Minggu, 08 November 2020

Mengejar Dunia, bakal Tersesat?


Bagi saya dunia ini cuma satu ini. Kalau saya mati, jasad saya akan membusuk, lalu hancur. Saat saya mati, kesadaran dalam otak saya akan hilang, seperti komputer yang dimatikan. Tak ada lagi reaksi kimia dalam otak, sehingga otak tak lagi punya energi untuk menghasilkan kesadaran. Seperti orang-organ lain, otak pun akan hancur. 

Jadi, saya hanya hidup untuk sisa usia saya. Mungkin 20 tahun lagi, atau 10 tahun lagi. Atau mungkin besok saya mati. Tak ada hidup setelah itu.

Orang yang tidak percaya soal hidup setelah mati sering digambarkan sebagai orang yang mengejar dunia, memuaskan nafsu untuk hidup, lupa bahwa suatu saat dia akan mati. Saya tidak demikian. Saya justru sadar bahwa saya akan mati, dan waktu saya mungkin tak banyak lagi. Saya tidak pernah membayangkan akan hidup abadi, tidak pula saya mengingkannya.

Apakah saya memuaskan segenap nafsu? Tidak. Saya tidak menumpuk harta. Tidak mati-matian untuk mencari uang dan harta. Saya suka mendapatkan uang. Nah, poinnya di situ. Saya hanya akan mencari uang dengan cara-cara yang meyenangkan saya. Bukan dengan cara yang membuat saya tertekan. Saya pun tidak mencari banyak uang. Sekadar cukup untuk membiayai sisa hidup saya.

Soal makan, sekarang malah saya cenderung mengurangi makan. Makan yang enak-enak rasanya sudah saya nikmati semua. Sekarang makan hanya untuk menjaga keseimbangan metabolisme tubuh.

Bersenang-senang? Kesenangan saya yang paling utama adalah menyendiri, berpikir, lalu menulis. Memberi ceramah, berbagi pengetahuan dan pengalaman juga kesenangan. Melakukan perjalanan pun menyenangkan. Soal perjalanan ini, bagi saya menyenangkan belaka. Saya suka pergi ke kota-kota besar dunia. Tapi pergi ke hutan yang sepi pun menyenangkan saya. 

Jabatan dan kemasyhuran? Jabatan saya seadanya saja. Sekadar eksekutif tingkat bawah di sebuah perusahaan. Bukan top management, tapi juga bukan paling bawah. Tak ada keinginan keras saya untuk mengejar posisi paling tinggi. Saya hanya akan mengeluarkan segenap kemampuan saya, agar berguna bagi perusahaan dan karyawannya.

Ringkasnya, saya menikmati hidup saya dengan santai. Sampai semua ini berakhir, saat saya mati kelak. 

Tak percaya hidup setelah mati tidak serta merta membuat orang jadi hamba nafsunya. Itu dua hal yang sangat berbeda. Banyak kok orang yang percaya ada kehidupan setelah kematian, tapi sangat serakah dalam kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar