai sekarang. Ia taruh di brankas uang. Dikunci mati dengan kunci rahasia kombinasi.

Itulah cinta pertama dan terakhirnya. Mereka menikah setelah si siswi tamat SMA --dan Novi belum lulus sarjana ekonomi di Universitas Brawijaya. Ia tidak jadi masuk ITI karena sudah mulai berbisnis.

Di Darul Ulum Novi mendapat tiga 'i' : ijazah, istri, dan infus. Sambil sekolah Novi masih bisa cari uang: membeli plastik bekas. Untuk dijual ke pabrik pengolahan biji plastik.

Saat kelas tiga SMA meningkat menjadi dagang bijih plastik.

Sambil kuliah pun Novi terus mengembangkan bisnisnya. Semua itu terinspirasi dari ayahnya: pengusaha hasil bumi, ternak, dan jasa perdagangan.

Kini sang ayah tidak berbisnis lagi. Hijrah sepenuhnya ke bidang lain: mengurus pesantren yang didirikannya di Kediri. Yang siswanya tidak perlu membayar: TK, SD, Ibtidaiyah, Aliyah, dan SMK. 

Di Nganjuk perusahaan Novi memiliki 2.000 karyawan. Merekalah --di tahun 2017--yang dikerahkan untuk menaikkan rating pencalonannya sebagai bupati.

Mereka itu yang memasang 6.500 lebih poster besar di semua RT di Nganjuk.

Isi poster sangat simple: foto dirinya dengan baju hem putih dan kopiah hitam. Tidak banyak tulisan di poster itu. Bunyinya hanya: Mas Novi, Calon Bupati.

Tidak ada jargon, motto atau pun gelar-gelar. Prinsip-prinsip marketing ia jalankan.

Hasilnya: popularitas Novi tiba-tiba melangit, 70 persen. Dari sebelumnya hanya 8 persen.

Partai-partai pun mengincarnya. Terutama PDI-Perjuangan dan PKB. Tingginya rating Novi membuat ia tidak perlu mencari partai. Kendaraan politik itu datang sendiri.

Ia sama sekali tidak perlu membayar mahar ke PDI-Perjuangan. Tidak juga ke PKB. Ayahnya akrab dengan kiai-kiai utama di PKB.

Hanya saja ia harus menggandeng kader PDI-Perjuangan sebagai wakil.

Hasil kerjanya sangat nyata. Hasil surat cinta di dalam buku pelajarannya pun nyata: anaknya lima orang. Yang tertua kuliah di Yaman. Di Darul Mustofa di Kota Tarim. 

Di sana ia masuk pesantren milik leluhurnya sendiri itu --dari jalur istri Novi.

Yang kedua dan ketiga wanita. Dua-duanya masuk SMK animasi Umar Said yang disponsori Djarum di Kudus. Yang keempat masih tsanawiyah (SMP). Dan yang kelima, masih SD. Dua-duanya di Nganjuk.

Semua anaknya itu lagi menghafal Alquran --ikut ibunya yang juga hafal Alquran.

”Anda hafal Alquran juga?” tanya saya kepada Novi.

”Saya hafal fulus,” gurau Novi.(Dahlan Iskan)

https://www.disway.id/r/986/dapat-3-i

Minggu, 28 Juni 2020

Prabowo Subianto Capres 2024?


Fakta bahwa bertenggernya Prabowo Subianto dipuncak elektabilitas menunjukan bahwa faktor usia bukan halangan seseorang untuk ikut berkompetisi di pemilihan umum. 

Pertama, Prabowo Subianto tetap ada di hati masyarakat. Pilihan masuk dalam pemerintahan Jokowi menuai respek publik pasca pilpres 2019. 

Dipastikan ada migrasi dari pemilih Jokowi di Pilpres 2019 kepada Prabowo. 

Ditunjang dengan kinerjanya yang mumpuni sebagai Menteri Pertahanan, bisa dikatakan bahwa mantan Danjen Koppasus ini dianggap layak untuk maju kembali sebagai capres di pemilu 2024 yang akan datang. 

Kedua, tidak ada pengaruh signifikan jika Prabowo tidak lagi disupport oleh kelompok muslim yang dulu mendukungnya di Pilpres 2019. 

Pemilih di Indonesia di 2024 akan lebih cair dari pemilu sebelumnya, karena kaum milenial akan lebih mendominasi data pemilih. 

Memang pemilih muslim adalah mayoritas, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa pada kontestasi pemilu semua kandidat masing-masing juga akan didukung oleh para ulama. 

Pengalaman dari Pilpres sebelumnya, komunitas pemilih muslim tidak pernah terkonsentrasi pada satu pasangan kandidat saja, tetapi pada semua pasangan calon. 

Bagaimanapun juga, perhelatan Pemilu berikutnya nanti juga akan tergantung 'momentum' dan 'manuver elit' parpol menjelang tahun 2024. (Igor Dirgantara)

Sumber :

https://nasional.sindonews.com/read/81582/12/survei-masih-tertinggi-spin-prabowo-berpeluang-besar-nyapres-lagi-1593086792

https://www.inews.id/news/nasional/pilpres-2024-survei-spin-ada-migrasi-pemilih-jokowi-kepada-prabowo-104-persen

https://www.jawapos.com/nasional/politik/25/06/2020/prabowo-berpeluang-besar-maju-lagi-di-pilpres-2024/

https://www.suara.com/news/2020/06/26/005409/survei-spin-prabowo-masih-berpeluang-nyapres-dalam-pilpres-2024

https://politik.rmol.id/read/2020/06/25/440734/Survei-SPIN:-Prabowo-Masih-Kuat-Untuk-Pilpres-2024,-Anies-Kedua-Dan-Puan-Paling-Buncit-

https://www.gelora.co/2020/06/prabowo-tetap-kuat-di-2024-andai.html

https://radaraktual.com/40678/survei-spin-prabowo-tetap-ada-di-hati-masyarakat.html

https://fajar.co.id/2020/06/25/potensi-prabowo-diusung-maju-di-pilpres-2024/

https://opiniindonesia.com/2020/06/25/prabowo-subianto-berpeluang-besar-maju-lagi-sebagai-capres/

KISAH NAMA "KADRUN" DI INDONESIA


Siapakah sebenarnya yang dimaksud Kadrun atau Arab Kw itu?

Sementara ini sudah jadi kelaziman yang disepakati oleh 80 jutaan warga pemilih Jokowi di Pilpres 2019 bahwa julukan "Kadrun" diperuntukkan bagi:
 
Kelompok yang anti Jokowi.

Kadrun akronim dari "Kadal Gurun" bisa dimaknai:

Orang-orang yang 'lebay' dalam menerapkan ajaran Islam disebabkan cuma tahu "kulit"nya saja, tetapi tak mampu memaknai essensi ajaran Islam secara komprehensif (rahmatan lil 'alamin).

Kelompok muslim ini jadi mudah "dikadalin" (ditipu dan diperalat) oleh elit politik oposisi untuk senantiasa berupaya menjatuhkan pemerintahan Jokowi yang difitnah sebagai :  

"Anti Islam."

Kelompok muslim ini  mudah "di-kadal-in" dan berambisi menjadikan NKRI jadi seperti negara-negara di gurun pasir zaman kekhalifahan (Khilafah).

Sikap demikianlah, yang jadi ciri khas kelompok anti Jokowi, hingga akhirnya memunculkan sebutan: KADRUN.

Kelompok ini terobsesi ingin diterapkannya Khilafah di Indonesia. 

Mereka meng'imajinasi'kan negara-negara gurun pasir ( jazirah Arab/Timur Tengah) itu adalah Khilafah.

Saking terobsesinya ingin meniru budaya gurun pasir/Arab, maka kelompok muslim semacam ini akhirnya "DIJULUKI" : 

Kadal Gurun (Kadrun).

Lalu kenapa "Kadrun" diidentikkan dengan "Arab KW" (Arab Palsu)?

Itu karena perilaku mereka 'lebay' banget, yaitu: 

Ingin berislam seperti orang Arab asli namun ternyata yang ditiru CUMA budaya arab yang receh dan remeh temeh, seperti :

Pakaian gamisnya, 
Jenggotnya, 
Celana cingkrangnya, 
dstnya.

Sementara itu  perilakunya jauh dari nilai Islam. 

Contohnya: 

Mengumbar kebencian terhadap ;

"Kelompok yang tak se-keyakinan".
Intoleran, 
Memfitnah, 
Menghasut, 
Bikin HOAX... 
yang berpotensi memecah belah bangsa Indonesia --yang terdiri dari berbagai penganut agama/keyakinan ini.

Kelompok Kadrun berperilaku demikian disebabkan karena mereka "dikadalin" oleh 'para politisi oposan' haus kekuasaan (yang senantiasa memanfaatkan kebodohan mereka) untuk dimanfaatkan guna mendiskreditkan pemerintah.

Dan BISNIS Kadrun yang utama yaitu menerima PESANAN DEMO, tidak perduli ada pandemi, jika harganya cocok demo tetap berjalan.

Begitulah kisah perjalanan sebutan KADRUN di Indonesia. Sudahkah Anda bertemu Kadrun?

(Tante Paku)

#Kadrun

Sabtu, 27 Juni 2020

Kepada Kelompok Yang Suka Demo Karena Terhasud Propaganda, Wajib Baca Kisah Ini

-------------------------------------------------------------

Minggu ini menandai enam tahun pembunuhan Presiden Libya Moammar Khadaffi. Saat itu, Khadaffi sedang melarikan diri dari Tripoli ke Sirte, akibat serangan jet tempur barat AS NATO barbar di ibukota Libya yang makin menjadi sejak penerapan no-fly-zone.

Perjalanannya terhenti di tengah jalan ketika jet Perancis dan drone AS menghancurkan konvoi mobilnya. Terluka, presiden Khadaffi terseok-seok bersembunyi di saluran got, sebelum ditangkap oleh 'pemberontak' buatan AS dan Perancis.

"Jangan tembak, jangan tembak,” kata Khadafi kepada sejumlah tentara NTC yang menyeretnya dari gorong-gorong, seperti dilansir dari Telegraph

Khadafi diarak di jalan setelah diseret dari gorong-gorong. Dengan kepala bersimbah darah dengan busana nyaris tanggal seluruhnya, Khadafi menjadi bulan-bulanan sejumlah tentara
yang tampak puas dengan kemenangannya. Ada yang menodongkan pistol. Ada yang menjambak rambutnya. Beberapa kali Khadafi terjatuh sambil
mengusap wajahnya yang bersimbah darah

Saat tertangkap, Khadafi sudah bersimbah darah. Terluka saat menghindari serangan tentara NATO dan NTC, beberapa menit sebelumnya.
Ketika Kadafi ditangkap dan pemberontak mengelilinginya, Kadafi seperti orang idiot

Khadaffi dihajar secara membabi-buta oleh orang yang notabene rakyatnya sendiri. Orang-orang yang telah diantarnya sebagai pemilik GDP tertinggi per kapita di dunia, memiliki angka harapan hidup terpanjang dan angka kemiskinan yang bahkan lebih rendah dibanding Kerajaan Belanda.

Ia disodomi dengan gagang pisau oleh orang yang notabene rakyatnya sendiri yang sudah diprovokasi oleh pemberontak propaganda barat AS NATO barbar, rakyat rela membunuh yang mengantarkannya untuk menikmati pendidikan gratis, layanan kesehatan gratis, listrik gratis, pinjaman tanpa bunga, hingga apartemen gratis saat mereka menikah.

Ia ditembak di kepala dan di dada oleh orang yang notabene rakyatnya sendiri, yang diantarkannya memenuhi universitas-universitas, yang dikuliahkannya ke luar negeri, lengkap dengan gaji bulanan dan mobil, yang tetap diberi tunjangan meski menganggur setelah lulus.

1986, Khadaffi sempat lolos dari maut. Jet tempur AS menjatuhkan bom seberat 1 ton di barak Khadaffi di Bab al-Azizya. Bom itu tepat jatuh di tempat tidurnya, membunuh putrinya yang berusia 2 tahun, yang sering tidur bersamanya. Malam itu, ia tak berada di tempat.

Baik atau buruk, Khadaffi hanyalah seorang Bedouin yang lahir dalam tenda. Ia membenci kemiskinan dan korupnya dunia Arab, yang didominasi dan dieksploitasi oleh AS, Perancis dan Inggris. Ia juga merupakan pendukung Palestina, Nelson Mandela, Tentara Republik Irlandia dan separatis Basque.

Kini rakyat Libya menyesal telah menggulingkan Kadaffi, Libya Telah hancur, Libya telah dalam genggaman barat AS NATO. Rakyat menjadi budak, yang menikmati adalah elit-elit yang rakus kekuasaan. Pilihan revolusi jauh dari harapan.

"Ketika kami berdemonstrasi menjatuhkan Kadaffi kami bermimpi akan menikmati kekayaan negara ini, sekarang kami menyesal".
.
Kini kami di kelilingi oleh penjahat  dan gembong yg haus perang dan haus akan minyak, kehidupan sangat susah, kemiskinan meningkat dan siang malam kami hidup dalam ketakutan.

Penyesalan selalu datang terlambat.
Nikmati lah sekarang hasil SARACEN orang yg haus akan kekuasaan dan minyak.

Rest in Peace. 

BELAJARLAH DARI PENGALAMAN dan BELAJARLAH DARI SEJARAH..
 
Cukup sudah Libya, Irak, Suriah dan beberapa negara di Timur Tengah yang hancur dan seluruh rakyat yang terlibat menghancurkan negaranya, menyesal yang sudah terasut propaganda barat, framing media jahat abal abal, fitnah hoax, Ujaran Kebencian, menghalalkan caci maki dan menghina. Indonesia tak boleh mengikuti jejak kehancuran akibat kebodohan dan kekonyolan ini ✊🇮🇩

Jumat, 26 Juni 2020

BENARKAH HIZBUT TAHRIR MENDAKWAHI PENGUASA?

Oleh: Ustadz Muafa.

Jawaban singkatnya adalah: Tidak benar.

Sikap Hizbut Tahrir terhadap penguasa itu kalau diungkapkan dengan bahasa sederhana ringkasnya begini,

    “Buatlah rakyat benci penguasa, putuskan hubungan antara rakyat dengan penguasa, gunting tali kepercayaan rakyat dengan penguasa, korek-korek aib mereka, cari terus kelemahan mereka, tonjolkan terus ketidakbecusan mereka mengurus rakyat, sampai rakyat menggulingkan mereka dengan revolusi atau pihak militer melakukan kudeta dan menyerahkan kekuasaan kepada Hizbut Tahrir”

Itulah kalimat sederhana yang lebih jujur untuk menggambarkan bagaimana sikap Hizbut Tahrir kepada penguasa.

Jadi, mengatakan Hizbut Tahrir mendakwahi penguasa itu adalah omong kosong yang tidak ada realitanya, hanya sebentuk retorika, dan kalimat nina bobo untuk memberi citra positif terhadap propaganda Hizbut Tahrir.

Awam-awam Hizbut Tahrir mungkin terkejut, emosi dan tidak terima. Tapi cobalah sabarkan diri Anda, dan teruskan membaca catatan ini karena saya akan menerangkan argumentasinya.

Istilah dakwah, tentu konotasinya positif, simpatik dan indah. Dakwah itu sifatnya mengajak dan mengundang. Disampaikan dengan lemah lembut karena menginginkan kebaikan orang yang diajak.

Seperti orang yang ingin mengajak dan mengundang tetangganya makan. Tentu cara ngajaknya sopan kan? Misalnya memakai kalimat begini,

    “Nuwun sewu pak Joko, kalau ada waktu monggo kami aturi datang ke rumah untuk makan-makan dalam rangka tasyakuran”

Tidak mungkin dinamakan mengundang dan ajak-ajak jika bahasanya begini,

    “Joko-joko. Dasar tetangga tolol.  Makan gratis dan enak itu ya di rumah saya. Ini lho aku punya acara makan tasyakuran. Emang kamu kacung siapa sih kok sombong amat?”

Oleh karena dakwah itu mengandung semangat rahmat (kasih sayang), maka Allah memerintahkan nabi Musa tetap bersikap lembut kepada Fir’aun dan berbicara dengan bahasa yang halus saat mengajak menuju Allah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman,

{اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (43) فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى} [طه: 43، 44]

    “Pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas. Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.”

Sekarang bandingkan dengan Hizbut Tahrir saat membahas pemerintah.

Apakah Anda mendapati Hizbut Tahrir melaksanakan akhlak yang diajarkan dalam Al-Qur’an ini?

Tidak.

Semua orang bisa menyaksikannya.

Hizbut Tahrir di mana-mana selalu sinis dengan pemerintah. Sebaik apapun itu. Mau pemerintah abangan atau islami, mau Saudi Arabia yang jelas berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah atau seperti Indonesia yang berketuhanan yang maha esa, mau presiden tidak bisa baca Al-Qur’an sampai presiden hafal Al-Qur’an seperti almarhum Mursi, semuanya disikapi sama: Dimaki-maki, dihina-hina, dan disemburi dengan berbagai sumpah serapah. Kaum muslimin barang kali masih ingat bagaimana orang-orang Hizbut Tahrir menjuluki Mursi sang Hafizh Al-Qur’an dengan sebutan Fir’aun berjenggot. Kaum muslimin juga mungkin masih ingat bagaimana orang Hizbut Tahrir Indonesia menyebut menteri Saudi Arabia sebagai jongos.

Dari sisi ini saja sudah kelihatan bahwa Hizbut Tahrir sama sekali tidak bisa disebut berdakwah. Lebih jujur adalah mengatakan Hizbut Tahrir melakukan gerakan politik menggulingkan pemerintah dengan menunggangi agama Islam dan slogan-slogan syariah.

Biar lebih mantap lagi saya beri Anda satu tantangan.

Anda para aktivis Hizbut Tahrir yang nubi nan lugu, yang menyangka bahwa Hizbut Tahrir itu mendakwahi penguasa, coba tunjukkan kepada saya satu kalimat saja dari Hizbut Tahrir, yakni kalimat dan pernyataan resmi yang mengatakan begini kepada penguasa,

    “Wahai tuan penguasa. Marilah kembali kepada Allah. Terapkan syariat Islam. Kami akan rela menaati Anda. Kami siap membaiat Anda menjadi khilafah. Tidak harus dari Hizbut Tahrir

Coba bongkar seluruh arsip leaflet propaganda resmi Hizbut Tahrir dan temukan satu saja kalimat yang nadanya demikian, agar kami orang-orang di luar Hizbut Tahrir tahu bahwa Hizbut Tahrir memang benar-benar berdakwah.

Jika Anda sampai menjelang mati tidak menemukan kalimat ini, maka ketahuilah bahwa Hizbut Tahrir memang  tidak pernah mendakwahi penguasa. Tapi targetnya memang mendongkel penguasa dan berambisi menjadi penguasa pengganti. Tepatnya, Hizbut Tahrir ingin amir-nya-lah yang menjadi penguasa atas nama kekhilafahan Islam.

Pertanyaannya, mengapa sikap Hizbut Tahrir seperti ini terhadap penguasa?

Jawabannya adalah: 

    Karena itulah memang metode resmi mereka. Metode resmi itu ditetapkan dan memandu seluruh gerak mereka semenjak didirikan sampai hari ini.

Mereka menuliskan metode propaganda mereka dalam buku manifesto yang bernama Manhaj Hizb At-Tahrir fi At-Taghyir. Booklet  ini bagaikan “kitab suci” bagi orang Hizbut Tahrir. Jadi, ia menjadi “pedoman hidup” untuk organisasi mereka yang dipakai untuk mengukur apakah Hizbut Tahrir masih berada di “jalan yang lurus” ataukah sudah “menyimpang dari jalan yang lurus”

Anda yang ingin mengetahui lebih detail bagaimana metode propaganda Hizbut Tahrir, silakan baca booklet itu hlm 36-45.

Terkait sikap terhadap penguasa, Hizbut Tahrir mewajibkan diri untuk melakukan muqoro’atul hukkam (مقارعة الحكام)  yakni menghantam para penguasa. Cita rasa kata qoro’a dalam bahasa Arab itu mengandung makna  mengetok, memukul, menghantam, mengalahkan, bahkan menusuk.

Jadi sejak awal semangat Hizbut Tahrir memang menghantam penguasa. Bukan mendakwahi penguasa.

Tidak cukup hanya itu, Hizbut Tahrir bahkan menerangkan lebih rinci spesifikasi aktifitas muqoro’atul hukkam itu.

    Pertama:  Yang diserang adalah penguasa di negeri-negeri Islam dan negeri-negeri Arab (fil biladil arobiyyah wal islamiyyah).  Lihat hlm 44 buku manifesto Hizbut Tahrir yang saya sarankan tadi).

Jadi, pernyataan  ini sudah jelas menunjukkan bahwa  sejak awal Hizbut Tahrir itu memang mengambil posisi benci penguasa di negeri manapun, bahkan penguasa muslim manapun, sebaik apapun dia.

Mereka harus selalu melancarkan serangan muqoro’ah,  sepintar  apapun penguasa di negeri Islam  dalam mengelola negara.

Di mata Hizbut Tahrir, semua penguasa  pokoknya benar-benar harus nggak ada baik-baiknya di mata umat.

Seluruh penguasa yang tidak menuruti kemauan Hizbut Tahrir harus “diibliskan”, “disetankan”, dan didemonisasi sampai citra terbaik hanya Hizbut Tahrir dan sampai umat Islam menganggap yang putih hanya Hizbut Tahrir  dan yang seperti malaikat hanya Hizbut Tahrir.

    Kedua, pilihan bahasa yang dipilih Hizbut Tahrir untuk menyerang penguasa adalah kasyfuhum (lihat hlm 44).

Diksi yang dipilih Hizbut Tahrir ini saja sejak awal sudah menunjukkan Hizbut Tahrir memang  sangat bernafsu mencari aib dan kekurangan pemerintah manapun untuk dijadikan bahan memaki-maki dan memuntahkan segala sumpah serapah.

Lafaz kasyafa dalam bahasa Arab cita rasanya adalah dipakai untuk menyingkap sesuatu yang biasanya tertutup. Menyingkap aurat disebut dengan kasyfu’ aurot karena ada makna membuka sesuatu yang ditutupi. Jadi Hizbut Tahrir secara resmi dalam kitab panduannya mengakui kegemarannya menyingkap aurat orang lain dengan tujuan menjelek-jelekkannya.

    Ketiga, Hizbut Tahrir menegaskan bahwa sikap mereka kepada penguasa adalah mendongkel mereka dari kekuasaan, menggulingkan mereka dan merobohkan mereka. Jadi memang tidak ada satu hurufpun dalam kitab resmi Hizbut Tahrir yang berniat menjalin hubungan baik dengan penguasa, meramahi mereka, mengapresiasi mereka, kerjasama dengan mereka, dan mendakwahi mereka.

Secara lugas, tegas, dan tanpa tedeng aling-aling Hizbut Tahrir memasang diri sebagai kelompok yang akan selalu membenci pemerintahan manapun dan berusaha menggulingkan mereka. Perhatikan pilihan kata yang dipakai di kitab manifesto Hizbut Tahrir itu,  “wal ‘amal ‘ala izaalati hukmihim”  (-Hizbut Tahrir- bekerja untuk menggulingkan pemerintahan mereka-para penguasa di negeri-negeri muslim-)

Jadi, berdasarkan kitab resmi Hizbut Tahrir sendiri memang tidak ada sama sekali nuansa dakwah kepada penguasa. Apalagi tahapan-tahapan dakwah kepada penguasa, misalnya diseru dulu dengan baik, kalau menolak maka baru dikerasi dan seterusnya. Tidak. Tidak ada semua itu. Sejak awal Hizbut Tahrir memang membenci penguasa apapun dan meracuni pikiran umat untuk selalu membenci pemgausa, siapapun yang naik.

Pokoknya selama yang menjadi penguasa belum Hizbut Tahrir, maka selama itu pula seluruh penguasa akan “diibliskan”

Jadi, di manapun Hizbut Tahrir ada, maka mereka akan selalu bekerja mendongkel penguasa.

Ini menjadi salah satu penjelasan logis secara politik, mengapa Hizbut Tahrir dilarang di hampir semua negara.

Lihatlah bagaimana leaflet resmi Hizbut Tahrir Pakistan ini menyebut penguasa di negerinya sebagai penguasa penyogok, penguasa bayaran para penjajah, penguasa korup dan penguasa budak milik tuan-tuan dari negara asing.

    أيها المسلمون في الباكستان وقواتنا المسلحة على وجه الخصوص!
     كفى من هؤلاء الحكام الذين يقومون بدور المرتشين المستأجَرين للمستعمرين، مما يضعفنا ويقيدنا، في حين يمنحهم يداً طويلة علينا. وكفى من هذا النظام الذي يثري الحكام الفاسدين وأسياده من الأجانب

Sumber: https://www.hizb-ut-tahrir.org/index.php/AR/wshow/4368

Tak lupa mereka mengajak mendongkel penguasa,

    لذلك يجب إلغاؤه وأن يحل محله نظام الحكم الإسلامي، الخلافة

Mereka juga  menyerukan pihak militer supaya melakukan kudeta dan menyerahkan kekuasaan kepada Hizbut Tahrir,

    كما وندعو القوات المسلحة إلى نصرة حزب التحرير حتى نحكم عمليا بما أنزل الله سبحانه وتعالى فوراً

Jadi, Hizbut Tahrir adalah Si Joker.

Itu perumpamaan yang sudah sangat tepat sebagaimana saya tulis pada catatan sebelumnya (cari catatan saya yang berjudul “Mengapa Anggota Hizbut Tahrir Indonesia Masih Mau Daftar Menjadi PNS?”)

SERUAN DAN NASIHAT

Agar terasa kebatilan metode propaganda  Hizbut Tahrir ini, sekarang jawablah pertanyaanku wahai aktivis Hizbut Tahrir.

    Adakah presiden Indonesia yang berkata kepada rakyat “Aku adalah Tuhan kalian yang tertinggi” seperti yang dikatakan Fir’aun?

    Adakah presiden Indonesia yang menyembelihi bayi-bayi kalian?

    Adakah presiden Indonesia yang memaksa kalian kerja rodi dan memperbudak kalian sebagaimana Fir'aun memperbudak Bani Israel untuk membangun piramida?

Saya buat perumpamaan ini bukan untuk memuja pemerintah manapun, karena tidak ada pemerintah yang bersih dan bebas dari kezaliman. Tapi saya mencoba mengajak Anda berfikir waras, adil dan obyektif.

Lalu, jika kalian memuntahkan sumpah serapah kepada penguasa dengan bahasa-bahasa yang menjijikkan itu, apa iya, kalian menganggap Fir’aun lebih baik dari pemerintah di negeri-negeri kaum muslimin saat ini?

Jika memang demikian sikap kalian, maka aku tidak ragu mengatakan bahwa kalian adalah kelompok menyimpang karena telah berani melawan ajaran dalam Al-Qur’an terkait cara mendakwahi penguasa. Jika ajaran itu bisa digolongkan qoth’i, maka status penyimpangan kalian lebih mengerikan lagi dan sangat mudah dilihat siapapun.

Mudah-mudahan catatan singkat ini bisa membuka mata dan menyingkap hakikat propaganda Hizbut Tahrir.

Wallahua'lam
hizb-ut-tahrir.org
حــزب التحريــر

 Hizb ut Tahrir
هو حزب سياسي مبدؤه الإسلام. فالسياسة عمله، والإسلام مبدؤه، وهو يعمل بين الأمة ومعها لتتخذ…
هو حزب سياسي مبدؤه الإسلام. فالسياسة عمله، والإسلام مبدؤه، وهو يعمل بين الأمة ومعها لتتخذ الإسلام قضية لها، وليقودها لإعادة الخلافة والحكم بما أنزل الله إلى الوجود ...

Soal Jiwasraya, Arief Poyuono: Jokowi Tukang Cuci Piring Kotor Ulah Bakrie DKK!


Kegigihan seorang Jokowi dalam menumpas koruptor mendapat restu Sang Kuasa. Bahkan suara pembelanya datang dari eks oposisi yang dulu sesalu getol menyerangnya. Ialah Arief Poyuono yang kini ikut mengupas kasus Jiwasraya. Pernyataannya singkat namun telak membuat penegak hukum dan mantan penguasa lama kepanasan.

Kalau dalam isu PKI ia menyebut penciptanya adalah kadrun, isu Jiwasraya disebut dibuat antek penguasa lama. Kejanggalan penyelidikan sejak era 2008 dan tak berani mengusut tahun sebelumnya menjadi kunci mati para penegak hukum. Apa yang hendak disembunyikan? Apakah tujuannya memang menuduh Jiwasraya untuk dana kampanye Jokowi?

Sebelumnya dilansir jpnn.com, Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Arief Poyuono menyebut masuknya perkara Jiwasraya ke tingkat pengadilan membuat tudingan pihak tertentu ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi terbantahkan.

Sebab, kata Arief, jiwasraya yang pada awalnya merupakan kasus pasar modal, menjadi gorengan politik karena dikaitkan dengan pemerintahan Jokowi.

"Dengan masuk persidangan, tuduhan yang selama ini dilancarkan oleh pihak lawan-lawan Jokowi terbantahkan. Misalnya, ada tuduhan duit Jiwasraya mengucur ke kampanye Jokowi, kini hanya jadi fitnah semata," kata Arief dalam pesan singkatnya kepada awak media, Kamis (25/6).

"Kesimpulannya, pemerintahan Jokowi hanya bernasib sial, karena Jiwasraya sudah busuk sejak lama. Pemerintan Jokowi seperti tukang cuci piring kotor belaka. Yang menikmati makanannya adalah rezim dan komplotan yang lama," ungkap Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini.

Arief mengungkapkan, pada tahun 2008, saat pergantian direksi, posisi Jiwasraya sudah minus Rp 5,7 Trilliun. Artinya Jiwasraya sudah rugi sebelum tahun 2008, sebelum direksi baru waktu itu diangkat. "Namun anehnya mengapa Kejaksaan melokalisir kasus Jiwasraya hanya di periode 2008-2018? Mengapa sebelum tahun 2008 tidak diusut?" ujarnya heran.

Arief pun bertanya-tanya, apakah betul seperti kabar yang beredar bahwa Bakrie telah melakukan "deal" baik dengan Kejaksaan dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk tidak mengungkit keterlibatan mereka pada kasus Jiwasraya.

“Pertanyaan ini muncul kalau membaca Laporan Utama TEMPO 'Bakrie Dirunut, Auditor Terbelah'," ujarnya. Arief menjelaskan, selain tidak dibongkarnya kasus lama Jiwasraya sebelum tahun 2008, Kejaksaan juga masih gagal membongkar OJK yang merupakan lembaga pengawas yang bertanggung jawab penuh pada Jiwasraya.

“Kejaksaan belum memunculkan peran OJK dalam drama politik penegakan hukum Jiwasraya ini, khususnya Ir. Hoesen MM sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal," kata Arief.

Akhirnya Tuhan meminjam mulut Arief untuk mengungkap kebenaran dan membersihkan pemerintah Jokowi dari segala fitnah. Kini kita tahu semua motif diusutnya Jiwasraya sejak tahun 2008 untuk menutupi kasus lama era Abu Rizal Bakrie menjabat sebagai Menko perekonomian.

Makanya acara ILC berjudul "Membongkar Dalang Jiwasraya" 5 bulan yang lalu mengundang narasumber Said Didu. Karena dialah oposisi yang waktu itu menuduh Jokowi memakai dana Jiwasraya untuk kampanye. Sebenarnya acara ILC milik Bakrie hendak cuci tangan keterlibatan bosnya dalam skandal Jiwasraya.

Jadi Bakrie yang sempat menikmati hampir 4 triliun dana Jiwasraya yang kini menguap di beberapa perusahaannya tetap aman. Berbekal koneksi ke lembaga negara seperti BPK dan juga medianya, Bakrie hendak melimpahkan kasus ini ke mulut pemerintah saat ini.

Untuk itu, pemerintah dan aparat penegak hukum harus mampu menyelidiki borok Jiwasraya dari awal yakni sebelum tahun 2008. Kalau direksi baru (2008) dan Benny Tjokro bisa ditindak, komplotan Bakrie juga harus merasakan hukuman yang sama. Saatnya mereka mendekam di penjara dan negara harus berani menyita aset Bakrie. Jangan sampai tiap 17 Agustus negara memperingati kemerdekaan, sementara penjajah dari kaum sendiri masih leluasa.

Kalau sampai Bakrie lolos lagi, yang menanggung rugi adalah para nasabah dan negara. Tengok kasus Lapindo yang merugikan negara 700 Milyar lebih, ini akibat piciknya Bakrie memainkan negosiasi. Negara cuma diberi aset tanah sekitar lapindo yang harganya sudah pasti turun. Meski begitu keluarga Bakrie masih bisa hidup mewah hingga membelikan menantunya rumah besar di USA. Kalau Setnov yang licin saja akhirnya terciduk, harusnya Bakrie bisa terseret beserta aset-asetnya.

Begitulah kura-kura.

Referensi:

https://m.jpnn.com/news/arief-poyuono-tuduhan-duit-jiwasraya-ke-kampanye-jokowi-sudah-terbantahkan

MIMPI BURUK PARA PEMBAKAR BENDERA PDIP


Mblandang, sedikit agak mewakili tapi masih gak pas. Nekat, terlalu menunjuk kebiasaan melekat kelompok ini. Goblok, mungkin lebih tepat. Kombinasi mblandang dan nekat tanpa melihat seberapa kuat pijakannya, telah membuat kelompok ini jadi Goblok.

"Piyek" (anak unggas baru kemarin sore lahir) ngelabrak banteng, tepok jidatpun masih terlalu halus untuk menggambarkan kebodohan akut itu.

Tahun 1996, PDI sudah berani tolak pinggang dan sebelah tangan kemudian menunjuk_nunjuk muka penguasa Orde Baru, embahnya preman di atas preman. 

Saat itu, F*I, jangankan lahir, indukannya diselingkuhin saja belum terpikir. Orde Baru belum tertarik bikin preman berdaster. Masih terlalu kuat. Orde Baru masih jadi penguasa tunggal bagi segalanya.

27 Juli 96 adalah puncaknya. Sebelumnya, orasi kebangsaan, hiburan langka di jaman Soeharto berkuasa baru dapat kita nikmati hampir setiap hari di jalan Diponegro no 58 itu. 

Tempat itu selalu ramai. Ruang politik seolah mendapat tempat di panggung itu, dimana sebelumnya dijamin pasti akan disambut dengan pentungan dan tembakan.

Jadi ingat peristiwa Priok. Masjid sebelah rumah di Kelapa Gading BCS saat itu, beberapa hari terakhir terdengar khotbah langka, khotbah menyindir sang penguasa. 

Benar. Tak lama kemudian, barisan tentara terlihat menyisiri sawah yang saat itu masih tersisa beberapa petak. Tentara mengepung masjid kecil itu dan mengamankannya.

Keesokannya, heboh Priok terjadi. Suara tembakan, entah siapa dan kenapa harus ditembak, tak penting lagi. Menteri penerangan yang akan membuat pernyataan.

Demikian pula peristiwa Juli 96. Orang-orang berbadan tegap (karena hanya seperti ini berita koran waktu itu) mengepung, menyerang dan kemudian menghancurkan panggung plus bangunan di Diponegoro 58.

Untuk membuat efek dramatis, entah bagaimana ceritanya, beberapa tempat yang tak terlalu jauh dari peristiwa gropyokan Diponegoro 58 itu, tiba-tiba terbakar.

Ke esokan paginya, berita bahwa para perusuh membakar adalah mereka yang kemarin berada di Diponegoro 58. Tak ada klarifikasi, karena yang bertugas klarifikasi sudah digebukin dan bengkak-bengkak entah dikurung di mana.

Itu adalah gambaran Jakarta saat itu. Itu gambaran ketika Orde Baru terusik, marah dan selalu berakhir dengan cara yang sama. Selalu ada bakar- bakar menyertai.

PDI tak gegabah. Di bawah Megawati, ketenangan dan kehati-hatiannya membawa berkah, PDIP menjadi penerus sah PDI. Dan kini adalah partai terbesar negeri ini.

PDIP aset berharga negara ini sedang dirong-rong gurem. PDIP, satu-satunya partai politik pada era reformasi sebagai partai perjuangan, partai yang berjuang dengan mengorbankan darah dan nyawa dalam pendiriannya.

PDIP memang lahir karena perjuangan, bukan dibentuk karena hasrat seseorang yang ingin mencalonkan menjadi Presiden. Perjuangan dari tekanan Orde Baru terhadap pengerdilan demokrasi.

PDIP membuka pintu reformasi 98.

Perjalanan sejarah partai yang satu ini sungguh berbeda dibanding yang lain. Halangan, tantangan, bahkan penghancuran dengan kekerasanpun dialami, dan kini ada "piyek" mau main-main dengannya? Memancing marah dengan mem PKI kan dan membakar benderanya?

Kaum bigot itu bukan lawan tanding seimbang dan PDIP tak sebodoh itu. Dengan mudah, markas plus manusia bodoh penghuninya akan rata dengan tanah bila militan partai turun.

PDIP tak mungkin merendahkan martabatnya dengan mengotori tangannya sendiri menyentuh barang haram yang keberingasan seperti yang mereka mulai. Cukup dengan teriakan proses hukum, mereka akan terkencing kencing.

Ya..., mereka hari ini berlaku bodoh, mereka masuk ranah sakral raksasa kalem yang tak punya kebiasaan marah. Mereka membakar bendera kebanggaan, mereka membangunkan raksasa tidur. Hanya masalah waktu mereka kaum bodoh itu akan dilumat sistim.

Nasib mereka sedang di ujung tanduk. Rasa marah dan benci kepada Presiden yang sah telah menggiring mereka masuk jebakan yang dibuatnya sendiri. 

Membenturkan diri dengan tembok perkasa PDIP, sungguh itu perbuatan bodoh.

Bukan hanya pembakar bendera dan korlap, donaturnyapun, jangankan tidur lelap, hanya pingin kencing saja, dia harus mulai tengok kanan, tengok kiri. Jam tayangnya sudah "diset" dengan waktu berbatas. 
.
Rahayu
(Karto Bugel)

SOEHARTO DALANG G-30S/PKI


Oleh : Ahmad Yanuana Samantho 

Kesaksian mantan Menteri Pengairan Dasar zaman Orde Lama HARYA SUDIRJA bahwa Bung Karno menginginkan Menpangad Letjen. Achmad Yani menjadi Presiden kedua bila kesehatan Proklamator itu menurun, ternyata sudah lebih dahulu diketahui isteri dan putra-putri pahlawan revolusi tersebut.

“Bapak sendiri sudah cerita kepada kami (isteri dan putra-putri Yani) bahwa dia bakal menjadi Presiden. Waktu itu Bapak berpesan, jangan dulu bilang sama orang lain”, ujar putra-putri Achmad Yani : Rully Yani, Elina Yani,Yuni Yani dan Edi Yani – Sebelumnya diberitakan dalam acara diskusi “Jakarta – Forum Live, Peristiwa G-30S/PKI, Upaya Mencari Kebenaran” terungkap kesaksian baru, yaitu beberapa hari sebelum peristiwa kelam dalam sejarah republik ini meletus, Bung Karno pernah meminta Menpangad Letjen Achmad Yani menggantikan dirinya menjadi presiden bila kesehatan proklamator itu menurun.

Kesaksian tersebut disampaikan salah satu peserta diskusi: Harya Sudirja. Menurut mantan Menteri Pengairan Dasar zaman Orde Lama ini, hal itu disampaikan oleh Letjen Achmad Yani secara pribadi pada dirinya dalam perjalanan menuju Istana Bogor tanggal 11 September 1965. Putra-putri Achmad Yani kemudian menjelaskan, kabar baik itu sudah diketahui pihak keluarga 2 (dua) bulan sebelum meletusnya peristiwa berdarah G-30S/PKI. “Waktu itu ketika pulang dari rapat dengan Bung Karno beserta para petinggi negara, Bapak cerita sama ibu bahwa kelak bakal jadi presiden”, kenang Yuni Yani, putri keenam Achmad Yani. “Setelah cerita sama ibu, esok harinya sepulang main golf, Bapak juga menceritakan itu kepada kami putra-putrinya. Sambil tertawa, kami bertanya, “Benar nih Pak?” Jawab Bapak ketika itu, “Ya”, ucapnya. Menurut Yuni, berita baik itu juga mereka dengar dari ajudan Bapak yang mengatakan Bapak bakal jadi presiden. Makanya ajudan menyarankan supaya siap-siap pindah ke Istana.

Sedangkan menurut Elina Yani (putri keempat), saat kakaknya Amelia Yani menyusun buku tentang Bapak, mereka menemui Letjen Sarwo Edhie Wibowo sebagai salah satu nara sumber. “Waktu itu, Pak Sarwo cerita bahwa Bapak dulu diminta Bung Karno menjadi presiden bila kesehatan Proklamator itu tidak juga membaik. Permintaan itu disampaikan Bung Karno dalam rapat petinggi negara. Di situ antara lain, ada Soebandrio, Chaerul Saleh dan AH Nasution”, katanya. “Bung Karno bilang, Yani kalau kesehatan saya belum membaik kamu yang jadi Presiden”, kata Sarwo Edhie seperti ditirukan Elina.

Pada prinsipnya, tambah Yuni pihak keluarga senang mendengar berita Bapak bakal jadi Presiden. Namun ibunya (Alm.Nyonya Yayuk Ruliah A.Yani) usai makan malam membuat ramalan bahwa kalau Bapak tidak jadi presiden, bisa dibunuh. “Ternyata ramalan ibu benar. Belum sempat menjadi presiden menggantikan Bung Karno, Bapak dibunuh secara kejam dengan disaksikan adik-adik kami. Untung dan Eddy. “Kalau Bapakmu tidak jadi presiden, ya nangendi (bahasa Jawa artinya : kemana) bisa dibunuh”, kata Nyonya Yani seperti ditirukanYuni. Lalu siapa pembunuhnya ?

Menurut Yuni, Ibu dulu mencurigai dalang pembunuhan ayahnya adalah petinggi militer yang membenci Achmad Yani. Dan yang dicurigai adalah Soeharto. Mengapa Soeharto membenci A.Yani ? Yuni mengatakan, sewaktu Soeharto menjual pentil dan ban yang menangkap adalah Bapaknya. “Bapak memang tidak suka militer berdagang. Tindakan Bapak ini tentunya menyinggung perasaan Soeharto”.
“Selain itu, usia Bapak juga lebih muda, sedangkan jabatannya lebih tinggi dari Soeharto”, katanya. Sedangkan Rully Yani (putri sulung) yakin pembunuh Bapaknya adalah prajurit yang disuruh oleh atasannya. "Siapa orangnya, ini yang perlu dicari”, katanya. Mungkin juga, lanjutnya, orang-orang yang tidak suka terhadap sikap Bapak yang menentang upaya mempersenjatai buruh, nelayan dan petani. “Bapak dulu kan tidak suka rakyat dipersenjatai.

Yang bisa dipersenjatai adalah militer saja”, katanya. Menurut dia, penjelasan mantan tahanan politik G-30S/PKI Abdul Latief bahwa Soeharto dalang G-30S/PKI sudah bisa menjadi dasar untuk melakukan penelitian oleh pihak yang berwajib. “Ini penting demi lurusnya sejarah. Dan kamipun merasa puas kalau sudah tahu dalang pembunuhan ayah kami”, katanya.

Dia berharap, kepada semua pelaku sejarah yang masih hidup bersaksilah supaya masalah itu bisa selesai dengan cepat dan tidak menjadi tanda tanya besar bagi generasi muda bangsa ini. Kesaksian istri dan putra-putri A.Yani bahwa Bapaknyalah yang ditunjuk Bung Karno untuk jadi Presiden kedua menggantikan dirinya, dibenarkan oleh mantan Asisten Bidang Operasi KOTI (Komando Operasi Tertinggi), Marsekal Madya (Purn) Sri Mulyono Herlambang dan ajudan A.Yani, Kolonel (Purn) Subardi.

Apa yang diucapkan putra-putri Jenderal A.Yani itu benar. Dikalangan petinggi militer informasi tersebut sudah santer dibicarakan. Apalagi hubungan Bung Karno dan A.Yani sangat dekat, ujar Herlambang. Baik Herlambang maupun Subardi menyebutkan, walaupun tidak terdengar langsung pernyataan Bung Karno bahwa dia memilih A.Yani sebagai Presiden kedua jika ia sakit, namun keduanya percaya akan berita itu.

“Hubungan Bung Karno dengan A.Yani akrab dan Yani memang terkenal cerdas, hingga wajar jika kemudian ditunjuk presiden”, kata Herlambang. “Hubungan saya dengan A.Yani sangat dekat, hingga saya tahu betapa dekatnya hubungan Bung Karno dengan A.Yani”, ujar Herlambang yang saat ini sedang menyusun buku putih peristiwa G-30S/PKI. Menyinggung tentang kecurigaan Yayuk Ruliah A.Yani (istri A.Yani), bahwa dalang pembunuhsuaminya adalah Soeharto, Herlambang mengatakan bisa jadi seperti itu. Pasalnya 2 (dua) bulan sebelum peristiwa berdarah PKI, Bung Karno sudah menunjuk A.Yani sebagai penggantinya.

Tentu saja hal ini membuat iri orang yang berambisi jadi presiden. Waktu itu peran CIA memang dicurigai ada, apalagi AS tidak menyukai Bung Karno karena terlalu vokal. Sedangkan Yani merupakan orang dekat Bung Karno. Ditambahkan Herlambang, hubungan A.Yani dengan Soeharto saat itu kurang harmonis. Soeharto memang benci pada A.Yani. Ini gara-gara Yani menangkap Soeharto dalam kasus penjualan pentil dan ban. Selain itu Soeharto juga merasa iri karena usia Yani lebih muda, sementara jabatannya lebih tinggi.

Terlebih saat A.Yani menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), Bung Karno meningkatkan status KASAD menjadi Panglima Angkatan Darat. “Dan waktu itu A.Yani bisa melakukan apa saja atas petunjuk Panglima Tertinggi Soekarno, tentu saja hal ini membuat Soeharto iri pada A.Yani. Dijelaskan juga, sebenarnya mantan presiden Orde Baru itu tidak hanya membenci A.Yani, tapi semua Jenderal Pahlawan Revolusi. D.I.Panjaitan dibenci Soeharto gara-gara persoalan pengadaan barang dan juga berkaitan dengan penjualan pentil dan ban. Sedangkan kebenciannya terhadap MT. Haryono berkaitan dengan hasil sekolah di SESKOAD. Disitu Soeharto ingin dijagokan tapi MT.Haryono tidak setuju. Terhadap Sutoyo, gara-gara ia sebagai Oditur dipersiapkan untuk mengadili Soeharto dalam kasus penjualan pentil dan ban itu.

Menurut Subardi, ketahuan sekali dari raut wajah Soeharto kalau dia tidak menyukai A.Yani. Secara tidak langsung istri A.Yani mencurigai Soeharto. Dicontohkan, sebuah film Amerika yang ceritanya AD disuatu negara yang begitu dipercaya pemerintah, ternyata sebagai dalang kudeta terhadap pemerintahan itu. Caranya dengan meminjam tangan orang lain dan akhirnya pimpinan AD itulah yang menjadi presiden. “Peristiwa G-30S/PKI hampir sama dengan cerita film itu”, kata Nyonya Yani seperti ditirukan Subardi.

Catatan penulis:

Saya ambil artikel ini dari berbagai sumber dan milis-milis dengan harapan klarifikasi dari para pembaca yang budiman. Sampai saat ini masih menggelayut pertanyaan di setiap kepala rakyat Indonesia tentang bagaimana fakta yang sebenarnya dari peristiwa kelam ini. Masih ada tokoh tokoh dan narasumber dari kisah kelam sejarah masa lalu ini yang masih hidup.

Disinilah perlunya penuntasan 100% dan jawaban yang adil dan penyelidikan yang transparan bagi masalah yang menyangkut peristiwa G30S. Masih diperlukan penyelidikan lanjutan yang independen untuk menyingkap fakta-fakta seputar sejarah kelam ini.

Dalam pembelaannya, Kol. Latief menyatakan, bahwa tidak ada maksud untuk membunuh para jendral, tetapi hanya ingin menghadapkannya kepada Presiden Sukarno untuk mengklarifikasi tentang adanya berita tentang rencana kudeta oleh Dewan Jendral yang akan dilakukan pada tgl 5.Oktober 1965.

Belakangan terungkap, bahwa yang menyuruh agar membunuh para jendral ternyata Komandan pasukan yang bernama Doel Arif.

Lettu. Doel Arif adalah tokoh yang bertanggung jawab dalam menangkap jenderal jenderal Angkatan Darat yang diduga akan membentuk Dewan Jenderal dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Sebagai komandan Pasukan Pasopati yang menjadi operator G30S, ia adalah tokoh kunci. Ia bertanggung jawab terhadap operasi penculikan jenderal-jenderal pimpinan AD.

Belakangan terungkap, bahwa Doel Arif adalah seorang kepercayaan, malah dibilang anak kesayangan Ali Murtopo. Dan Ali Murtopo bersama Yoga Sugama adalah dua tokoh utama yang bersama Suharto sebagai Trio (Suharto-Ali Murtopo-Yoga Sugama) yang berperan menentukan dalam setiap langkah Suharto dalam melancarkan kudeta merangkak, dengan dukungan Blok Barat dibawah pimpinan CIA /AS menggulingkanpemerintahan Presiden Sukarno.

Nasib Lettu. Doel Arief, yang ditangani langsung oleh Ali Moertopo, hilang bak ditelan bumi, sampai sekarang tidak ada yang tahu.

Kenapa Suharto pantas diduga sebagai dalang dibalik G30S ?

Pada tanggal 21 September 1965, Kapten Soekarbi mengaku menerima radiogram dari Soeharto yang isinya perintah agar Yon 530 dipersiapkan dalam rangka HUT ABRI ke- 20 pada tanggal 5 Oktober 1965 di Jakarta dengan perlengkapan tempur garis pertama.

Setelah persiapan, pasukan diberangkatkan dalam tiga gelombang, yaitu tanggal 25,26,dan 27 September.

Pada tanggal 28 September pasukan diakomodasikan di kebun Jeruk bersama dengan Yon 454 dan Yon 328. Tanggal 30 September seluruh pasukan melakukan latihan upacara. Pukul tujuh malam semua Dan Ton dikumpulkan untuk mendapatkan briefing dari Dan Yon 530, Mayor Bambang Soepono. Dalam briefing tersebut disebutkan bahwa Ibu kota Jakarta dalam keadaan gawat. Ada kelompok Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan RI yang sah. Briefing berakhir pada pukul 00.00. Pukul dua pagi tanggal 1 Oktober, Kapten Soekarbi memimpin sisa Yon 530 menuju Monas. Di kompleks Monas mereka berkedudukan di depan istana. Pada saat itu, karena kedudukan mereka dekat Makostrad, pasukan pun sering keluar masuk Makostrad untuk ke kamar kecil. Karena tidak ada teguran dari Kostrad, berarti Kostrad tahu bahwa mereka ada di sana.

Pukul setengah delapan Kapten Soekarbi melapor pada Soeharto tentang keadaan ibu kota yang gawat serta adanya isu Dewan Jenderal. Namun Soeharto menyangkal berita tersebut.

Kapten Soekarbi sendiri mengaku tidak mengetahui terjadinya penculikan para Jenderal. Ia tetap merasa aman karena Pangkostrad Soeharto telah menjamin keadaan tersebut. Namun ia berpendapat bahwa Soeharto pasti lah tahu tragedi penculikan para Jenderal tersebut. Karena pada tanggal 25 September Kolonel Latief telah memberikanmasukan tentang keadaan yang cukup genting tersebut kepada Soeharto. Jadi sebenarnya mustahil apabila Soeharto tidak mengetahui tragedi tersebut.

Yang patut dipertanyakan lagi adalah mengapa Soeharto tidak melakukan pencegahan terjadinya tragedi tersebut. Kebiasaan dalam militer, apabila ada gerakan yang disinyalir akan membunuh atasan akan langsung dicegah. Namun kenyataanya Soeharto tidak sedikit pun mengambil sikap. Padahal apabila ditelusur ia sangat mampu mencegah kejadian tersebut. Pada saat itu, mereka sedang mempersiapkan HUT ABRI. Kostradlah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan acara tersebut. Jadi semua pasukan di Jakarta berada di bawah kendali Kostrad. Seharusnya Soeharto bisa memerintahkan pasukan untuk mencegahnya.

Dalam cerita versi Soeharto dan Orde Baru disebutkan terdapat pasukan liar di sekitar Monas. Kesaksian Kapten Soekarbi juga mematahkan pernyataan tersebut. Soeharto sendiri yang mengirimkan radiogram pada Kapten Soekarbi untuk mendatangkan pasukannya ke Jakarta. Tentunya ia mengenali pasukan siapa yang berada di Monas kala itu. Kostrad pun mengetahui kehadiran Yon 530. Namun pada kenyataannya Soeharto membiarkan pernyataan yang mengatakan bahwa terdapat pasukan liar pada saat itu.

***

Kejanggalan lain tampak dalam beberapa pengakuan Soeharto adalah pengakuan dan perkiraannya tentang kedatangan Kolonel Latief saat menjengu anaknya, Tomy Soeharto di Rumah Sakit Gatot Subroto. Dalam versinya ia hanya mengaku hanya melihat Kolonel Latief di zaal dimana anaknya dirawat. Namun kejadian yang sebenarnya adalah mereka sempat berbincang-bincang. Pada saat itu Kolonel Latief melaporkan bahwa besok pagi akan ada tujuh jenderal yang akan dihadapkan pada presiden. Namun pada saat itu Soeharto tidak bereaksi. Ia hanya menanyakan siapa yang akan menjadi pemimpinnya. Tapi dari hasil wawancara Soeharto dengan seorang wartawan Amerika, ia mengatakan”…….Kini menjadi jelas bagi saya, bahwa Latief ke rumah sakit malam itu bukan untuk menengok anak saya, melainkan sebenarnya untuk mengecek saya. Rupanya ia hendak membuktikan kebenaran berita , sekitar sakitnya anak saya, ……”.

Sedangkan dalam majalah Der Spiegel (Jerman Barat) Soeharto berkata.”Kira-kira jam 11 malam itu, Kolonel Latief dan komplotannya datang ke Rumah Sakit untuk membunuh saya, tetapi tampaknya ia tidak melaksanakan berhubung kekhawatirannya melakukan di tempat umum.” Dengan demikian ada tiga versi yang dikeluarkan oleh Soeharto sendiri tentang pertemuannya dengan Kolonel Latief. Hal ini sangat lah memancing kecurigaan bahwa Soeharti hanyalah mencari alibi untuk menghindari tanggung jawabnya.

***

Penyajian adegan penyiksaan ke enam jenderal dalam film G/30/S/PKI ternyata juga dapat digolongkan sebagai salah satu kejanggalan cerita versi Soeharto. Serka Bungkus adalah anggota Resimen Cakrabirawa. Pada saat itu ia mendapat tugas ”menjemput” M.T Haryono. Ia turut menyaksikan pula penembakan keenam Jenderal di Lubang Buaya. Ia menyatakan bahwa proses pembunuhan keenam Jenderal tidak melalui proses penyiksaan seperti pada film G/30/S/PKI. Satu per satu Jenderal dibawa kemudian duduk di pinggir lubang setelah itu ditembak dan akhirnya masuk ke dalam Lubang. Serka Bungkus mengetahui adanya visum dari dokter yang menyatakan tidak ada tindak penganiayaan. Namun sepengetahuannya Soeharto melarang mengumumkan hal itu.

Selain itu salah satu dokter yang melakukan visum, Prof. Dr. Arif Budianto juga menyatakan bahwa tidak ada pelecehan seksual dan pencongkelan mata seperti yang ditayangkan dalam film. Memang pada saat dilakukan visum ada mayat dengan kondisi bola matanya ’copot’. Tapi hal itu terjadi karena sudah lebih dari tiga hari terendam bukan karena dicongkel paksa. Karena di sekitar tulang mata pun tidak adabagian yang tergores.

Tentu kita tidak dapat menduga-duga apa tujuan dan motif Soeharto menyembunyikan hasil visum. Dalam hal ini ia terkesan ingin memperparah citra PKI agar dugaan bahwa PKI lah yang ada di belakang tragedi ini semakin kuat. Kebencian masyarakat pada PKI pun akan memuncak dengan melihatnya.

***
Satu hal yang paling menjadi kontroversi dari tragedi tersebut adalah banyaknya orang-orang yang dituduh mendukung PKI dan pada akhirnya dijebloskan ke penjara. Antara lain adalah Kolonel Latief, Letkol Heru Atmodjo, Kapten Soekarbi, Laksda Omar Dani, Mayjen Mursyid, dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari mereka ditahan tanpa melalui proses peradilan. Orang- orang tersebut kebanyakan mengetahui bagaimana sebenarnya hal itu terjadi. Seperti contohnya Kapten Soekarbi. Ia ditahan setelah membuat laporan tentang kejadian yang ia alami pada tanggal 30 September dan 1 Oktober 1965. Penahanan tanpa proses peradilan ini dapat disinyalir sebagaisebuah upaya yang dilakukan Soeharto agar saksi-saksi kunci tidak dapat menceritakan kejadian yang sesungguhnya pada khalayak. Ketakutan yang dialami Soeharto ini tentunya justru semakin memperkuat anggapan bahwa dialah dalang di balik peristiwa G/30/S/PKI.

https://ahmadsamantho.wordpress.com/2015/08/31/bukti-terbaru-g30spki-soeharto-dalang-pembunuhan-ahmad-yani/.

Kamis, 25 Juni 2020

TOMMY PRIHATIN


"Tommy Soeharto mengatakan 20 tahun reformasi bukan kemajuan tetapi keprihatinan."

Kali ini Tommy benar sekali bahwa tidak ada kemajuan, bahwa isu yang dijual dari waktu ke waktu tidak jauh dari persoalan PKI yang tak pernah bisa dibuktikan sejak mulai dilempar pada kampanye Pilpres 2014 silam.

Juga benar-benar memprihatinkan bahwa masih banyak anak-anak bangsa yang begitu mudah percaya dengan isu basi yang justru menciptakan polarisasi atau perpecahan menjadi kelompok yang mendukung Presiden Jokowi dengan yang menentangnya.

Tommy mungkin pura-pura lupa bila di masa orde baru tidak ada pembangunan yang menonjol di luar Pulau Jawa, apalagi di Papua. Bahkan kantor perbatasan antar negara saja keadaannya sungguh memprihatinkan, hingga di era Presiden Jokowi-lah kemudian dibangun dengan begitu megahnya.

Iya.. memang tidak ada kemajuan, karena saat ini sedikit-sedikit demo yang dilakukan oleh kelompok yang itu-itu saja. Bahkan saat PSBB pun tetap demo, dan mengabaikan pandemi Covid-19. Lalu kapan pun waktunya, dimana pun tempatnya, dan apa pun temanya, ujung-ujungnya selalu teriak turunkan Jokowi. Namun ketika ditanya siapa yang bisa menggantikan dengan kualitas yang lebih baik dari Jokowi, semuanya membisu.

Iya.. memang memprihatinkan karena banyak anak-anak kecil yang tidak tahu apa-apa harus dilibatkan demo, bahkan hingga banyak yang bingung dan kelaparan. Sementara kami lupa KPAI kantornya berada dimana. Bayangkan seperti apa gelisahnya para orang tua mereka. Sementara para elite hanya tertawa menonton lewat televisi sambil mengisap cerutu dan secangkir kopi luwak yang mahal harganya.

Akhirnya kami semua bukan saja sadar bila masa orde baru itu tak boleh lahir kembali dalam versi apa pun, tapi kami pun makin prihatin bila masih banyak orang Indonesia yang belum ada kemajuan karena belum melek politik. Orang yang jujur dan ingin memajukan bangsa dan negaranya harus dimusuhi, sedangkan yang belum terbukti justru dipuja puji. Ini sungguh-sungguh memprihatinkan..

Iya.. bukan kemajuan.. tapi keprihatinan..

Salam prihatin untuk masa silam..
Wahyu Sutono 🇮🇩

Selasa, 23 Juni 2020

MUI dan Jejak Pateer Beek

 (Menyambut Harlah MUI ke 45 tanggal 26-Juni-2020)

Pasca jatuhnya Soekarno sebetulnya ada rencana Pemilu di laksanakan tahun 1968 akan tetapi karena Soekarno masih hidup ada kekuatiran Soekarno akan kembali ke gelanggang politik melalui proses demokrasi yakni Pemilu. Akhirnya 1971 setelah Soekarno meninggal di adakanlah Pemilu kedua dalam perjalanan Indonesia  dan yang pertama era Orde Baru.

Romo Pateer Beek di sebut2 sebagai sosok "godfather" dari pembentukan Golkar melalu karyanya CSIS dan Sekber Golkar -- yang kemudian jadi Golkar. 

Dengan hubungan eratnya dengan Tentara saat membasmi PKI & menurunkan Soekarno lewat kader-kader Kasebul jelang Pemilu 1971 kader2 kasebul ini kembali bekerja keras. Kader2 itu mengisi Golkar dari tingkat daerah sampai pusat, Bapilu (Badan Pemenangan Pemilu ) Golkar yang berhasil "membuldozer" partai2 tinggalan orde lama.

Walaupun sudah melalui intervensi Pemerintah & Tentara saat itu ternyata Golkar merasa sedikit mengalami hambatan bisa di lihat dari komposisi perolehan suara pemilu 1971 : Golkar (meraih 62,8), Urutan kedua NU (18,67%), Parmusi (7,265%),PNI(6,94%), Perti (2,39%) dan PSII (0,70%).

Hasil ini kurang memuaskan Orba sehingga kemudian melalui opsus Ali Moertopo menyederhanakan Partai (fusi) menjadi 3 Partai , Golkar, PPP & PDI.  Alasan Rezim orba ini untuk memperkecil konflik di tengah masyarakat, terutama di bidang politik. Tetapi sudah umum dan di ketahui oleh khalayak fusi itu adalah bagian dari strategi Rezim Orba yang di operatori kader2 Pater Beek untuk melemahkan ideologi - termasuk yang berbau Agama - dalam partai Politik.
Sisa partai era orde lama yang masih di perhitungkan kekuatanya adalah NU yang walaupun dalam tekanan moncong senapan kader2 NU tetap patuh Samina wa'athona dengan fatwa ulama -- tradisi Lajnah Bahtsul Masail  ternyata sangat merepotkan rezim Orba.

Hingga akhirnya jelang Pemilu 1977 pada  tanggal 28 Juni 1975 Majelis Ulama Indonesia (MUI) di bentuk sebagai wadah "menkoordinasikan dan Mengontrol" gerak organisasi-organisasi Islamyang ada. Tanggal 27 Juli 1975 pengurusnya di lanti oleh menteri Agama dan Buya Hamka lawn politik Soekarno jadi ketua MUI yang pertama.

MUI sebetulnya adalah usulan dewan Masjid yang di terima oleh Pemerintah tapi dengan syarat yaitu syarat adanya 4 wakil dari ABRI yang mewakili Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara & Kepolisian. Dengan masuknya NU dalam MUI praktis  Bahtsul Masail yg jadi tradisi jadi terkontrol & sedikit banyak berkurang pengaruhnya.
Namun kemudian ada pertentangan sengit antara MUI era Buya Hamka  dengan Pemerintah yakni ketika Pemerintah melalui Menteri Agama Jenderal Alamsyah mendesak MUI untuk mencabut fatwa haram mengucapakan & merayakan Natalan bersama.

Setelah Buya Hamka(Tokoh Muhammadiyah)  mengundurkan diri pada 1981 jabatan Ketua Umum MUI di gantikan wakil dari NU yakni KH. M. Syukri Ghazali beliau Kyai NU kelahiran 1906 ini terkenal dengan keramahan & keluasan Ilmunya , memimpin MUI cuma 3 tahun karena 1984 beliau meninggal.
Dan  ketua MUI yang ketiga  pengganti Kyai Syukri di gantikan oleh KH Hasan Basri, Ulama Muhammadiyah kelahiran Muara Taweh, Barito Utara Kalimantan Tengah -- beliau mantan politisi yang da'i yang pernah aktif di Masyumi , aktif di pendidikan Al Azhar. Ia Penggagas Bank Syariah. Beliu usul mendirikan  Bank Syariah yang kemudian direspon 1991 saat awal2 ICMI berdiri  gagasan beliau di tanggapi pemerintah dan Agustus 1991 usalan mendirikan Bank Tanpa Riba di penuhi oleh pak Harto yang setuju  didirikanya Bank Muamalat Indonesia (BMI) sejak itu MUI melalui BMI mendapatkan gelontoran dana dari pemerintah melalui Menteri Keuangan.

KH Hasan Basri kader Pater beek

Pater beek adalah sosok penting dari Asrama Realino Jogja & gerakan Kasebul dari sanalah lahir kader2 penting yang menciptakan bkue-print sistem politik dan ekonomi Orde baru dari sana lahir orang2 penting di belakang layar Orba ada nama2 seperti Harry Tjan silalahi, Cosmas Batubara, Sofyan Wanandi, Gerald Thung, Sudjati & Sudrajat Djiwandono, Frans Seda, Ig Kaiseppo dan ribuan kader2 lainya termasuk dari kalangan Islam yang bersinar antara lain tokoh pemikir NU Ahmad Wahib yang mati muda ( meninggal karena tabrak lari) dan mubalig Muhammadiyah Hasan Basri yang kemudian jadi ketua MUI dari 1985 sampai Tahun 2000 (tapi beliau meninggal tahun1998). Mereka adalah produk2 dari pengkaderan  Pater Josephus "joop" Gerardus Beek SJ ( termasuk banyak pula kader2nya yang jadi orang penting di ketentaraan)

Senin, 22 Juni 2020

KERJA GEMILANG DALAM SUNYI

"Dua Tambang Raksasa Telah Kembali"

Tanpa pemberitaan sebelumnya, pemerintah berhasil mengambil 20% saham tambang nikel raksasa Brazil, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melalui holding BUMN Pertambangan Mining Industry Indonesia (MIND ID). Luar biasa.. ini jadi kado manis untuk Presiden Jokowi, dan warisan hebat untuk bangsa Indonesia..

Dari divestasi 20% saham ini, VCL melepas sahamnya sebesar 14,9% dan SMM sebesar 5.1% seharga Rp 2.780 per saham atau senilai total Rp 5,52 triliun. Transaksi penjualan ini ditargetkan akan selesai pada akhir 2020. 

Setelah selesainya transaksi, kepemilikan saham di Vale Indonesia akan berubah menjadi VCL 44,3%, MIND ID 20%, SMM 15%, dan publik 20.7%. Divestasi 20% saham Vale Indonesia merupakan kewajiban dari amandemen Kontrak Karya (KK) di tahun 2014 antara Vale Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia.

Melalui kepemilikan 20% saham di Vale Indonesia, dan 65% saham di PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), MIND ID akan memiliki akses terhadap salah satu cadangan dan sumberdaya nikel terbesar dan terbaik dunia.

Akuisisi Vale ini berjarak tidak sampai dua tahun setelah divestasi Freeport sebesar 51,2%, dengan dana yang dikeluarkan senilai US$ 3,85 miliar, dan sudah lunas.

"INDONESIA RAJA NIKEL DUNIA"

Salam NKRI Gemilang 🇮🇩🇮🇩
.
.
.
Wahyu Sutono

Minggu, 21 Juni 2020

PENDANGKALAN AGAMA DAN BUDAYA -


Bangsa Indonesia sedang mengalami gegar budaya (culture shock) dan pendangkalan agama. Budaya Arab puritan diadopsi sebagai aksesori agama dan mengubahnya menjadi "budaya kita".

Budaya baru yang dangkal!

Di Indonesia saat ini, orang orang yang merasa beragama - dengan baju agamanya - tak ragu menindas orang lain, berperilaku bengis represif, enteng mengkafir-kafirkan orang. Meminggirkan kaum minoritas, sesama bangsa Indonesia. Merusak keragaman dan kesatuan.

Di Indonesia saat ini, dakwah dakwah keagamaan lebih banyak membahas omong kosong yang tidak terkait dengan masalah pokok bangsa ini, yaitu korupsi, kolusi, nepotisme dan intoleransi. Juga radikalisme. Bahkan ikut menyuburkannya!

Setiap tahun jumlah rumah ibadah bertambah dan warga yang berangkat ke tanah suci terus bertambah, naik peminatnya. Mereka yang bergelar haji juga bertambah. Tapi indeks korupsi dan kolusi tidak menurun karenanya. Gak ngaruh! Bangsa Indonesia belum benar benar menjadi bangsa yang soleh - melainkan baru sekadar "kelihatan soleh"

Beragama menjadi satu hal. Dan mempraktikan nilai agama menjadi hal lain. Mengaji, ya, dan pergi haji, ya. Korupsi dan kolusi juga, ya. Pakai hijab iya, menyebar hoax, iya juga.

Dakwah dakwah keagamaan di Indonesia saat ini tidak relevan dengan kehidupan sehari hari dan rujukan praktis kemasyarakatan yang berlaku, tapi hanya mengurus yang remeh temeh dan tidak substansif - tak jauh dari urusan poligami dan kelamin - membawa kita kembali ke peradaban rendah masa lalu. Mundur berabad abad!

Ibadah ibadah agama menjadi kegiatan mekanis dan pertunjukan panggung hiburan yang dangkal. Bukan penghayatan spiritual!

Mengutip ucapan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, "agama sudah seperti infotainment".

Acara acara agama jadi tempat bergosip. Bergunjing. Saling mengungkapkan kebenaran sendiri atau kelompok, untuk hiburan dan jadi tangga popularitas pengisi acaranya, dengan menyebarkan brand masing masing artisnya.

Pada akhirnya kita layak bertanya: untuk apa agama hadir dalam kehidupan? Khususnya kita sebagai bangsa Indonesia.

Dalam memandang sudut keIndonesiaan apa keuntungan kita berpenampilan keArab araban?!

Bangsa kita dapat apa dengan meniru niru budaya Arab?! Pakai gamis, hijab dan niqab? Jenggotan. Menghitamkan jidat?! Dapat apa?!

Apa Tuhan hanya menerima kita dan memasukkan ke surga kalau kita meniru niru Arab dan menjadi ke Arab Araban?!

Sengaja dalam hal ini saya tekankan Indonesia dan keIndonesiaan!
Dimana kita lahir dan tumbuh. Tumpah darah kita. Karena kita budaya besar - Budaya Nusantara!


Di Indonesia, saat ini - hal yang paling meresahkan dari maraknya pendangkalan agama saat ini adalah usaha intensif menghapus tradisi dan budaya lokal, warisan leluhur yang merusak keIndonesiaan!

Untuk apa Tuhan melahirkan kita sebagai makhluk sawo matang di bumi Nusantara? Tanah air kita?

Tradisi dan budaya adalah ciri khas suatu masyakat sekaligus pembeda dari kelompok lainnya. Tradisi dan budaya juga merupakan ekspresi artistik dari masyarakat dimana budaya itu hidup.

Tradisi dan budaya tidak sekedar hasil kreatifitas manusia tetapi sekaligus juga merupakan pembeda antara manusia dengan makhuk lain.

Manusia akan tetap menjadi manusia meski tidak beragama dan tidak menjalankan kegiatan agama - ketika masih berbudaya dan memiliki tradisi. Tapi ketika manusia sudah tidak berbudaya maka sebenarnya dia sudah tidak menjadi manusia lagi.

Sebagai makhluk, derajadnya akan tergadrasi - merosot menjadi seperti hewan atau malaikat.

Atas dasar ini maka setiap upaya penghancuran tradisi dan kebudayaan sebenarnya merupakan upaya merendahkan derajat kemanusiaan, sekalipun itu dilakukan atas nama agama.

Beragama tanpa kebudayaan akan menjadikan menusia menjadi seperti malaikat yang derajadnya juga berada di bawah manusia.

PEMAHAMAN agama yang instan, dangkal, sangat rawan terhadap penyimpangan. Sebab, agama saat ini juga telah menjadi komoditas dan kepentingan tertentu. Alat politik.

Dalam meraih kekuasaan, agama tidak dijadikan sumber nilai. Tapi alat pembenar dari ambisi pribadi dan kelompok.

Agama seharusnya mendorong setiap penganutnya menghayati nilai-nilai fitrah dan yang paling dalam. Akhlak mulia dan budi luhur.

Sehingga, agama menjadi salah satu pusat perilaku dan membuat bangsa menjadi bangsa yang religius sekaligus matang.

Dengan agama bangsa ini tidak menyimpang, tidak korup, dan menyalahgunakan kekuasaan. Masyarakat menjadi dewasa menjalani agama, tidak hedonis dan konsumtif.

MERUJUK pada kehidupan di hari ini di abad 21 ini saya ingatkan bahawa pertama tama kita ini adalah bangsa Indonesia.

Apa pun agama yang Anda anut adalah anda bagian adalah bangsa Indonesia. Agama Anda adalah susulannya.

Di abad ini kita menjadi bagian dari negara. Maka patuhlah pada negara. Peduli lah pada negara.

Warga yang tak beragama masih diurus negara. Sebaliknya meski Anda beragama kalau Anda tak punya negara Anda akan jadi sengsara.

Belajarlah pada nasib para pengungsi dan mereka yang keleleran karena tak punya negara.

Atau mereka yang sedang terlunta lunta di Arab sana karena rajin cari perkara dengan hukum hukum positif di negara kita . ****

Supriyanto Martosuwito