Kakbah yang terletak di dalam kompleks Masjidil Haram, Mekkah.
Sumber
Mekkah jatuh ke tangan Rasulullah Muhammad SAW saat peristiwa Fathu Makkah(kembali ke Mekkah) pada tahun 630 M atau 8 H. Bisa dibilang ini momen penaklukkan yang minim korban jiwa sebab tidak terjadi peperangan, hanya amnesti massal dan eksekusi 10 orang. Selanjutnya Mekkah dikenal sebagai tanah haram yang menurut para ulama bermakna wilayah yang mengharamkan beberapa perilaku, seperti berburu, mengangkat senjata, mematahkan tumbuhan, dll.
Namun pada tanggal 20 November 1979, kelompok Ikhwan di bawah pimpinan Juhaiman bin Muhammad bin Saif al-Otaybi menduduki Masjidil Haram. Pemberontakan sipil bersenjata beranggotakan 400-500 orang ini menyerukan penggulingan Bani Saud penguasa Kerajaan Arab Saudi. Perampasan situs Tanah Suci ini kontan mengejutkan dunia Islam.
Latar Belakang
Juhaiman bin Muhammad bin Saif al-Otaybi.
Sumber
Juhaiman bin Muhammad bin Saif al-Otaybi adalah seorang mantan tentara Garda Nasional Arab Saudi yang berasal dari suku Ikhwan, salah satu entitas keluarga yang lumayan berpengaruh di Najd. Ikhwan dikenal sebagai pasukan Saudi pertama yang sebagian besar berasal dari suku nomaden tradisional. Mereka membentuk kekuatan militer yang memainkan peran penting bersama Bani Saud dalam menguasai Semenanjung Arab.
Hubungan keduanya retak saat Ikhwan yang berpaham konservatif radikal tak sejalan dengan Bani Saud yang dianggap lunak perihal agama. Apalagi saat itu modernisme Inggris mulai memengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat Arab. Perbedaan prinsip ini meruncing menjadi konflik serius. Ikhwan yang dipelopori kabilah Utaybah (Otaybi), Mutayr, dan Ajman mulai memberontak dan berujung Pertempuran Sabilla (1929).
Penunggang unta Ikhwan.
Sumber
Pertempuran tak seimbang antara penunggang unta vs kavaleri bersenjata modern ini mutlak dimenangkan oleh Bani Saud. Para pemimpin Ikhwan ditangkap dan disingkirkan, sedangkan sisa-sisa milisi diorganisir ulang menjadi unit tempur baru bernama Tentara Putih, cikal-bakal Garda Nasional Arab Saudi yang menjadi salah satu dari tiga cabang utama militer resmi Kerajaan Arab Saudi.
Menurut pandangan Bani Saud, kemenangan atas Ikhwan dianggap supremasi yang menegaskan kemampuan Bani Saud menaklukkan Semenanjung Arab. Sementara itu, Ikhwan menganggap Pertempuran Sabilla (1929) sebagai pembantaian, pengkhianatan, dan tanda takluknya Bani Saud terhadap pengaruh Barat (Inggris).
Ini pula yang menjadi latar belakang Juhaiman al-Otaybi membajak Masjidil Haram. Sebetulnya keluarga Juhaiman al-Otaybi dekat dengan Bani Saud. Kakeknya adalah kawan berkuda dari Abdulaziz bin Saud, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Arab Saudi. Anggota keluarganya juga banyak yang menjadi pejabat dan tokoh ulama. Ia sendiri pernah menjadi pengkhotbah dan kopral di Garda Nasional Arab Saudi.
Pada awalnya Juhaiman al-Otaybi bergabung ke dalam organisasi Salafi bernama Al-Jamaa Al-Salafiya Al-Muhtasiba. Kelompok ini memiliki banyak pengikut mahasiswa teologi Universitas Islam Madinah yang dipimpin oleh ulama terkenal Sheikh Abdul Aziz bin Baz. Namun dalam perjalanannya Juhaiman menjadi lebih radikal. Bahkan ia berbalik melawan gurunya Sheikh Abdul Aziz bin Baz dengan menyuruhnya kembali ke tradisi Islam asli dan murni tanpa pengaruh Barat, seperti peniadaan siaran televisi, radio, serta mengusir para non-Muslim. Ia juga menganggap Bani Saud telah kehilangan wibawa akibat korupsi dan perilaku bermegah-megahan ala Barat yang menurutnya bisa menghancurkan kebudayaan Arab.
Karena khotbah ekstremnya, Mabahith (polisi rahasia Arab Saudi) menjebloskan Juhaiman al-Otaybi ke penjara pada 1978. Di sana ia bertemu Muhammad al-Qahtani yang notabene saudara iparnya. Mereka berdua kompak masalah akidah. Muhammad al-Qahtani sendiri mengaku sebagai Imam Mahdi yang akan menuntun manusia pada Hari Penghakiman. Pengikutnya melakukan glorifikasi bahwa nama Muhammad serupa dengan Rasulullah Muhammad SAW dan kelak sama-sama datang ke Mekkah melalui sisi utara.
Pendudukan
Juhaiman al-Otaybi berkhotbah di depan Kakbah.
Sumber
Setelah bebas, mereka menyusun rencana menduduki Masjidil Haram. Tanggal penyerangan diputuskan 20 November 1979 yang dalam kalender Hijriah bertepatan dengan mujaddid, kepercayaan masyarakat Arab bahwa pada pergantian abad kalender Islam akan muncul seseorang untuk memurnikan Islam dari pengaruh-pengaruh asing dan bid'ah.
Juhaiman al-Otaybi dan Muhammad al-Qahtani mendapat banyak sumbangan dari pengikut yang kaya. Beberapa pengikut juga merupakan anggota/mantan militer mumpuni. Melalui prajurit Garda Nasional Arab Saudi yang simpati, kelompok mereka menyelundupkan senjata, amunisi, masker gas, dan perlatan tempur lainnya ke dalam kompleks Masjidil Haram seminggu sebelum hari H. Semuanya diletakkan di ratusan kamar sempit bawah tanah di bawah kompleks masjid.
Pagi hari tanggal 20 November 1979, imam Masjidil Haram, Sheikh Mohammed al-Subayil baru selesai memimpin salat Subuh 50.000 jamaah saat tiba-tiba sekitar 400-500 orang pemberontak yang menyamar sebagai peziarah mengeluarkan senjata dari balik jubah. Mereka mengunci gerbang setelah sebelumnya membunuh 2 polisi yang hanya bersenjatakan tongkat kayu. Ketika itu Masjidil Haram sedang direnovasi olehSaudi Binladin Group. Seorang pekerja konstruksi sempat melaporkan insiden pembajakan ke dunia luar sebelum para pemberontak memotong saluran komunikasi.
Para pemberontak membebaskan sebagian besar sandera, terutama peziarah non-Arab yang tak mampu berbahasa Arab, beberapa di antaranya peziarah asal Indonesia. Sisanya dibiarkan terkunci di dalam area kompleks masjid. Mereka mengambil posisi bertahan di tingkat atas masjid. Penembak jitu pemberontak ditempatkan di menara-menara masjid.
Dunia gempar atas insiden di Tanah Suci. Pemimpin Iran Ayatollah Khomeini menuding Amerika Serikat dan Zionis sebagai dalang kejadian. Amerika Serikat menuding balik Iran sebagai otak penyerangan. Sementara itu, di Islamabad, Pakistan, gedung Kedubes Amerika Serikat diserang dan dibakar massa. Seminggu kemudian hal serupa terjadi di Tripoli, Libya. Demonstrasi anti-Amerika meluas di sejumlah negara, seperti Bangladesh, Filipina, Turki, dan UEA. Arab Saudi bagian timur tak luput dari aksi demonstrasi, meskipun aparat berwenang menyatakan tak ada keterlibatan Amerika Serikat dalam insiden di Masjidil Haram.
Tak ada seorang pun yang tahu berapa jumlah sandera. Pada saat kejadian, Putra Mahkota Pangeran Fahd sedang menghadiri KTT Arab di Tunisia. Komandan Garda Nasional Arab Saudi Pangeran Abdullah juga sedang kunjungan ke Maroko. Raja Khalid melimpahkan tanggung jawab kepada Pangeran Sultan (Menhan) dan Pangeran Nayef (Mendagri) untuk menyelesaikan insiden.
Pembebasan
Tampak asap membumbung saat pertempuran di Masjidil Haram.
Sumber
Dengan cepat 100 petugas keamanan Kemendagri berusaha melumpuhkan pemberontak, namun gagal dan justru menimbulkan banyak korban jiwa. Pasukan gabungan Tentara Kerajaan dan Garda Nasional Arab Saudi bersiaga di luar kompleks masjid. Atas permintaan Kerajaan, 3 komandan GIGN (unit taktis militer Perancis) ditunjuk sebagai penasihat. Menjelang malam, Mekkah telah dievakuasi keseluruhan. Pangeran Sultan menunjuk kepala intelejen Turki bin Faisal al-Saud untuk mengambil alih garis depan.
Kerajaan Arab Saudi dibuat kebingungan karena Islam melarang segala jenis kekerasan di Masjidil Haram. Melalui tarik-ulur Kerajaan dengan pihak ulama, akhirnya dikeluarkan fatwa untuk memungkinkan penggunaan kekerasan demi menguasai kembali Tanah Suci.
Serangan dilancarkan ke 3 gerbang utama, namun tetap bisa dihalau karena pertahanan pemberontak sangat solid Sebaliknya penembak jitu di menara-menara masjid leluasa mengincar pasukan Saudi yang tanpa perlindungan. Sementara itu, pemberontak terus menyuarakan tuntutan melalui pengeras suara yang menginginkan agar Arab Saudi menghentikan ekspor minyak ke Amerika Serikat dan pengusiran semua sipil dan militer asing di jazirah Arab.
Pasukan Saudi bertempur di bawah tanah Kakbah.
Sumber
Secara resmi Kerajaan Arab Saudi menyatakan menghindari korban jiwa dan memilih pengepungan total agar pemberontak kelaparan, padahal serangan sesungguhnya justru lebih frontal dengan mengebor lantai masjid dan penggunaan tabung gas yang ditembakkan dengan kabel bahan peledak. Hal ini membuat pemberontak kocar-kacir. Menurut kabar Kedubes Amerika Serikat tanggal 1 Desember 1979, beberapa pemimpin pemberontak lolos pengepungan. Mereka ini yang beberapa hari ke depan mengobarkan pertempuran sporadis di luar kompleks masjid.
Setelah Insiden
Penangkapan sisa-sisa pemberontak di Masjidil Haram.
Sumber
Pertempuran berlangsung selama 2 minggu dan berakhir tanggal 4 Desember 1979. Insiden ini menewaskan 255 orang yang terdiri dari peziarah, pemberontak, dan militer, serta melukai 560 lainnya. Dari pihak militer Saudi melaporkan 127 tewas dan 451 terluka.
Muhammad al-Qahtani tewas dalam pertempuran, sementara Juhaiman al-Otaybi dan 67 rekannya yang selamat ditangkap. Tak ada keringanan hukuman dari Dewan Mufti yang menyatakan semua terdakwa bersalah atas 7 kejahatan:
1. Melanggar kesucian Masjidil Haram.
2. Melanggar kesucian bulan Muharram.
3. Membunuh sesama Muslim.
4. Tidak mematuhi otoritas yang sah.
5. Menunda salat di Masjidil Haram.
6. Berdosa dalam mengidentifikasi Imam Mahdi.
7. Mengekspolitasi orang yang tak bersalah untuk tindakan kriminal.
Juhaiman al-Otaybi dan 67 lainnya dihukum pancung. Semua pemberontak dipenggal di depan umum di 8 kota: Buraidah, Dammam, Mekkah, Madinah, Riyadh, Abha, Ha'il, dan Tabuk. Tujuannya sebagai shock therapy kepada mereka yang kemungkinan terpapar radikalisme ekstrem.
Lucunya pihak Kerajaan tidak bereaksi melawan pergolakan, sebaliknya para ulama dan golongan konservatif agama justru mendapat lebih banyak kekuasaan di era berikutnya. Raja Khalid beranggapan bahwa solusi untuk pergolakan agama itu sederhana: lebih banyak agama.
Dimulai dari pelarangan foto-foto perempuan di media massa, lalu penutupan bioskop dan toko musik. Kurikulum agama bertambah jam studinya dan kelas mata pelajaran sejarah non-Islam dicabut. Pemisahan gender semakin ketat dan polisi agama memiliki porsi luas. Sementara itu, Sheikh Abdul Aziz bin Baz kelak menjadi mufti besar Arab Saudi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar