Minggu, 15 Oktober 2023

Asal-usul Surga dan Neraka dalam agama-agama Abrahamik (Yahudi, Kristen dan Islam).

Oleh: July Temon

Dari manakah konsep tentang surga & neraka dalam kepercayaan agama-agama Abrahamik  muncul? 
Apakah gagasan tentang akhirat itu tiba-tiba  ada, atau sudah ada sejak dari awalnya?   

Jika kita melihat dari sudut pandang sejarah. Ini jelas, kepercayaan atau tradisisi Kristen dan Islam berpangkal dari Judaisme. Sebab agama-agama besar itu lahir dari rahim kepercayaan Yahudi Kuno. 
 
Kepercayaan tentang surga-neraka dalam Judaisme itu sebenarnya tidak muncul begitu saja pada awalnya, melainkan baru dimunculkan pada abad ke-2 SM, lebih tepatnya pasca pemberontakan Makabe (Maccabean Revolt), mengapa bisa begitu? 

Bermula ketika Antiokhus IV dari Kerajaan Seleukia melakukan Hellenisasi terhadap seluruh negeri kekuasaanya, termasuk Judea. 
Pada 175 SM, Dia mendirikan Gymnasium di Jerussalem dan mengajari anak-anak di sana untuk memakai topi Yunani dan berlatih atletik. Dalam hal ini, Dia dibantu oleh seorang Yahudi penyokong Hellenisasi bernama Yason, dia  diangkat oleh Antiokhus IV sebagai Imam Besar Yahudi di Jerussalem.

Akibat dari kekuasaan yang aristokrasi tersebut keimanan orang-orang  Yahudi menjadi lemah karena dipengaruhi oleh budaya Yunani. Upaya Hellenisasi (upaya menjadikan Yahudi menjadi Yunani) ini mendapatkan reaksi keras dari kelompok Hasidim. Hasidim adalah kelompok Yahudi yang muncul pada pertengahan abad ke-2 SM  dan mereka menentang kebijakan helenisasi terhadap masyarakat Yahudi oleh penguasa asing.

Pada 170 SM, ketika  Antiokhus IV berperang melawan Ptolemaik, Dia merampas bejana-bejana dari Bait Allah dan menempatkan sebuah  patung Zeus di dalamnya. Ia menyepadankan YHWH (Elohim) dengan Zeus. 
Dia berupaya melenyapkan tradisi Yahudi, misalnya  menghentikan khitan (sunat), mencabut  aturan makanan yang halal dll.  
Orang-orang Yahudi tidak tinggal diam, mereka menyatakan pemberontakan kepada Antiokhus, sebab perilaku Antiokhus sudah sangat keterlaluan.  

Pada masa inilah ajaran tentang Imortalitas (kehidupanyang abadi) dipercaya secara luas oleh orang Yahudi bermula. Dulu, sebelum meletusnya pemberontakan Makabe, orang Yahudi belum mempercayai adanya imortalitas, mereka sebelumnya meyakini bahwa kesalehan terhadap YHWH hanya  mendapatkan imbalannya di bumi ini.
Namun akibat penganiayaan yang menimpa orang-orang saleh dari kalangan mereka yang dilakukan oleh Antiokhus, kemudian mereka menyakini yang bahwa keyakinan itu salah dan keliru.  Untuk memberikan legitimasi bahwa Tuhan itu adil, perlu ditamamkan sebuah kepercayaan baru yang bahwa ada imbalan dan hukuman yang setimpal kepada semua orang sesudah mati atau di akherat nanti. 

Ajaran ini tidak dapat diterima oleh seluruh orang Yahudi, terutama oleh kaum Saduki. Karena kaum Saduki kalah dalam jumlahnya daripada kaum Farisi yang mepercayai Imortalitas (kehidupan abadi), selanjutnya  kaum Farisi-lah yang akhirnya menang dan bertahan, dan mereka kemudian membentuk dasaŕ-dasar dari konsep Judaisme modern atau Yahudi yang kita kenal sekarang. 

Jika kita telusuri dalam kitab Taurat tulisan (Torah Sebiktav), kita tidak akan menjumpai adanya kehidupan yang abadi di akhirat, namun konsep akhirat dengan kehidupan yang abadi ini, ada dalam Taurat lisan (Torah Sebealfeh). 

Sementara itu orang-orang Saduki menolak kredibilitas Taurat lisan dan hanya menerima Taurat tulisan, oleh sebab itulah kaum Saduki menolak adanya kehidupan setelah mati. Berbeda halnya dengan kaum Farisi yg menerima Taurat lisan, makanya mereka percaya akan immortalitas atau kehidupan yang abadi di akherat nanti. 

Kaum Farisi dan Saduki saling berdebat perihal immortalitas, fakta ini memberikan sebuah indikasi bahwa konsep akhirat dalam Judaisme itu sendiri, masih simpang siur, dan mungkin ada benarnya jika konsep akhirat itu memang sengaja dibuat pasca pemberontak Makabe untuk memberikan dorongan moral bagi orang-orang Yahudi agar berani mati dalam membela tradisi Yahudi. 

Ketika kepercayaan Farisi akan imortalitas ini bersentuhan dengan Kristen, maka terciptalah konsep akhirat yang lebih konkrit dan mengerikan. Kitab-kitab kaum Farisi  yang tulis kemudian  berpengaruh besar, terutama dalam kaitannya dengan Mesianisme (Al-Masih), Sheol/Hadesh (alam kubur), Gehena (Jahanam), Jannah, dan Demonologi.   

Pemberontakan Makabe adalah perlawan yang dilakukan bangsa Yahudi, berlangsung dari tahun 167 sampai 160 SM, dipimpin oleh kaum Makabe melawan Kekaisaran Seleukia dan melawan pengaruh Helenistik dalam kehidupan Yahudi.   
@everyone

Sumber: 
Bertrand, Russel. (1945). Sejarah Filsafat Barat
https://en.wikipedia.org/wiki/Antiochus_IV_Epiphanes
https://en.wikipedia.org/wiki/Maccabean_Revolt
https://en.wikipedia.org/wiki/Ptolemaic_Kingdom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar