Oleh: Birgaldo Sinaga
Kamis pagi (29/10/20) sekitar pukul 08.30 waktu Prancis, seorang lelaki berusia 55 tahun, Vincent Loques berjalan membuka pintu Katedral Notre Dame.
Vincent seorang pelayan gereja yang sehari2 bertugas di sana. Ia orang baik yang sudah mengabdikan hidupnya selama 10 tahun untuk pelayanan gereja.
Di kepingan lain, Seorang pria Tunisia bernama Brahim Aouissaoui (21) tiba di Nice pada pukul 6.47 waktu setempat. Aouissaoui sempat berada di stasiun selama 26 menit untuk membalik mantel dan mengganti sepatunya.
Pada pukul 08.13, dia berangkat untuk berjalan kaki 400 meter ke Gereja Notre Dame, di alun-alun dengan deretan pepohonan tak jauh dari jalan raya di perbelanjaan utama Nice.
Pagi itu Vincent tidak punya firasat buruk apa2. Ia seperti biasa setiap pagi membuka pintu basilika. Sebentar lagi diadakan misa pertama sekitar pukul 10.30 waktu setempat.
Setelah membuka pintu, Vincent kembali masuk ke dalam katedral. Ia mempersiapkan segala keperluan ibadah misa.
Tidak berapa lama, seorang ibu tua dan seorang perempuan paruh baya masuk ke dalam gereja. Ia duduk di kursi. Bersimpuh dan berdoa. Hening. Tanpa suara.
Tetiba ada seorang pria muda asal Tunisia membawa tas masuk ke dalam gereja. Pria Tunisia bernama Brahim Aouissaoui itu melenggang tenang berjalan mendekati Vincent yang sedang mempersiapkan misa pertama.
Tetiba...tanpa ba bi bu..
Brahim Aouissaoui mengeluarkan sebilah pisau tajam sepanjang 30 cm.
Vincent tidak tahu bahaya sebentar lagi mengancamnya. Ia tetap tenang mengerjakan tugasnya.
Dan seketika...
Srettttt.....Tangan kekar Brahim itu menggorok leher Vincent disertai teriakan takbir.
Vincent terkulai. Ia roboh seketika. Darah muncrat deras dari batang tenggorokannya. Altar katedral bersimbah darah. Vincent tewas seketika.
Di barisan bangku, si ibu tua sedang berdoa. Ia mendengar suara jeritan dari altar. Si ibu tua yang sedang berdoa itu menjerit keras. Ia ketakutan. Ia terpaku tak tahu mau berbuat apa.
Brahim mengejar si ibu tua. Tanpa belas kasihan, si ibu tua itu juga diserang begitu brutal. Leher si ibu tua itu dipenggal dibarengi pekikkan takbir.
Si ibu tua itu roboh. Tubuhnya mengejang seperti ayam dipotong lehernya. Darah segar kembali membanjiri altar katedral.
Ada juga perempuan paruh baya yang sedang berada dalam gereja. Nama perempuan itu Simone Barreto Silva, asal Brazil. Ia sudah tinggal beberapa dekade di Prancis.
Saat melihat pembantaian itu, Simone menjerit ketakutan. Brahim semakin kesetanan. Pria Tunisia itu mengejar perempuan itu. Ia begitu ganas dan beringas.
Tanpa sedikitpun ada rasa iba, pria itu mengejar perempuan berusia 44 tahun itu. Perempuan itu memohon ampun agar jangan dibunuh. Tapi Brahim tidak mundur. Brahim lalu menusuk tubuh perempuan itu. Menikamnya berkali2.
Perempuan itu akhirnya roboh kehabisan darah saat berusaha lari dari dalam gereja. Ia tewas dekat cafe di seberang gereja. Sesaat sebelum tewas Simone berkata lirih “Tell my children I love them”.
Pelayan gereja Vincent Loques, Ibu Tua yang sedang bersimpuh berdoa dan Simone Baretto Silva seorang ibu tiga anak yang sedang memohon perlindungan Tuhan itu tewas di tangan seorang monster mengerikan.
Mereka tidak tahu apa yang terjadi. Mereka tidak tahu salahnya apa. Tanpa tahu dosanya apa. Tanpa diberikan kesempatan bertanya.
Mereka tewas dalam rumah Tuhan, rumah tempat kedamaian, ketenangan dan keheningan menyatu dalam senandung kidung Allah Yang Maha Baik dan Pengasih.
Darah mereka membanjiri altar maha kudus. Mirisnya darah mereka tercurah dengan pekikan takbir. Pekikan takbir yang sejatinya menyenandungkan sifat Ilahi yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Selamat jalan Vincent, Ibu tua dan Simone Baretto Silva.
Beristirahatlah dengan damai dan tenang di rumah Bapa di Surga.
RIP.
Birgaldo Sinaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar