Kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan Proklamasi 17 Agustus 1945, tidaklah semata-mata berkat perjuangan para pendahulu kita, tapi pada hakikatnya adalah berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa.
Maka tidak mengherankan ketika kemerdekaan tersebut akan direbut kembali oleh para penjajah, serentak para ulama dan santrinya mengangkat senjata untuk berjihad mempertahankan apa yang telah diberikan-Nya.
Sesuai perjanjian Wina tahun 1942, negara-negara yang tergabung dalam aliansi Sekutu sepakat untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang diduduki Jepang kepada pemilik koloninya masing-masing. Sehingga menjelang akhir perang, tahun 1945, sebagian wilayah Indonesia telah dikuasai oleh tentara Sekutu.
Pada 15 September 1945, tentara Inggris selaku wakil Sekutu mendarat di Jakarta. Kehadiran tentara Sekutu ini ternyata diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration - pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr. Hubertus J van Mook, untuk menguasai kembali tanah jajahannya.
Sempat terekam lewat catatan sejarah dan penuturan pelaku sejarah maupun orang-orang terdekat, ada momen atau kejadian-kejadian yang di luar akal sehat, ketika para ulama dan santrinya melakukan perang sabil melawan tentara Sekutu dan NICA.
1. Mama Cibaduyut menidurkan tentara yang menjaga gudang senjata
Kepemimpinan kharismatik Kiai Cibaduyut ini sangat berpengaruh terhadap perlawanan para pejuang di Bandung pada saat itu. Pada suatu malam sang kiai dengan gagah berani melakukan aksi penyerbuan ke gudang senjata sekutu di Bandung Utara.
Seperti diceritakan Achsin dari Laskar Hizbullah yang dibentuk oleh Nahdlatul Ulama, Mama Cibaduyut mampu menidurkan tentara Belanda yang sedang menjaga gudang senjata, dan berhasil membawa senjata dari gudang untuk dibagikan kepada Laskar Hizbullah.
Berkat karomah dan keberanian Mama Cibaduyut, akhirnya Laskar Hizbullah bisa memiliki senjata modern dan seragam militer untuk melanjutkan pertempuran mempertahankan kemerdekaan.
2. Kiai Haji Noer Ali mampu lolos tanpa diketahui musuh
Kisah ulama dengan potensi spiritualnya yang luar biasa ini terjadi juga di kota lain. Dalam pertempuran di Sasak Kapuk, Bekasi, terjadi peristiwa yang sangat menakjubkan, saat Kiai Haji Noer Ali dari Pesantren Ujung Malang, Karawang, memimpin perlawanan rakyat bersama Barisan Sabilillah dan Laskar Hizbullah.
Seperti dituturkan Muhammad Moeffreni Moe'min dalam buku "Jakarta, Karawang, Bekasi dalam Gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe’min", bahwa takbir Allahu Akbar dan kalimat Hisbun Nasr (wirid untuk menghancurkan musuh) yang dikumandangkan di tengah pertempuran, mampu menahan mortir yang ditembakkan tentara sekutu. Peluru-peluru mortir berjatuhan utuh tanpa terjadi ledakkan.
Menurut Moeffreni, peristiwa ini membuktikan bahwa ilmu tasawuf ajaran Kiai Haji Noer Ali tidak hanya membangkitkan semangat juang dalam pertempuran, tetapi juga mampu melumpuhkan sistem persenjataan dan fisik lawan. Ada kejadian aneh ketika "Singa Karawang-Bekasi" (julukan Kiai Haji Noer Ali) tertangkap dan dibawa dengan mobil musuh, sang kiai berhasil lolos tanpa diketahui tentara sekutu.
3. Haji Ama Rd. Puradiredja menyergap tentara sekutu hingga kocar-kacir
Lain lagi cerita Laskar Pencak Silat atau Partisan Siliwangi dari Sagalaherang, Subang. Dengan dipimpin Haji Ama Rd. Puradiredja, seperti dituturkan Moeffreni Moe'min, pasukan ini mampu membuat tentara sekutu dan NICA tak berkutik saat iring-iringan konvoi mobilnya dihadang dan diserbu.
Sergapan mendadak Laskar Pencak Silat yang disertai teriakan Allahu Akbar, telah meruntuhkan moril tentara sekutu yang terdiri dari Inggris, Gurkha, dan NICA. Mereka tidak sanggup lagi melanjutkan operasinya karena kehilangan banyak senjata, dan banyak serdadunya yang jadi korban.
4. Kiai Abbas mampu menjatuhkan pesawat terbang dengan mengarahkan tongkatnya
Dalam pertempuran di Surabaya, juga terjadi perlawanan yang sulit dicerna akal. Ulama dengan potensi spiritual yang luar biasa ini ada pada Kiai Abbas Abdul Jamil dari Pesantren Buntet Cirebon saat melakukan perlawanan terhadap tentara sekutu dan NICA.
Kiai Abbas pernah diundang oleh KH Hasyim Asy'ari ke Surabaya untuk mengamankan bahaya serangan udara saat pasukan Bung Tomo bertempur. Dengan karomahnya, ia mampu menjatuhkan pesawat terbang tentara sekutu hanya dengan mengarahkan tongkatnya ke arah pesawat terbang.
Benarkah doa Kiai Abbas dengan cepat dikabulkan oleh Allah? Isyaratnya ada dalam berita Kedaulatan Rakjat yang bersumber dari pihak tentara sekutu Inggris, bahwa sejak terjadinya pertempuran Surabaya hingga 17 Desember 1945, tentara sekutu Inggris telah menderita kerugian, dimana tujuh buah pesawat Thunderbolt andalannya tertembak jatuh oleh serangan penangkis udara dari pihak pejuang Indonesia.
Dalam berita koran itu diakui bahwa pihak Indonesia memiliki kecakapan menembak pesawat terbang setara dengan tentara Jerman.
Dalam pertempuran di Ambarawa, karomah atau kesaktian para kiai beserta santrinya ini pernah juga diberitakan surat kabar Kedaulatan Rakjat, edisi 26 November 1945:
"Kesaktian kiai-kiai di medan pertempuran, ternyata bukan hanya berita lagi, tapi kita saksikan sendiri. Banyak mortir yang melempem, bom tidak meledak dan sebagainya."
Ini hanya sebagian kecil yang tercatat mengenai energi spiritual yang luar biasa dari para kiai dan ulama dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, semoga menjadi inspirasi.
Sumber: "Api Sejarah 2" oleh Ahmad Mansur Suryanegara.
Maka tidak mengherankan ketika kemerdekaan tersebut akan direbut kembali oleh para penjajah, serentak para ulama dan santrinya mengangkat senjata untuk berjihad mempertahankan apa yang telah diberikan-Nya.
Sesuai perjanjian Wina tahun 1942, negara-negara yang tergabung dalam aliansi Sekutu sepakat untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang diduduki Jepang kepada pemilik koloninya masing-masing. Sehingga menjelang akhir perang, tahun 1945, sebagian wilayah Indonesia telah dikuasai oleh tentara Sekutu.
Pada 15 September 1945, tentara Inggris selaku wakil Sekutu mendarat di Jakarta. Kehadiran tentara Sekutu ini ternyata diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration - pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr. Hubertus J van Mook, untuk menguasai kembali tanah jajahannya.
Sempat terekam lewat catatan sejarah dan penuturan pelaku sejarah maupun orang-orang terdekat, ada momen atau kejadian-kejadian yang di luar akal sehat, ketika para ulama dan santrinya melakukan perang sabil melawan tentara Sekutu dan NICA.
1. Mama Cibaduyut menidurkan tentara yang menjaga gudang senjata
Kepemimpinan kharismatik Kiai Cibaduyut ini sangat berpengaruh terhadap perlawanan para pejuang di Bandung pada saat itu. Pada suatu malam sang kiai dengan gagah berani melakukan aksi penyerbuan ke gudang senjata sekutu di Bandung Utara.
Seperti diceritakan Achsin dari Laskar Hizbullah yang dibentuk oleh Nahdlatul Ulama, Mama Cibaduyut mampu menidurkan tentara Belanda yang sedang menjaga gudang senjata, dan berhasil membawa senjata dari gudang untuk dibagikan kepada Laskar Hizbullah.
Berkat karomah dan keberanian Mama Cibaduyut, akhirnya Laskar Hizbullah bisa memiliki senjata modern dan seragam militer untuk melanjutkan pertempuran mempertahankan kemerdekaan.
2. Kiai Haji Noer Ali mampu lolos tanpa diketahui musuh
Kisah ulama dengan potensi spiritualnya yang luar biasa ini terjadi juga di kota lain. Dalam pertempuran di Sasak Kapuk, Bekasi, terjadi peristiwa yang sangat menakjubkan, saat Kiai Haji Noer Ali dari Pesantren Ujung Malang, Karawang, memimpin perlawanan rakyat bersama Barisan Sabilillah dan Laskar Hizbullah.
Seperti dituturkan Muhammad Moeffreni Moe'min dalam buku "Jakarta, Karawang, Bekasi dalam Gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe’min", bahwa takbir Allahu Akbar dan kalimat Hisbun Nasr (wirid untuk menghancurkan musuh) yang dikumandangkan di tengah pertempuran, mampu menahan mortir yang ditembakkan tentara sekutu. Peluru-peluru mortir berjatuhan utuh tanpa terjadi ledakkan.
Menurut Moeffreni, peristiwa ini membuktikan bahwa ilmu tasawuf ajaran Kiai Haji Noer Ali tidak hanya membangkitkan semangat juang dalam pertempuran, tetapi juga mampu melumpuhkan sistem persenjataan dan fisik lawan. Ada kejadian aneh ketika "Singa Karawang-Bekasi" (julukan Kiai Haji Noer Ali) tertangkap dan dibawa dengan mobil musuh, sang kiai berhasil lolos tanpa diketahui tentara sekutu.
3. Haji Ama Rd. Puradiredja menyergap tentara sekutu hingga kocar-kacir
Lain lagi cerita Laskar Pencak Silat atau Partisan Siliwangi dari Sagalaherang, Subang. Dengan dipimpin Haji Ama Rd. Puradiredja, seperti dituturkan Moeffreni Moe'min, pasukan ini mampu membuat tentara sekutu dan NICA tak berkutik saat iring-iringan konvoi mobilnya dihadang dan diserbu.
Sergapan mendadak Laskar Pencak Silat yang disertai teriakan Allahu Akbar, telah meruntuhkan moril tentara sekutu yang terdiri dari Inggris, Gurkha, dan NICA. Mereka tidak sanggup lagi melanjutkan operasinya karena kehilangan banyak senjata, dan banyak serdadunya yang jadi korban.
4. Kiai Abbas mampu menjatuhkan pesawat terbang dengan mengarahkan tongkatnya
Dalam pertempuran di Surabaya, juga terjadi perlawanan yang sulit dicerna akal. Ulama dengan potensi spiritual yang luar biasa ini ada pada Kiai Abbas Abdul Jamil dari Pesantren Buntet Cirebon saat melakukan perlawanan terhadap tentara sekutu dan NICA.
Kiai Abbas pernah diundang oleh KH Hasyim Asy'ari ke Surabaya untuk mengamankan bahaya serangan udara saat pasukan Bung Tomo bertempur. Dengan karomahnya, ia mampu menjatuhkan pesawat terbang tentara sekutu hanya dengan mengarahkan tongkatnya ke arah pesawat terbang.
Benarkah doa Kiai Abbas dengan cepat dikabulkan oleh Allah? Isyaratnya ada dalam berita Kedaulatan Rakjat yang bersumber dari pihak tentara sekutu Inggris, bahwa sejak terjadinya pertempuran Surabaya hingga 17 Desember 1945, tentara sekutu Inggris telah menderita kerugian, dimana tujuh buah pesawat Thunderbolt andalannya tertembak jatuh oleh serangan penangkis udara dari pihak pejuang Indonesia.
Dalam berita koran itu diakui bahwa pihak Indonesia memiliki kecakapan menembak pesawat terbang setara dengan tentara Jerman.
Dalam pertempuran di Ambarawa, karomah atau kesaktian para kiai beserta santrinya ini pernah juga diberitakan surat kabar Kedaulatan Rakjat, edisi 26 November 1945:
"Kesaktian kiai-kiai di medan pertempuran, ternyata bukan hanya berita lagi, tapi kita saksikan sendiri. Banyak mortir yang melempem, bom tidak meledak dan sebagainya."
Ini hanya sebagian kecil yang tercatat mengenai energi spiritual yang luar biasa dari para kiai dan ulama dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, semoga menjadi inspirasi.
Sumber: "Api Sejarah 2" oleh Ahmad Mansur Suryanegara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar