Merdeka.com - Sejumlah pemimpin Muslim Prancis pada Senin mengecam seruan boikot barang-barang buatan Prancis di negara-negara Muslim, menyebutnya tak dapat dibenarkan dan menuding mereka yang memimpin kampanye itu memanfaatkan Islam demi tujuan politis.
"Ada masanya ketika kita harus menunjukkan solidaritas dengan negara kami yang mengalami serangan yang tak dapat dibenarkan dalam beberapa pekan terakhir," jelas imam tiga masjid besar dan tiga asosiasi Muslim dalam sebuah pernyataan bersama, dikutip dari Alaarabiya, Selasa (3/11).
Hukum Prancis, kata mereka, memberikan ruang yang luas untuk kebebasan berekspresi dan memberikan warganya hak untuk "percaya atau tidak percaya".
Para imam Masjid Besar Paria, Lyon, dan pulau Perkumpulan Mediterania Prancis, bersama pemimpin tiga kelompok Muslim mengutuk terorisme dan "segala bentuk kekerasan atas nama agama".
Mereka juga mengungkapkan kemarahan atas adanya seruan pembunuhan oleh pemimpin asing, mengacu pada kicauan mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, yang mengklaim Muslim "berhak marah dan membunuh jutaan orang Prancis."
Pernyataan tersebut dilontarkan sebagai bentuk serangan terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang membela ditampilkannya kartun Nabi Muhammad setelah insiden pembunuhan seorang guru, Samuel Paty pertengahan bulan lalu.
Puluhan ribu orang turun ke jalan dalam unjuk rasa anti-Prancis di sejumlah negara pada Senin, termasuk Indonesia dan Bangladesh.
Unjuk rasa juga terjadi di Turki, Suriah, Mali, dan Jalur Gaza dan di sejumlah negara Teluk para pengusaha dan konsumen memboikot produk Prancis.
https://www.merdeka.com/dunia/tokoh-...n-politik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar