Sabtu, 20 Maret 2021

Sejarah Air Zam-zam, Berawal dari Hentakan Kaki Nabi Ismail dan Tidak Pernah Surut

 Air zam-zam adalah sebuah mata air yang sangat terkenal di dunia. Orang-orang yang menjalankan ibadah haji atau umroh akan menjadikannya oleh-oleh.


Tidak hanya untuk keluarga terdekat, tapi juga untuk diberikan ke tetangga. Sumber air zam-zam di Makkah tidak pernah surut dan terus mengalirkan air suci yang memberi manfaat untuk kesehatan.

Sejarahnya pun memiliki banyak hikmah yang bisa diteladani tentang keteguhan Siti Hajar yang berjuang untuk mencari sumber air untuk Nabi Ismail yang masih bayi. Simak sejarah air zam-zam berikut ini.

Sejarahnya panjang, dari Nabi Ibrahim yang diperintah membawa pergi anak istrinya
Sejarah Air Zam-zam, Berawal dari Hentakan Kaki Nabi Ismail dan Tidak Pernah Surut

Asal mula air Zam-zam tidak terlepas dari sejarah panjang tentang Nabi Ibrahim yang diuji untuk membawa pergi anak istrinya yaitu Siti Hajar dan Nabi Ismail yang masih bayi dari rumah ke lembah yang kering.

Padahal sejak awal Nabi Ibrahim sangat mengharap anak saleh, tapi kemudian harus ditinggalkan karena perintah Allah yang lain.

Nabi Ibrahim pun memenuhi perintah dan pergi bersama Siti Hajar dan Ismail ke Makkah, lokasi lembah gersang yang di kemudian hari dibangun kakbah.

Di lembah yang gersang tidak ada rumput atau tumbuhan apapun, bahkan tidak ada air atau tanda-tanda kehidupan.

Tidak begitu lama sesudah sampai di sana, ternyata Nabi Ibrahim pun meninggalkan Siti Hajar dan Nabi Ismail karena perintah Allah untuk kembali ke Syam.

Nabi Ibrahim berdoa agar keturunannya mendapat rezeki setelah ditinggal di lembah 
Sejarah Air Zam-zam, Berawal dari Hentakan Kaki Nabi Ismail dan Tidak Pernah Surut

Siti Hajar awalnya takut ditinggalkan di tempat asing dan perbekalan yang mungkin segera habis, kemudian memastikan apakah kepergian Nabi Ibrahim adalah perintah Allah.

Setelah mendengar jawaban Nabi Ibrahim, Siti Hajar sudah lebih tenang karena Allah pasti tidak akan menelantarkan. Menghadap ke arah kakbah, Nabi Ibrahim sempat berdoa sambil mengangkat tangannya.

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku sudah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak terdapat tanaman di dekat rumah-Mu, Baitullah yang dihormati. 
Ya Tuhan kami (yang seperti itu) adalah agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Ibrahim: 37)

Siti Hajar naik turun bukit Shafa dan Marwa tujuh kali untuk mencari sumber air
Sejarah Air Zam-zam, Berawal dari Hentakan Kaki Nabi Ismail dan Tidak Pernah Surut

Siti Hajar tetap berusaha menyusui Ismail dan meminum air persediaan untuk diri sendiri. Sampai akhirnya air di geriba atau wadah yang terbuat dari kulit pun habis dan rasa hausnya tidak tertahankan.

Siti Hajar yang tidak sanggup melihat Ismail yang menangis, kemudian berusaha mencari sumber air. Siti Hajar mendaki bukit Shafa yang dekat dengan dengannya saat itu.

Sambil berdiri di puncaknya, Siti Hajar menghadap ke lembah sambil berharap bisa menemukan orang yang membawa air.

Namun ternyata tidak ada siapa-siapa. Siti Hajar pun menuruni bukit Shafa dan melanjutkan pendakian lebih jauh lagi ke bukit Marwa untuk mencari sumber air. 
Lagi-lagi tidak ada air atau seorang pun di sana yang membawa air.

Bukan hanya  sekali dua kali, tapi tujuh kali. Perjalanan yang dilakukan Siti Hajar antara Bukit Shafa dan Bukit Marwa di kemudian hari menjadi rukun haji, yaitu Sa’i.

Air zam-zam akhirnya memancar melalui hentakan kaki Nabi Ismail yang masih kecil
Sejarah Air Zam-zam, Berawal dari Hentakan Kaki Nabi Ismail dan Tidak Pernah Surut

Ketika Siti Hajar sedang berada di puncak bukit Marwa, seperti terdengar suara-suara dari dalam dirinya sendiri. Sempat berkata di dalam hati pada dirinya sendiri agar diam, Siti Hajar masih mendengar suara-suara lagi.

“Engkau telah memperdengarkan suaramu, jika engkau bermaksud memberikan bantuan.”

Ternyata suara tersebut merupakan suara malaikat yang ada di sekitar Ismail yang menghentakkan kaki mungilnya. Malaikat membantu hingga air keluar memancar dari tempat yang terkena hentakan kaki Ismail.

Siti Hajar terkejut dan senang bukan main, kemudian dikatakannya satu kata yang diulang-ulang yaitu ‘zam zam’ yang artinya ‘berkumpullah, berkumpullah dalam bahasa Arab. Munculnya air pun memicu datangnya burung-burung.

Dalam beberapa waktu, Siti Hajar dan Ismail menjalani hidup di dekat sumber air, sampai rombongan manusia suku Jurhum datang karena melihat burung yang terbang dan berputar-putar.

Rombongan pun berkata bahwa burung-burung berputar pasti karena mengelilingi mata air.

Sampai sekarang air zam-zam tidak surut, walaupun diminum jutaan manusia
Sejarah Air Zam-zam, Berawal dari Hentakan Kaki Nabi Ismail dan Tidak Pernah Surut

Sumur Zam-zam jaraknya hanya 20 m dari kakbah ke arah tenggara. Airnya terdapat kandungan yang istimewa dan sangat berkhasiat jika diminum.

Dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh At Thabarani dalam Al Mu’jamaul Kabir serta Ibnu Abbas, Nabi Muhammad bersabda mengenai air Zam-zam.

“Sebaik-baiknya air di permukaan bumi adalah air zam-zam. Di sana terdapat zat yang menyegarkan dan terdapat penawar untuk penyakit.”

Besarnya manfaat dan keberkahan air zam-zam menjadikannya dijuluki air surga (maa’ul jannah).

Sampai sekarang, air zam-zam tidak pernah kering, walaupun jutaan umat manusia di dunia meminumnya, khususnya pada saat musim ibadah haji.

Sebenarnya air zam-zam sempat terkubur ribuan tahun berbentuk sumur tua yang tidak terawat. Sampai kemudian pada era Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad, air zam-zam kembali digali.


Saat ini sudah ada peralatan yang canggih untuk mengelolanya, sehingga orang yang beribadah di tanah suci bisa meminumnya langsung dari keran.





SUMBER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar